Bagian 11 | Tersesat

1.3K 191 22
                                    

Bagian 11 : tersesat di jalan yang bernama kehidupan
.
.
.

Di sinilah Yuuji berada, bersama Nanami Kento dalam sebuah bioskop yang sepi dan memiliki kertas kuning yang menghimbau orang lain selain petugas untuk tidak melewati garis batas. Bioskop itu ditutup beberapa hari yang lalu, dan keadaannya lebih parah dibandingkan dengan rumah lama yang terbengkalai.

Di sisi kursi, terdapat bercak darah yang agak aneh, baunya amis terkesan busuk, sangat menyengat hidung. Bayangkan saja, baunya seperti daging anjing yang terluka parah kemudian membusuk dan rusak. Lebih parahnya lagi, bau itu lebih menyengat dibandingkan dengan bau bangkai hewan.

Alasan kenapa dirinya berakhir di sini adalah beberapa jam yang lalu. Ketika dirinya sedang menunggu Gojo, gurunya itu datang membawa seorang pria yang nampak umurnya setengah dari kehidupan, berpakaian rapi dan berkacamata.

Gurunya datang dalam keadaan suasana hati yang sangat baik, senyumnya merekah memperlihatkan gigi putih yang berjejer rapi, tak lupa dengan suara hehehe yang terdengar akrab di telinga.

"Nah, Yuuji, ini adalah teman sensei, Nanami Kento, mantan pekerja kantoran."

Yuuji bingung. "Mantan? Mengapa baru sekarang bergabung dengan asosiasi jujutsu?"

Nanami melihat anak itu tampak memiliki banyak pertanyaan. Pertama-tama, dia membungkuk sedikit sembari memperkenalkan diri.

"Halo, aku Nanami Kento, Itadori."

Yuuji tergesa-gesa membungkuk, "halo, saya Itadori Yuuji."

"Nah, Itadori. Pertama-tama, aku bergabung setelah bosan menjadi pekerja kantoran. Selama mengenyam pendidikan di sekolah Jujutsu, aku berkesimpulan bahwa sekolah Jujutsu itu adalah tai!" Suaranya terdengar sangat santai hingga tiba di akhir kalimat yang menekankan penuh rasa dendam atau rasa kesal.

Yuuji merasa tubuhnya baru saja tersengat arus listrik bertekanan tinggi yang mengharuskan dirinya terdiam beberapa saat untuk mencerna makna di balik kalimat Nanami Kento.

Bingung.

"Eh? Tai?" Pernahkah kamu membayangkan seseorang yang pangkatnya lebih tinggi darimu mengatakan sebuah lelucon dengan wajah serius?  Kamu bahkan tidak tahu harus tertawa atau diam. Yang hanya bisa dia lakukan adalah terdiam dengan senyum paksaan beberapa centi, selain hal itu, dia benar-benar kebingungan menanggapi ucapan teman gurunya itu.

Nanami mengubah posisinya menjadi sedikit santai, "lalu, yang kupelajari selama bekerja kantoran adalah... kerja itu tai!"

Wajah Nanami begitu serius sehingga yang terlihat adalah dia sangat tertekan dan kesal. "Kalau sama-sama tahi, aku akan memilih yang paling cocok untukku, karena itulah aku kembali ke pekerjaan ini."

Dibelakang sana, Nanami tidak tahu bahwa Gojo dan Yuuji sedang berbisik-bisik.

"Sensei, gelap banget."

"Banget."

Nanami kembali menatap Yuuji, raut wajahnya yang barusan kencang agak kendur. "Itadori, jangan kira aku memiliki pemikiran yang sama dengan Gojo-sensei, aku mempercayai dia dan mengerti dia bisa diandalkan."

Pujian itu membuat sebuah sinar terang muncul dan Gojo tersenyum percaya diri. Sementara Yuuji bereaksi sebaliknya, nampak meremehkan, agak mengejek.

"Tapi..." Nanami melanjutkan, "aku tidak menghormatinya!"

"Hah?"

"Aku sangat tidak menyukai petinggi seperti itu melakukan sesuatu, tapi aku percaya dengan aturan dan regulasi. Obrolannya jadi tidak jelas, intinya aku masih belum mengakuimu sebagai seorang penyihir. Meski kau membawa bom bernama sukuna itu, tolong buktikan bahwa kau bisa berguna."

Parallel : Twin World-BL HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang