Bagian 3 | Dua orang asing

2K 287 12
                                    

Dalam beberapa menit, bangunan terbengkalai itu nampak rusak, hampir hancur. Temboknya retak. Di atas marmer, mahluk terkutuk itu tergeletak. Tubuhnya hancur, terbelah dua. Air mengalir di bawahnya, berlendir, dan bau amis darah. Mahluk terkutuk ini berbeda dengan saat pertama kali Yuuji melihatnya di gedung sekolah. Ketika Megumi membunuhnya, itu mengeluarkan cairan hitam, seperti tinta cumi-cumi.

"He?? Sudah 15 menit?" Kugisaki menyeret kakinya yang lelah ke sisi tembok, duduk di atas bangku lusuh. Rencana untuk membunuh makhluk terkutuk dalam sekali serang, menuai kegagalan. Nyatanya, mereka mengurus itu sampai 15 menit.

Makhluk terkutuk tingkat rendah, tidak memiliki daya serang yang kuat, tapi masih  sulit untuk ditangani oleh murid baru seperti mereka.

Di sisi lain, Megumi hanya diam. Rambutnya yang mencuat seperti mulut ikan tombak agak kotor karena pertarungan. Bajunya penuh dengan debu dan tanah. Sementara Yuuji, berjongkok di dekat mahluk terkutuk. Memasang pose berfikir, heran.

"Yo." Suara itu datang dengan tiba-tiba. Kemunculannya mengejutkan Yuuji yang berjongkok, hampir terjatuh ke depan.

Menoleh, Yuuji menatap Gojo Satoru dengan mata malas. "Sensei, kau mengejutkan kami."

Pihak lain hanya tertawa. Rambutnya yang putih melawan gravitasi, menggaruk pipinya yang tidak gatal. Sejak pertama kali melihat Gojo, Yuuji menilai rambut Gojo seperti sebuah bohlam yang bersinar terang. Bulat, agak mirip dengan telur kampung yang sering ia pesan. Matanya tertutup kain hitam, pakaiannya hitam dari atas hingga bawah, sepatunya berwarna hitam, menyisakan rambutnya yang kontras dengan pakaiannya. Benar-benar seperti lampu di tengah ruangan yang gelap.

Gojo mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, ekspresinya tertarik ketika melihat tiga mahluk terkutuk yang mati. "Wah! Kalian membersihkan ini? Hmm, cukup  bagus untuk pemula." Dia berkata antusias. Gojo memalingkan wajah ke arah ketiga anak muridnya, dia tertawa dan berkata, "yosh, kalau begitu, ayo kita makan ke kedai!"

Kugisaki yang tengah duduk mendongak dengan kecepatan kilat. Matanya berbinar. Mendekati Gojo Satoru, Kugisaki berkata dengan ruang, "benarkah? Benar? Yatta!! Aku bisa membayangkan bagaimana rasanya ketika makanan-makanan itu masuk ke dalam mulutku." Kugisaki melupakan rasa lelahnya. Dia terlalu bersemangat hingga lupa bagaimana tingkah Gojo selama ini.

"Yosh! Ayo kita pergi sekarang."

"Yatta!!"

Ke-empat orang itu bergerak, melewati gang-gang sebelumnya, berbelok ke arah barat, menuju perempatan lampu merah. Menyebrang, mereka menuju arah timur, tiba di sebuah kedai yang cukup ramai pengunjung.

Kugisaki dan Yuuji memasang wajah masam. Bangunan didepannya tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan. 'Kedai' di depan mereka nampak terbengkalai, lusuh, dan buruk.

"Sensei!! Apa maksud semua ini? Jelaskan pada kami Sensei! Dimana makanan manis? Dimana kue-kue bulat yang enak? Sensei!!" Gojo tertawa. Sakit perut, tubuhnya membungkuk menahan perutnya yang terasa menggelitik karena reaksi Kugisaki.

"Haha. Inilah 'kedai' tempat kalian 'bersantai'." Baik Yuuji ataupun Kugisaki menoleh ke arah bangunan. Gedung ini jaraknya 500 meter dari kedai yang mereka lewati di depan gang. Kugisaki dan Yuuji berfikir, bahwa mereka benar-benar akan beristirahat dan memakan sesuatu. Ketika mereka melewati kedai yang ramai itu, wajah keduanya berubah pahit dan tak ada satupun semangat yang membakar.

Mereka telah ditipu!!

Faktanya mereka berdiri didepan sebuah gedung rusak yang menjadi rumah bagi mahluk terkutuk.

"Apa-apaan ini Sensei! Kau telah menipu kami!" Yuuji histeris. Sebuah khayalan tentang makanan manis yang akan melewati kerongkongannya musnah tergantikan oleh realita pahit di depan mata.

"Hahah. Jaa, saatnya bekerja. Murid-muridku, ayo cepat selesaikan ini!" Wajah Kugisaki nampak lesu. Melihat Gojo Satoru yang begitu bersemangat mengatakan hal itu, membuatnya ingin sekali me-refund gurunya itu agar lebih cepat bertemu dengan Kami-sama.

Di sisi lain, Megumi hanya diam. Sudah hafal betul bagaimana tabiat buruk gurunya yang satu itu. Bertahun-tahun berada dibawah bimbingan sang guru, tidak mengejutkan jika Gojo kadang-kadang akan bertingkah kekanak-kanakan.

"Sensei!!!" Kugisaki berteriak histeris. Baik Gojo dan yang lain bergegas menyusulnya.

"Nande?" Mengikuti arah telunjuk Kugisaki, Yuuji tercengang.

"M-mayat? Apa itu mayat?" Megumi lebih dulu bersuara. Sedikit shock. Menemukan manusia di  gedung terbengkalai sangatlah langka. Biasanya, mereka hanya menemukan orang mati atau mahluk terkutuk.

Kugisaki mendekat, sedikit memeriksa denyut nadi kedua manusia yang tergeletak di atas lantai.

"Masih hidup! Mereka masih hidup!"

Gojo mensejajarkan tubuhnya sedikit ddengan Kugisaki, ikut menatap dua orang yang tak sadarkan diri.

"Ayo bawa mereka ke SMA Jujutsu."

Yuuji menaikkan alisnya, bertanya dengan heran. "Eh? Sensei. Bukankah kita harus membawanya ke rumah sakit? Kenapa harus ke SMA Jujutsu?"

"Ie... kita harus membawanya ke sana. Mereka sedikit istimewa." Gojo beralih menatap ketiganya, "nah, bawa mereka sekarang. Aku masih ada urusan dengan hal lain."

Kugisaki dengan keras menunjuk wajah Gojo, "Bilang saja jika Sensei tidak ingin melakukannya!!"

Gojo tertawa renyah.

"Haha, ketahuan ya? Jaa... aku serahkan yang di sini pada kalian." Segera, Gojo pergi begitu saja. Meninggalkan Kugisaki dan Yuuji dengan wajah masam.
.
.
.

Pria berambut pirang yang tertidur itu membuka kelopak matanya. Meski terasa berat, ia berusaha untuk segera bangun. Lemas. Itulah yang dia rasakan. Sinar lampu di atas langit-langit ruangan menusuk matanya, terasa begitu menyilaukan.

"Hei lihat. Dia sudah bangun!"

Suara-suara itu bergaung di telinga pria berambut pirang. Matanya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan dengan sinar lampu yang masuk ke retinanya.

'Di mana... aku di mana?'

"Dia membuka matanya! Dia benar-benar bangun!"

"Diamlah Kugisaki. Kau akan menganggunya."

"Sial, Fishiguro, kau tidak tahu kalau Kugisaki sedang merasa senang dan bersyukur? Bagaimana bisa itu akan menganggu?"

"Yuuji, kecilkan suaramu, jika tidak, Shoko akan mengusir kita dari sini."

"Baah!! Itu tak akan terjadi. Beri saja alasan yang masuk akal, maka kau tidak akan kenapa-napa."

'Berisik sekali.'

Pria pirang yang berbaring di ranjang beralas seprai putih itu terbangun. Membuka mata sepenuhnya.

Dia menoleh, mendapati tiga orang berpakaian sama yang masih asyik berdebat.

"Oh? Kau sudah bangun?" Megumi yang sengaja mengalihkan perhatian dari kedua temannya menyadari jika pria pirang tadi sedang melihat mereka. Sontak, Kugisaki dan Yuuji ikut menoleh dengan rasa ingin tahu.

Yuuji maju ke depan, sangat bersemangat. "Apakah kau baik-baik saja? Mana yang sakit? Kau haus? Siapa namamu? Dari mana asalmu? Apa kau merasa tidak enak?"

"Baka Yuuji!" Kugisaki melempar bogeman mentahnya ke pipi Yuuji, membuat remaja 16 tahun itu terlempar dan menghantam tembok. Kugisaki berkacak pinggang, menatap sengit Itadori Yuuji,"kau bisa membunuhnya dengan pertanyaan sebanyak itu dasar  bodoh!"

"Kugisaki itu sangat sakit tahu!"

"Humph!" Bibir kugisaki membentuk senyuman mengerikan. Rasa puas dan bangga tercetak jelas di wajahnya, "kau pantas mendapatkannya. Apa kau ingin lagi?" Tanya Kugisaki.

Yuuji buru-buru menjawab, "Ie... Tidak, tidak perlu, sungguh." Takut. Yuuji sangat takut. Kekuatan pukulan Kugisaki seperti monster.
.
.
.

Tbc.

Parallel : Twin World-BL HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang