Kalau bersamanya...
***
"Kenapa aku harus menjalankan misi sama anak ini? Aku gamau. Suruh Magna aja."
"Jangan nolak! Lagian napa sih gamau bareng Luck? Marah-marah mulu lagi. Pms ya?"
[Name] mengerutkan keningnya kesal kala adu bacot dengan komandan tukang berak dihadapannya. Gadis ini tengah mati-matian menolak menjalankan misi dengan Luck. Luck yang disebelahnya hanya tertawa lebar bodoamat meski di tunjuk-tunjuk dan di nistakan oleh [Name].
'[Name]-chan terlalu lucu kalau marah-marah. Aku jadi nyengir aja deh. Biarin dinistain juga. Demi liat keimutan ayang–' batin Luck lalu menggeleng-geleng saat hampir keceplosan dalam batin.
[Name] menatap tajam Luck. "Apa geleng-geleng?!" tanya [Name] garang.
"Nggak ada tuh. Perasaan kamu aja kali," jawab Luck dengan cengiran khas nya.
"Pokoknya kalian jalankan misi ini. Aku gak peduli kau lagi pms atau tidak, [Name]. Kau itu harus lebih berguna dibanding kakakmu itu," ucap Yami yang tidak lain bertujuan menistakan Finral.
"Aku?!! Aku rasa aku cukup berguna selama ini!" pekik Finral tidak terima.
"Kakakku itu berguna! Jangan menistakan dia, dasar tukang berak! Dan lagi, aku tidak pms!" gertak [Name] bar-bar.
"Jaga bahasamu, bocah!" seru Yami kesal dengan perempatan imajiner di keningnya. "Dan lagi, siapa yang kau panggil tukang berak?!!"
"Siapa lagi disini yang suka berak selain kau?!!"
Finral menahan Yami yang hendak menggampol adik perempuan tersayangnya. Sedangkan [Name], ditarik-tarik oleh Luck agar tidak mengamuk dan ribut dengan Yami.
Mau menyanggah, tapi itu faktanya.
"Daripada ribut sama Komandan, mending ribut sama aku–" Kalimat Luck terhenti karena [Name] menonjok perutnya.
"Ogah!!"
Luck merintih kesakitan lalu nyengir lebar.
"Meski sakit, itu gak seberapa! Pakai sihirmu, dong!"
"Sini gua gebuk lu make sapu legend emak!"
"Kalau itu, skip. Larii!!!"
'aku iri sama adikku sendiri' batin Finral yang nangis bombay.
***
"[Name]-chan, mau berkelahi?"
"Gak."
"Mau?"
"Gak."
"Ih. Mumpung belum sampai di tempat kita menjalankan misi. Aku bosan. Ayo berkelahi!"
"Nggak. Skip."
"Walau kamu nolak, aku tetap mau!"
"Budeg ya?!"
"Nggak! Soalnya telingaku ini selalu baik-baik saja buatmu! Diteriakin juga gapapa tuh!"
[Name] merasa kepalanya hampir meledak karena mendengarkan Luck dan diajak berkelahi terus-menerus. Sekarang kebayang rasanya Magna yang depresi karena ulah Luck.
Kuat mental si Magna meski diajak gelud terus.
"Huuh. Gapapa deh. Lain kali aja," ucap Luck yang akhirnya capek juga.
"Capek kan? Makanya jangan ganggu," celetuk [Name] datar.
Luck tersenyum lebar. "Nggak tuh! Aku gapernah capek. Apasih yang bikin aku capek sama [Name]-chan? Liatin [Name]-chan dan gangguin setiap hari aja aku gak cape," ujar Luck.
[Name] menatap aneh. Kerasukan apa lagi ini anak?
'kok romantis gitu ya?' batin [Name] bingung.
Bro. Disini [Name] itu adiknya Finral. Si paling bucin sama cewe cantik.
Jadi [Name] pasti peka.
[Name] menatap Luck yang lari lebih dulu. Kelakuan Luck itu mirip seperti anak kecil. Menyebalkan, manja, tidak bisa diatur, dan mengganggu setiap saat.
"Kalau dipikir-pikir, Luck itu ganteng juga meski kelakuannya kayak bocah," ucap [Name] pelan. "Hah! Aku gak akan suka dia! Serius!"
Ah, boong. Yang bener?–author laknat
***
Membuatku kesal dan nyaman saat melihat kelakuannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/308588511-288-k204324.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You | Luck V.
Ficção Adolescente❝ aku mencintaimu ❞ bagaimana caranya seorang ksatria sihir penggila pertarungan mengungkapkan perasaannya padamu secara terang-terangan? ©𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐂𝐋𝐎𝐕𝐄𝐑 - 𝐘𝐔𝐊𝐈 𝐓𝐀𝐁𝐀𝐓𝐀