Ketika aku sakit...
***
"Suhu tubuhmu sangat tinggi! Jangan memaksakan diri untuk beraktivitas, [Name]!"
"Aku sungguh tak apa, Vanessa ... tak apa-apa...."
"Tak apa-apa, hulumu!"
[Name] menghela nafas dengan sesak. Vanessa memarahinya karena [Name] memaksakan diri untuk beraktivitas dan melakukan tugasnya sebagai ksatria sihir. Padahal saat ini, tubuhnya sedang panas tinggi dan lemas.
Bahkan beberapa kali, Vanessa dan Finral memergokinya muntah tak sengaja di sudut markas.
"Aku ... benar-benar tidak apa-apa...." ucap [Name] dengan suara serak.
Vanessa menyentil kening gadis cantik itu. Dia menghela nafas dan berkacak pinggang. "Hei, hei, jangan berbohong. Kau dan Finral itu tak jauh berbeda. Kalian berdua sama-sama tidak bisa berbohong," tegur Vanessa. "Dan lagi, suaramu sangat serak. Seharusnya kita bisa saja memeriksanya ke klinik. Tapi sayang sekali, ini tanggal tua..."
"Makanya aku gak mau di markas..." ucap [Name] lirih. "Apalagi ... kalau Luck pulang nanti. Dia bisa panik...."
"Itu yang kau takuti?" tanya Vanessa. Dia terkikik geli. "Ya ampun, kau takut pacarmu panik? Justru, bukannya lebih baik diobati oleh Luck? Pasti penuh kasih sayang darinya lho~"
[Name] sweatdrop mendengarnya. Gadis itu membayangkan betapa rusuhnya Luck kalau mengurusnya.
'Kalau minum obatnya satu botol, [Name]-chan pasti lebih cepat sembuh!!'
Lantas [Name] menggeleng keras dengan tatapan horor nya karena membayangkan hal itu.
"Tidak ... aku pasti langsung mati...."
Pada akhirnya, [Name] pasrah karena ditarik kembali ke kamarnya oleh Vanessa. Tidak hanya itu, Yami bahkan hampir membunuhnya dengan serius karena gadis itu memaksa.
Berakhirlah gadis itu terbaring lemah di kamarnya. [Name] menatap sayu langit-langit kamar. Dia benar-benar ingin sesuatu yang membuatnya kembali sembuh.
Tok! Tok! Tok!
"[Name]-chan! Aku masuk ya?"
[Name] terbelalak mendengar nada khas dari Luck di luar kamarnya. Dia baru saja hendak ingin bangkit dan melarang Luck masuk.
Namun, pacar nya itu benar-benar tidak tahu kata menunggu dan langsung menerobos masuk tanpa menunggu jawaban.
Tanpa aba-aba, Luck mengguncang kedua bahu gadis itu. "[Name]-chan! [Name]-chan! Kamu sakit? Jangan mati!!!" Luck berteriak heboh dengan wajah khawatir.
[Name] sweatdrop dengan apa yang dilakukan oleh Luck. Kepalanya semakin sakit dan matanya berkunang-kunang akibat aksi brutal yang dilakukan oleh pacar nya itu.
"L-Luck! S-Sakit!" ringis [Name] sambil mendorong tubuh Luck menjauh. Terlihat raut kekecewaan dari Luck karena dia membuat [Name] kesakitan.
Dengan hati-hati, Luck bertanya padanya, "Apa kamu sudah minum obat?" Luck mendekati pacar nya itu. Kemudian dia membaringkan tubuh gadis favoritnya itu kembali ke kasur. "Aku akan merawatmu. Jangan gegabah dong. Nanti kalau kamu mati, aku bisa gila."
"Tunggu disini. Aku akan mengambil bubur dan juga obat." Laki-laki pengguna sihir petir itu memberikan peringatan pada [Name] sembari keluar dari kamarnya.
[Name] memperhatikan pintu kamarnya yang tertutup. Gadis itu menatap sendu dan bergumam pelan dengan kondisinya saat ini.
Tidak lama meninggalkan kamar [Name], Luck sudah kembali dengan membawa bubur dan juga obat. Laki-laki itu membuka bungkusan bubur dan membantu [Name] duduk dengan punggung yang menyender ke dinding.
Luck menyuapi [Name] dengan pelan-pelan, berharap perempuannya itu tidak tersedak. Dengan wajah yang terlihat lesu dan memerah, [Name] mengunyah bubur yang diberikan oleh Luck. Luck tersenyum hangat melihat [Name] makan dengan lahapnya.
"Maaf merepotkan mu ... Luck," celetuk [Name] lirih. "Aku pasti mengganggu tugas mu...."
Luck terdiam sejenak, dia berkedip beberapa saat. Laki-laki itu mengelus kepala [Name] dengan lembut dan tulus. Luck tersenyum memandangi wajah cantik [Name] yang tidak berubah meski sedang sakit.
"Kau tahu? Aku tidak merasa direpotkan oleh mu, [Name]-chan," tutur Luck. Dia tertawa kecil. "Aku harus melakukan yang terbaik untuk pacar ku. Ini adalah hal yang seharusnya aku lakukan. [Name]-chan santai saja. Komandan Yami juga tidak marah kok aku meninggalkan tugasku."
Luck kembali menyuapi [Name]. Senyumnya masih terukir di wajahnya. "Lagipula, aku benci melihat perempuan kesayanganku sakit," imbuh Luck. Dia meletakkan bubur di meja pinggir kasur [Name].
Laki-laki itu menyatukan dahinya dengan [Name]. [Name] terdiam menatap netra biru sapphire milik Luck. Tidak lama, laki-laki itu mencium pipi dan juga kening [Name].
"Cepatlah sembuh ... [Name]-chan ku."
***
Bonus
"Luck. Apa yang kau lakukan pada [Name] dua hari yang lalu?"
"Apa maksudmu, Finral?"
"[Name] jadi terlihat tidak fokus dan selalu salah tingkah saat melihatmu. Dia juga meraba-raba keningnya terus."
"Ehhh?!! Apa dia sakit lagi?"
"Kurasa tidak!! Kau melakukan sesuatu, ya 'kan?!"
"T-tidak kok. Aku cuman mengecek suhu tubuhnya dengan kening ku, dan juga mencium pipinya...."
"Itulah masalahnya. BODOH!!!!"
Luck dengan hangat dan lembutnya merawat ku. Aku tidak akan melupakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You | Luck V.
Teen Fiction❝ aku mencintaimu ❞ bagaimana caranya seorang ksatria sihir penggila pertarungan mengungkapkan perasaannya padamu secara terang-terangan? ©𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐂𝐋𝐎𝐕𝐄𝐑 - 𝐘𝐔𝐊𝐈 𝐓𝐀𝐁𝐀𝐓𝐀