Waktu itu...
***
"Lho? Kemana semuanya?"
[Name] kebingungan saat bangun tidur dan selesai beres-beres. Dia hanya mendapati Luck yang tengah melihat-lihat grimoire miliknya.
Tumben sekali markas sepi, itulah pikiran [Name].
Luck menoleh, tersenyum seperti biasanya. "Komandan Yami lagi pergi, Finral entah kemana, Asta dan Noelle jalan-jalan sebentar, Gauche lagi bucin sama doi barunya, dan yang lainnya pada pergi gak bilang-bilang. Aku sendiri baru bangun," ucap Luck.
"Eh... Memang sejak kapan Gauche punya doi?" tanya [Name] heran. "Dan juga, siapa dia?"
"Eh?" Luck terkejut. Dia manggut-manggut berpikir. "Itu, sejak selesai misi dengan pasukan lain. Gadis dari pasukan Fajar Keemasan," ucap Luck.
Yoi. Pasangan ngenes–author
"Beruntung amat," gumam [Name].
"Huh? Beruntung?" tanya Luck bingung.
[Name] mengangguk. "Yah, aneh saja ada yang mau dengan siscon itu. Apalagi orangnya berasal dari pasukan elit. Aku tidak bisa membayangkan apa skenario perbucinan keduanya," tanggap [Name].
"AHAHAHA!" Luck tertawa dengan tanggapan [Name]. "Kenapa begitu? Jangan-jangan [Name]-chan iri karena ga punya doi ya," ejek Luck.
"... Tidak!" sergah [Name] kesal.
"Oh.... Kalau begitu bisa dong," ucap Luck.
"Apanya?"
"Bukan apa-apa."
"Ah.. dibanding itu, aku jadi ngantuk lagi." [Name] berucap gusar. Markas yang sepi memang paling terbaik digunakan untuk tidur. Luck menaikkan satu alisnya. "Tidur, lagi? Kenapa tidak semangat saja dan bertarung denganku!" ajak Luck.
"Nggak. Aku gak ada energi. Charmy gak ada disini," balas [Name] gusar.
Luck hanya diam memperhatikan [Name]. Dia mengangkat bahu dan melihat grimoire miliknya lagi.
"Sebenarnya apa yang kau lihat?" tanya [Name] sembari ikut duduk disebelah Luck.
Luck terkejut. Dia tersenyum ceria. "Aku berpikir ingin menambahkan mantra dan lembar baru lagi. Aku ingin bertambah kuat!" ucap Luck. "Dan kalau aku sudah kuat, aku akan–"
"....."
"Bertarung denganmu, [Name]-chan!" seru Luck semangat yang menengok kearah [Name].
Tapi bukannya mendapatkan wajah [Name], dia merasakan beban pada pundaknya. Luck menunduk sedikit, dan rupanya sang adik dari keluarga Vaude tengah tidur di sana.
Luck berkedip beberapa kali. Dia bahkan menganga karena terkaget-kaget. Luck tersenyum lembut. Dengan jahilnya, dia menyelipkan helaian rambut [h/c] ke telinga gadis itu.
"Aww.. ternyata dia ini ngantuk. [Name]-chan lucu juga," ucap Luck.
***
"Ahhh!! Bisa-bisanya aku meninggalkan adikku! Mana belum bangun pula!"
Finral berteriak kesetanan sembari membuka pintu setiap ruangan di markas. Karena bentuk markas yang berubah-ubah, saat Finral masuk dari pintu depan, dia langsung berlari mencari-cari ruangan tempat adiknya berada.
Tapi nihil, dimana sebenarnya?
"AHH! [NAME]!! NIICHAN MU DISINI! KAU DIMANA??!!!" seru Finral sembari berlari-lari.
Dia sampai di ruangan santai dan terpeleset. Wajahnya membentur lantai, sehingga darah mengalir dari hidung dan jidatnya.
"SAKIT!!! AAHH!! APA-APAAN INI–"
Finral berhenti berteriak. Rahangnya jatuh kebawah melihat pemandangan diatas sofa. Dimana juniornya yang gila bertarung dan adik perempuannya tengah tertidur.
Dengan posisi saling meletakkan kepalanya. [Name] di pundak Luck, dan Luck diatas kepala [Name].
Finral membatu. Lantas dia berdiri dan mojok di pojokan ruangan.
"ARGHHH!!!!!"
Yap. Finral nangis darah karena iri.
"SANGAT MEMBUATKU IRI! AAAHHH!!!"
***
Bonus
"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu, niichan?"
"Aku tidak apa-apa. Sumpah. Gapapa banget."
"Dan juga, kenapa disebelahku ada ini anak?"
"Gatau. Galiat."
Aku bahkan bingung dengan apa yang terjadi. Yang jelas, aku merasa nyaman secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You | Luck V.
Teen Fiction❝ aku mencintaimu ❞ bagaimana caranya seorang ksatria sihir penggila pertarungan mengungkapkan perasaannya padamu secara terang-terangan? ©𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐂𝐋𝐎𝐕𝐄𝐑 - 𝐘𝐔𝐊𝐈 𝐓𝐀𝐁𝐀𝐓𝐀