ARJEKA[12] Antara Vian dan Raisya

393 58 6
                                    

°°Antara Vian Dan Raisya°°
.
.
.
🧸🧸🧸

Raisya terus memantul-mantulkan bola basketnya kemudian melemparkannya hingga memasuki ring. Terhitung sudah 10 menit ia melakukan hal tersebut berulang-ulang. Kelasnya jamkos, Chelsea seperti biasa mendekati Jeka yang tengah membolos, Pinky pergi ke perpustakaan. Entah kenapa gadis itu jadi sering pergi ke tempat penuh buku tersebut.

Raisya tak tahu apa yang ia pikirkan sekarang ini. Yang jelas suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Semua berawal ketika ia tak sengaja melihat Aksa yang tengah duduk berdua dengan Salma di rooftop.

Ya benar..

Raisya memutuskan untuk mengikuti pemuda itu setelah percakapan serius antara mereka berdua tempo hari. Namun ia tak menyangka keputusan untuk membuntuti Aksa akan berakhir membuatnya tak karuan seperti sekarang.

Pluk!

Bola yang ia lempar kembali masuk kedalam ring. Raisya berjalan guna mengambil bola yang barusan ia lempar, namun langkahnya terhenti saat melihat bola tersebut Sudah berada di tangan Pemuda bernama Arvian Alaska.

Arvian berjalan mendekati Raisya yang tengah duduk di tengah lapangan basket indoor seraya meneguk sebotol minuman. Pemuda itu ikut mendudukkan diri di samping Raisya dengan tangan yang bertumpu kebelakang.

"Skill basket lo emang gak perlu diraguin lagi. Pantes pak Herman jadiin lo kapten." Raisya terkekeh mendengar perkataan Vian.

"Lo juga kapten kalo lo lupa."

Vian mengangguk, "Iya kita sama-sama kapten." Kata Vian disusul tawa ringan dari Raisya.

"Btw ngapain Lo kesini? Bukannya kelas Lo masuk ya?" Tanya Raisya. Sebenarnya ia tahu kenapa pemuda ini bisa ada di lapangan indoor bersamanya. Kalo gak bolos ya jamkos, tapi untuk opsi kedua kayaknya gak mungkin. Soalnya kelas pemuda itu bagian mapel matematika yang gurunya gak pernah absen sekalipun.

Darimana Raisya tau?

Jawabannya dari Chelsea, gadis itu bilang Arjeka benci mata pelajaran matematika makanya hari ini pemuda itu bolos, dan Chelsea tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berdekatan dengan Jeka.

Kalo Jeka bolos, maka kedua anak bawangnya juga pasti ikut bolos. Seperti Vian saat ini, pasti pemuda itu bolos. Entah kemana perginya Aksa, biasanya pemuda itu selalu berdua dengan Vian.

Raisya celingak-celinguk melihat kearah belakang Vian. Pemuda itu ikut melihat kebelakang kemudian kembali menatap Raisya santai, "Kalo Lo nyari Aksa, gak bakal ketemu. Dia gak ikut bolos." Kata Vian, Raisya menggeleng menanggapi ucapan Vian.

"Enggak kok. Gue malah seneng dia gak ada, setidaknya gak ada yang gangguin gue."

"Tapi Lo kayak orang yang lagi kehilangan tau."

"Maksud Lo?" Tanya Raisya tak mengerti.

"Gue tau kemarin-kemarin Lo baru aja nolak Aksa untuk yang kesekian kalinya. Dan gue juga tau kalo Aksa udah berhenti ngejar-ngejar Lo. Dan sekarang Lo ngerasa kehilangan dia kan?"

Raisya tertawa guna menyangkal ucapan Vian, "Gue?ngerasa kehilangan? Hahahah~ Lo gila? Gue yang minta Aksa buat berenti. Kalo Sekarang dia emang milih buat berhenti ya gue seneng lah."

Vian menggelengkan kepalanya gak habis pikir. Dia akuin dirinya tertarik dengan Raisya, gadis itu punya kepribadian yang unik dan juga lumayan asik diajak ngobrol kayak gini. Mungkin karena mereka sering latihan bersama jadi mereka berdua cukup akrab. Tidak seperti Aksa yang selalu mendapat respon cuek dari Raisya.

ArjekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang