3✨

10.4K 1.3K 610
                                    

ALLHAMDULILLAH BERKAT DOA KALIAN AKU UDAH JAUH LEBIH BAIK.

UDAH BISA LURUSIN KEPALA SAMA UDAH BISA NENGOK SEDIKIT-SEDIKIT SETELAH DI URUT DUA KALI.

KARENA AKU KANGEN BANGET SAMA KALIAN, HARI INI AKU UPDATE!

INI 3000 KATA BUAT NGOBATIN RINDU KALIAN, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA!

FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
ruanghalu21

FOLLOW DULU SEBELUM BACA!ruanghalu21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA❤️
TANDAI TYPO!

💫💫💫

Setelah kejadian semalam, Nora mendadak canggung dengan Ilham.

Biasanya dia biasa saja melakukan apapun di rumah minimalis dua lantai itu, tapi pagi ini Nora menjadi sulit untuk bertindak apapun.

Perkataan Ilham yang lembut membuat Nora selalu kepikiran, suara berat Ilham selalu berdengung di telinganya.

Menghela napas kasar, Nora memukul keras kepalanya. Memaki diri sendiri karena terus memikirkan hal yang tak seharusnya.

"Gue gak mungkin baper 'kan gitu doang?" gumannya pada diri sendiri. Menggeleng cepat, Nora melanjutkan kembali acara menjemur bajunya. "Mana mungkin gue secepat itu suka sama orang, apalagi orangnya modelan Ilham yang kaya iblis jahanam."

"Ngomong apa kamu barusan!?"

"Ah, shit!" umpat Nora pelan. "Pasti nenek lampir  mau ngerecokin lagi."

Di pagi hari seharusnya sejuk karena semalam hujan lebat, tapi di kediaman Ilham itu kini berubah menjadi panas menurut Nora.

Nora memutar tubuhnya, menatap Murti yang berdiri bersedekap dada sembari menyender di tiang teras belakang rumah.

"Ngomong apa ya, Bu?"

"Ngomong apa-ngomong apa." ulang Murti marah. "Kamu tadi habis ngatain anak saya iblis jahanam, kan?"

Sontak Nora menggeleng cepat. "Enggak, siapa bilang?" sanggah Nora.

"Saya lah!" seru Murti. "Kamu kira saya budek!? Telinga saya ini masih berfungsi!"

"Gak nanya sih," guman Nora begitu pelan.

"Terus tadi kamu ngomongin Ilham iblis jahanam, sama aja kamu juga hina saya! Ilham kan anak saya." marah-marah Murti tidak jelas.

Nora menghela napas malas. "Kalo sadar diri sih syukur, ya." gumannya lagi dengan satu jari mengorek telinga. Suara Murti membuat telinga Nora sakit.

"Perasaan ibu aja kali, aku dari tadi diem aja kok jemur bajunya." jelas Nora malas dengan senyum paksa.

Murti mendelik, "Dibilang saya itu gak budek—"

"Kenapa lagi sih bu?"

Murti langsung menoleh, menatap putra semata wayangnya yang baru saja bangun tidur. Buru-buru wanita tua itu mendekati putranya.

RASA SAKIT DAN LUKANYA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang