Bagian 7 | Still Alive

2K 272 25
                                    

Naruto tidak hanya tidak paham apa itu kesedihan. Dalam hidupnya, sejak dia kecil sudah dibayangi rasa penderitaan, dan kesepian. Bertahun-tahun ditinggalkan oleh guru dan teman-temannya yang pergi terlebih dahulu bertemu Kami-sama tak serta merta membuat Naruto lupa bagaimana rasanya. Hidup dan berjuang seorang diri, melihat sosok orang-orang penting pergi meninggalkannya, rasa sakit yang tak tertahankan ketika harus menghadapi badai untuk melihat matahari, tak ada yang lebih mengerti itu di dunia ini selain Naruto.

Itadori Yuuji, meninggal saat menjalani misi, memberi kedua temannya kesempatan untuk hidup lebih lama dengan mengorbankan dirinya. Ada lubang dalam yang menembus dada Yuuji ketika pria muda itu dibawa kembali ke sekolah jujutsu. Naruto tidak hanya sekali merasakan nyeri di hatinya ketika tahu teman-temannya meninggal, oleh karenanya, dialah orang yang paling pertama menangis keras. Bagi Naruto, Yuuji sama seperti dirinya, dianggap sebuah ancaman yang harus dimusnahkan. Tidak akan ada yang mengerti perasaan itu kecuali dia dan Yuuji.

"Naruto..." Bibir sakura terbuka kemudian tertutup, merasa bimbang ingin berbicara dengan pria pirang yang sedang duduk dibawah pohon rindang. Tatapan si pirang begitu sendu.

Di sisi lain, sahabatnya, Kugisaki Nobara juga dilanda kesedihan. Gadis bersurai coklat madu itu tampak seperti bunga yang layu. Tak heran, karena mendengar kematian sahabatnya sendiri adalah hal yang paling mengejutkan. Sakura tahu rasanya.

"Kugisaki-san." Sakura terkejut ketika Kugisaki sudah berdiri di sampingnya. Dia bahkan tidak sadar kapan perempuan itu datang.

"Sakurasa-san."

"Ya?"

"Sangat menyakitkan, bukan begitu?"

Sakura mengerti. Dia mengerti lebih dari siapapun apa yang dirasakan Kugisaki.

"Ya. Rasanya sakit." Sesaat, kelopak mata Sakura tampak turun, begitu sedih, detik berikutnya, wajahnya nampak serius ketika memandang Kugisaki. Kugisaki sendiri merasa terkejut melihat perubahan itu.

"N-nani?"

"Kugisaki-san. Mungkin aku tak berhak mengatakan ini kepadamu, tapi... menjadi murung dan sedih bukanlah pilihan untuk saat ini. Jika Itadori-san melihat teman yang telah dia selamatkan murung seperti ini, menurutmu, bagaimana reaksinya?"

Kugisaki tercengang, tidak pernah menyangka gadis yang tampak kuat dan galak itu memiliki sisi lembut dan bahkan memotivasi.

"Kugisaki-san, ketika aku menjalankan misi pertama ku ke desa Tami, kami bertemu musuh yang sangat kuat. Mereka adalah Momochi Zabuza dan Haku, salah satu dari tujuh pengguna pedang dan Kekkei genkai es. Kami terjebak ketika melawan musuh dan hanya bisa mempertaruhkan nyawa kami."

Ah. Sekarang dia mengerti mengapa Sakura sangat memahami dirinya. Sakura sudah lebih dulu melihat berbagai macam konflik, bencana, bahkan kematian.

"Ketika itu terjadi, salah satu temanku hampir tewas di tangan musuh, kemudian temanku yang lain berusaha menyelamatkannya dengan taruhan nyawanya sendiri. Dia melindungi temanku dengan segenap jiwa dan raga, meski kalah berkali-kali tetapi dia juga bangkit kembali hanya untuk meraih kemenangan dan menyelamatkan nyawa orang yang paling berharga untuknya."

Mengikuti pandangan Sakura, Kugisaki dapat melihat ada luka memancar dalam netra emerald-nya. Tatapan itu berisi sebuah tekad yang sangat kuat juga kekaguman.

Benar. Sakura tengah menatap pemuda pirang yang bersandar di bawah pohon.

"Orang itu menyelamatkanku berkali-kali. Dia ingin semua teman-temannya tetap selamat dan berada di sisinya. Disaat mereka berusaha melindungiku, yang kulakukan hanya bisa menangis dan menangis. Aku selalu berdiri dibelakang mereka sebagai orang yang terlindungi. Saat itu aku menyadari betapa lemahnya diriku."

Parallel : Twin World-BL HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang