ARJEKA[8] Satu Kelompok

499 78 7
                                    

°°Satu kelompok°°
.
.
.
.
🧸🧸🧸

"Baik anak-anak untuk tugas seni Minggu depan, kalian bikin kelompok bernyanyi masing-masing dua orang. Kalian tentuin aja siapa yang nyanyi dan siapa yang bermain alat musiknya. Untuk pembagian kelompok biar ibu yang nentuin."

Guru tersebut berjalan menuju mejanya dan mengambil buku absensi yang tergeletak di sana. Setelah itu dia kembali berdiri di depan murid-murid kelas 11 IPA 1,kelas seorang Arjeka dan antek-anteknya.

"Ibu akan bacakan nama kalian beserta pasangan kelompoknya. Ini mutlak ya!gak boleh ada yang protes."

"Iyaa Bu!!"

"Oke. Kelompok pertama Bima Dengan Vian, Ke--"

"---APA!! Kok saya gak di pasangin sama cewek si Bu? Dan kenapa harus Vian!" Ucap bima sambil melirik kesal kearah Vian yang tengah menatap Bima santai. Agaknya pemuda bernama Bima Prasetya ini punya dendam terpendam terhadap Arvian. Padahal kenyataannya emang...

Iya.

Bima sangat amat tidak suka dengan tampang sok ganteng Vian, padahal menurutnya masih ganteng dirinya kemana-mana. Jabatan sebagai ketua basket aja yang bikin Vian punya nilai plus tersendiri. Kalo masalah ketampanan jelas Bima juaranya.

Itu menurut Bima..

"Harusnya Lo beruntung Bim sekelompok bareng gue. Secara gue ini ganteng, minimal ngebantu lah naikin nilai. Aturan gue yang harusnya protes sama guru. Masa cowok ganteng kek gue di satuin sama bencong kek Lo."

Ucapan Vian barusan sukses membuat Bima marah besar, ya meskipun gak ada bedanya dia marah ataupun enggak, tapi Bima saat ini tangah merasakan gejolak panas membara di dalam hatinya.

Dia kembali menatap guru tersebut penuh permohonan.

"Tuhh liatt bu~ Vian mah gitu orangnya! kepedean. Males banget sekelompok bareng cowok kek gitu, mana ngatain saya bencong lagi. Apa cuman saya disini yang gak setuju sama ucapan Vian?"

"Iya Lo doang..! Udah lah Bim.. terima aja kali. Sukur-sukur Lo dikasih pasangan. Daripada Lo nanti gak kebagian kelompok."

Bima menatap Salma lekat sebelum akhirnya tersenyum cerah seolah mendapat ide brilian. Dia beralih menatap guru tersebut yang masih diam menyimak pertikaian antara Bima Dengan Vian.

"Gimana kalo saya sama Salma aja Bu kelompoknya. Kita berdua ini besti Loh Bu."

Salma menggeleng tak setuju,enak saja Bima berucap. Tau dirinya tidak sekelompok dengan Bima saja Salma sudah sukur Alhamdulillah. Ini malah nego mau sekelompok, big no ya!

"Kagak! Enak aja Lo. Gak usah Bu! Bima sama Vian aja. Gue bosen sama Lo Bim, kali-kali gitu kita pisah. Perasaan Lo nempel Mulu ke gue deh."

"Pede banget Lo gue tempelin. Kalo gak ada gue. Lo mau bergaul sama siapa Salma! Sama pohon! Heran, apa cuman gue disini yang mau temenan sama Salma."

"Kan ada Lisa!!"

"Ya tap--"

"Udah heh!!kalo mau berantem sini maju ke depan, selesain di sini!! Salma kamu duduk! Dan kamu Bima, kalo masih protes saya kosongin nilai kamu!!"

Bima langsung kicep kala guru tersebut mengancamnya dengan nilai. Heran dia kenapa semua guru selalu berkata hal yang sama kepadanya. Tempo hari perkara basket nilai Bima hampir kosong. Sekarang nilai keseniannya juga nyaris bernasib sama. Guru-guru di SMA Christoffer ini emang ngeri.

"I-iya Bu, ampun"ringisnya. Bima menatap kesal kearah Vian saat matanya tak sengaja melirik pemuda itu yang tengah tertawa mengejek kearahnya.

Heran Bima kenapa pemuda itu seperti punya dendam pribadi padanya. Perasaan Bima gak punya masalah dengan Vian maupun ceesnya yang lain. Jangankan masalah, bertegur sapa aja Bima gak pernah,pernah sih tapi gak sering.

ArjekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang