Bagian 9 | manis

1.8K 267 34
                                    

Gojo membawa Kakashi kembali menuju perumahan sederhana yang terletak tidak jauh dari sekolah Jujutsu. Biar bagaimanapun, dirinya adalah seorang guru, akan sangat merepotkan jika dia berada terlalu jauh dari sekolah, meski sebenarnya itu bukan masalah besar.

Awalnya, Gojo tidak terlalu memperhatikan detail Kakashi. Sekarang, pria itu berbaring dengan nyaman di bawah selimut hangat, rambutnya jatuh tergerai, menampilkan wajah yang tampan, bulu mata yang lentik, bibir yang ranum dan tulang hidungnya tegak lurus, membuatnya sangat mancung. Ada tahi lalat kecil di bagian kiri bawah bibir w, dan bekas luka melintang di mata sebelah kiri. Hal itu tidak mempengaruhi karismanya sebagai seorang pria.

Menatap begitu lama, dia akhirnya sadar, dialah si putih yang memikat hati.

Melihat Kakashi gelisah dalam tidurnya, dia bergerak memeras handuk kecil dari baskom air, menempelkannya ke dahi Kakashi, tangannya tidak meninggalkan handuk, menekannya dengan sedikit tekanan, membuat pria berambut keperakan itu kembali tenang.

Tangannya yang menganggur, menyentuh tangan Kakashi yang hangat, suhu tubuhnya sedikit membaik setelah minum beberapa kapsul obat.

R-rin.... R-rin... Rin...

Rin?

Gojo menunduk, menempelkan daun telinganya beberapa centi di atas bibir Kakashi. Nama Rin kembali terdengar, pria malang ini mengigau seorang perempuan? Apa  Rin itu kekasihnya? Tidak mungkin Rin itu laki-laki, kan?

"Kakashi?" Dia memanggil, menyentuh wajah rupawan pria itu."kau baik-baik saja? Kakashi?" Namun, tak kunjung ada sahutan dari pria 'malang' tersebut. Kakashi semakin gelisah, keringat mengalir deras dari dahi, membasahi pelipisnya, bajunya juga basah.

Dia tidak bisa tidur seperti ini. Gojo menguatkan mentalnya, berkata dengan gugup, "Kakashi, maafkan aku karena lancang." Jari rampingnya membuka satu persatu kancing baju Kakashi. Itu mulai memperlihatkan kulit putih seperti giok, memerah, dan berkilau karena keringat. Turun ke bawah, Gojo meneguk ludah dengan kasar, dua dada yang sangat berisi dengan puting kecil merah muda.

Surga!!! Dia keras!!

Giginya berderit, dia seperti ikan yang sekarat yang berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin. Tangannya gemetar hebat ketika sampai pada kancing yang memperlihatkan bentuk perut dengan enam kotak milik Kakashi.

Sial! 'Adik'-nya tidak bisa bekerja sama.

"Sayang, kenapa kamu begitu indah, hm? Tidak tahukah kamu bahwa 'adikku' membutuhkanmu?"

Siapa yang menyangka jika seorang Gojo Satoru, guru sekolah Jujutsu yang dari awal mendapat predikat tidak tahu malu sekarang menjadi seorang yang cabul? Dia keras hanya karena melihat dada dan perut seorang pria!!

Dia mengeluh. Merasa dirinya seperti seorang pedofil. Untuk beberapa menit berikutnya, itu terasa seperti berjam-jam. Dia dengan susah payah membersihkan tubuh bagian atas Kakashi, dan berakhir pada menit ke 30, benar-benar menyiksa dirinya.

Tidak sampai di situ, Kakashi kemudian menggigil, Gojo terpaksa mengangkatnya setengah duduk, memeluknya hingga Kakashi tidur dengan lelap dan nyaman. Saat ini, dirinya tidak memakai atasan, hanya bertelanjang dada. Dia baru saja melepaskan pakaiannya , hendak mandi dengan air dingin sebelum Kakashi mengerang dan gelisah lagi.

Kulit dada yang dingin, bersentuhan dengan punggung yang hangat dan lembut. Nafsu birahinya naik beberapa tingkat, hampir memperkosa pria yang dia peluk. Gojo bertahan dengan posisi itu hingga empat jam lamanya sampai Kakashi benar-benar tidur dengan nyaman.

Melihat tonjolan besar di bawah, dia menghela nafas, mengucapkan kata maaf. "Lain kali, kamu akan bahagia dengan tangan Kakashi. Bersabarlah." Dia bangkit, menyelesaikan ritualnya selama satu jam kemudian tidur di samping Kakashi.
.
.
.

Kakashi bangun ketika pukul sembilan pagi. Sebuah rutinitas yang tidak sesuai pada jadwal biasanya. Dia sedikit bangkit, bersandar di punggung ranjang, matanya mengitari kamar bernuansa coklat yang terbuat dari kayu. Sangat minimalis.

"Sudah bangun?"  Dia menoleh, mendapati pria berambut putih yang tampak sangat familiar.

"Kamu... kamu adalah?"

Pria itu mengangkat sudut bibirnya, "kenapa? Tidak ingat aku?" Dia sebenarnya agak kecewa, tapi memaksakan diri dengan senyuman.

"Maaf. Aku tidak bermaksud."

"Never mind." Sangat beruntung untuk Kakashi karena pernah berada di Akademi Ninja. Selain praktik dan teori tiga jurus utama, mereka juga belajar beberapa referensi bahasa lain, seperti bahasa asing. Setidaknya, walau hidup di desa, otaknya tidak terbelakang. Jika Naruto mendengar ini, anak itu pasti akan bingung dan berkata 'aku tidak bisa bahasa Inggris!'

"Kakashi, apakah jika begini kau akan ingat padaku?" Dia mendekat, tanpa aba-aba langsung memeluk pinggang Kakashi, membuat pria yang dipeluk terkejut dan mundur. Gojo berbisik, "Gojo Satoru." Suaranya sensual dan seksi, dia agak merinding.

Otaknya mengingat nama itu, dia adalah pria yang di restoran saat itu!

"Aku ada di mana?" Kakashi mendorong bahu Gojo, dia tidak lagi memikirkan penutup wajahnya saat malam itu si pria di depannya ini membukanya dengan paksa.

"Di rumah." Kalimatnya sangat singkat, tapi menusuk ulu hati Kakashi. Kelopak matanya tiba-tiba turun, hatinya merindukan desanya, dia merindukan kouhai-nya, tempat ini bukanlah rumah yang sesungguhnya.

"Aku membeli bubur dan beberapa buah, ambillah di kantung plastik atas nakas." Sementara Gojo menyiapkan makanan, dia membuka plastik, mengambil buah jeruk dan mengupasnya perlahan.

"Kakashi, kenapa kau sangat lelet sekali dalam makan buah jeruk?" Orang itu mengeluh, melihat berapa rapi dan telitinya Kakashi saat mengupas kulit jeruk. Dia sangat memperhatikan detail, tidak hanya membersihkan kulitnya, dia juga membersihkan serat-serat putih sampai jeruk itu benar-benar bersih. Orang berotot besar itu melanjutkan, "makan saja seperti ini." Dia menggigit hampir setengah dari buah dan kulitnya secara bersamaan. Cara yang sangat praktis.

Kakashi menjawab, "tidak, aku suka kebersihan."

Bibir Kakashi melengkungkan sebuah senyuman ketika memorinya kembali ke saat pertemuan lima kage. Saat itu Raikage sangat kesal dengan dirinya karena begitu lambat untuk mengupas satu buah jeruk saja.

"Apa yang kau pikirkan?" Kakashi terkejut. Manusia Albino itu duduk di depannya dengan nampan berisi bubur dan segelas air.

"Tidak ada, dan... terimakasih telah merawatku."

"Sudah menjadi kewajibanku." Alis Kakashi naik. Kewajiban? Apa maksud dengan kewajiban yang dia katakan?

"Itu adalah tanggung jawabku untuk menjagamu." Kali ini, Kakashi benar-benar dibuat bingung. Sejak kapan dirinya menjadi kewajiban untuk pria ini?

"Kau tidak makan?" Mendengar pertanyaan Kakashi, Gojo menatapnya dengan hangat, dalam hatinya, dia berteriak dengan liar.

"Kau sangat perhatian padaku."

"Lupakan saja." Melambaikan tangannya, dia memilih untuk makan bubur, menaruh jeruk yang  dia kupas di samping gelas air.

Kakashi disibukkan dengan makanannya, sementara Gojo disibukkan dengan memandang wajah Kakashi, seolah wajah adalah objek yang paling memikat di seluruh dunia.

Gojo tidak mampu menahan bibirnya untuk tidak tersenyum, hatinya dengan sakit berteriak sayang! Kamu sangat manis!

Parallel : Twin World-BL HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang