Last Day : Jodoh emang gak kemana.

129 6 0
                                    

FAKE DATING
━━━━━━━━━━

Sakamaki Seli x Shoto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakamaki Seli x Shoto

WEE!! Webtoon Fandom
@AmoebaUwu


•••


Aku berjalan mondar-mandir layaknya setrikaan di ruang tengah. Menggigit ibu jari, merasa gusar. Otak kembali mengingat janji mustahil yang baru saja ku ucap beberapa menit lalu. Tepat saat Upi menelpon diriku.

Flashback On!

"Sel, lo gak capek udah umur 20 tahun masih jomblo?"

"Lo sendiri?"

"Yee, ngejek lo? Gini-gini gue ada ya."

"Sure? Gak pernah liat tuh."

"Oh, lo mau liat? Oke kalo gitu gimana kalo besok kita doble date? Lo harus bawa pasangan. Nolak gue doain uang lo ilang diambil tuyul."

"Apasi anjir. Gilak kali lo. Mana bisa gue nemuin cowok dalam satu hari?"

"Bisa."

"Gimana?"

"Pake pelet."

"Ajg lo."

"Wkwk, yah pokoknya gamau tau lo harus janji. Kalo lo ga dateng, gue anggep gue menang dan lo harus jajanin gue selama sebulan."

"Anjir. Sejak kapan ini jadi taruhan njir?"

"Barusan, hehe. Yaudah ah. Lo harus janji ya. Gue tutup dulu telponnya. Dadahh.."

Flashback Off.

Aku menghela nafas lelah dan membanting tubuh ke atas sofa. Bisa-bisanya cewek satu itu berhasil membuatku pusing. Memangnya ada ya orang nemuin pacar cuma dalam hitungan hari aja? Memangnya dikira jasa rental apa?

Aku juga tidak mau jika harus disuruh membayari jajanannya setiap hari. Bisa-bisa uangku tekor mengingat cewek itu kalau jajan lumayan banyak. Jadi ya mau tidak mau aku harus berusaha cari pacar walau aku tahu betul tidak mungkin ada yang mau berpacaran dengan diriku.

Aku beranjak dari sofa dan menganbil cardigan hijau yang tergeletak di atas meja. Berjalan keluar rumah, memutuskan untuk melupakan masalah sejenak dengan mengalihkannya pada jalan-jalan di sore hari.

Aku menghirup udara kota yang sejuk. Komplek perumahan yang lumayan asri ini sanggup memanjakan indera penglihatan. Bunga-bubga tumbuh segar dan beberapa ekor lebah tampak mengelilingi putik-Nya. Menyerap sari-sari manis lalu menjadikannya madu.

Sampai ketika aku mendengar suara gaduh yang tak jauh dari tempatku berjalan. Suara yang mirip orang berkelahi itu menyita seluruh atensi secara sempurna. Membuatku reflek berlari dan mencari-cari. Lalu mendapati segerombol preman tengah menghajar sosok pria yang tampak sudah terkapar.

Dengan cepat aku bergegas ke arah sana. Berlari, menerjang preman yang hendak melawan dengan tendangan. Membuatnya terlempar beberapa meter hingga menghantam dinding. Mencuri semua pasang atensi dan mengejutkan semua orang yang ada di sana.

Aku berbalik, mengulurkan tangan pada sosok yang duduk terkapar, melemparkan raut wajah cemas, dan sosok itu membalas.

"Kamu gapapa?"

"Gapapa."

"Kamu kok bisa dikeroyok mereka? Kamu ada utang ya sama mereka?"

Ia menggeleng. "Yang jelas kita habisi dulu mereka berlima. Abis itu aku ceritain smuanya. "

Aku mengangguk dan mulai mengambil ancang-ancang hendak menyerang.

Lalu terjadilah pertarungan yang cukup sengit. Namun pada akhirnya aku dan pria inilah yang menang. Semua preman itu tepar lalu aku segera menarik tangannya dan membawa pria ini menjauh.

Aku duduk di ayunan taman bersama dengannya. Dia tampak kelelahan dan juga acak-acakkan. Luka lebam begitu kentara menghiasi wajahnya. Membuatku lagi-lagi penasaran, bagaimana bisa pria kecil ini di keroyok lima preman berbadan besar seperti itu?

"Kamu gapapa kan?" tanyaku membuka obrolan.

"Iya. Thanks udah nolongin."

"Sama-sama. Emangnya kamu kenapa kok sampe dikeroyok kayak gitu? Kamu ada salah apa sama mereka?"

"Mereka yang cari gara-gara duluan. Mereka udah malakin bocah-bocah kecil di daerah itu."

"Oh, jadi niat kamu itu nolongin?"

"Iya.. "

"Hm, orang kek mereka emang patut dikasi pelajaran si. Biadab banget."

"Kamu jago juga. Belajar berantem dari mana?"

"Dari Ayah."

"Oh, pantes. Kuat banget."

"Hehe, thanks.. "

Pria itu tersenyum manis. Membuatku tersipu malu karena wajahnya terlihat tampan. Aku pun membuang muka menyamarkan semu. Beberapa saat terjadi hening, dan aku kembali mengingat ucapan Upi siang tadi. Ajakan kencan buta yang akan diadakan esok hari.

Sial. Aku kembali murung.

"Kenapa?"

Aku tersentak kaget dan reflek menoleh.

"G-Gak kok. Gapapa. Aku cuma lagi kepikiran sesuatu aja."

"Apa? Bilang aja. Sapa tau bisa bantu."

Aku dengan ragu mulai menceritakan semua masalahku.

"Ah, cuma itu? Oke gimana kalo sama aku aja? Ya itung-itung balas budi karena udah nolongin aku tadi?"

"Hah? Seriusan? Kamu beneran?"

"Iyha..."

"Wah! Makasi, eh btw namamu siapa?"

"Sho,"

"Oke, makasi Sho! Aku Seli!"

"Sama-sama Seli.. "

Hehe emangnya, rezeki anak sholeh emang gak kemana.




- Selesai.

Last words!

Hay gays, thx ya udah mau baca book ini
Ch terakhir agak gmna kan ya? Aku lg write's block soalnya + hp lg rusk sush buat ngetik jdi maaf kalo jelek

Thx pokokny'

See youuu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗙𝗟𝗨𝗙𝗙 𝗪𝗘𝗘𝗞╵ᵖᵘⁿᵍᵘᵗᵖʳᵒʲᵉᶜᵗTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang