ARJEKA[7] Akhir Sebuah Perjuangan

445 65 1
                                    

°°Akhir Sebuah Perjuangan°°
.
.
.
🧸🧸🧸

"Sya tunggu!!"

Gadis bernama Raisya itu berdecak kesal ketika mendapati tangan dari pemuda yang sedari tadi mengejarnya itu kini menggenggam erat tangannya.

"Apasi!!"

"Kenapa sih Lo selalu hindarin gue?"

Raisya menatap malas kearah Aksa yang kini menatapnya dengan penuh tanya.

"Masalah emang?"

"Lo ngerti gak sih!gue suka sama Lo Raisya! Hargainlah dikit."

"Heh Aksa! Gue gak pernah nyuruh Lo buat suka sama gue ya! Itu semua atas keinginan Lo sendiri"

"Lo gak bisa gitu ngehargain orang yang udah capek-capek berjuang buat Lo? Sedikitpun?"

"Denger baik-baik ya Aksa! Gue gak suka sama Lo. Gue gak tertarik sama Lo. Dan gue gak pernah nyuruh Lo buat capek-capek ngejar gue ataupun berjuang apalah itu. Intinya kalo Lo capek ya berhenti! Paham?" Entah apa yang gadis itu rasakan saat ini setelah kalimat itu keluar dari mulutnya.

Yang pasti dirinya merasakan ada sedikit penyesalan setelah melihat perubahan raut wajah dari pemuda di hadapannya. Yang semula menatap dirinya dengan tatapan sedih kini berubah datar tanpa ekspresi.

"Kalo gitu gue nyerah sya" ucapnya datar. Meski itu yang Raisya inginkan namun mendengar Aksa berkata demikian ada sedikit rasa sakit plus tidak rela yang menggerogoti sebagian hatinya.

Bagaimanapun Aksa sudah mengerjar-ngejarnya sejak kelas 10 satu tahun yang lalu. Dan mendengar pemuda itu akan berhenti,hati nya merasa sedikit tidak rela.

Raisya berusaha menormalkan ekspresi wajahnya agar tidak terlihat terlalu sedih dia menatap Aksa seolah tidak perduli dengan ucapan pemuda itu.

"Silahkan. Gue gak perduli." acuhnya sambil membuang muka menghindari tatapan Aksa yang membuat nya semakin sakit hati. Dia sedikit merasakan rasa suka dengan Aksa. Namun gadis itu terlalu ragu dan bimbang akan apa yang ia rasakan saat ini. Tapi yang jelas dirinya berharap perasaannya tidak datang disaat Aksa sudah benar-benar menjauh. Dia berharap jika perasaan ini bukan rasa cinta, melainkan rasa kasihan semata kepada pemuda itu.

Mata emang tidak pernah bisa berbohong. Kendati ekspresi wajah Aksa menunjukkan raut datar, namun terlihat dari iris mata pemuda itu yang menunjukkan betapa hancurnya dirinya saat ini. Melihat sikap tak perduli dari orang yang di sukai nya tak bisa ia terima begitu saja. Hatinya sakit, air matanya bahkan akan menetes jika saja dirinya berkedip.

Aksa mendongak berusaha menahan kala air mata itu semakin penuh memenuhi rongga matanya.

"Gue harap Lo gak nyesel setelah ini sya" lirih Aksa menatap Raisya sendu. Kemudian pemuda itu pergi dengan langka gontai meninggalkan Raisya yang tengah menatap Aksa dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Hmm gue harap juga gitu"

^^^^

Aksa berjalan dengan lunglai menyusuri koridor kelas yang terlihat sangat sepi. Dia berniat pergi ke rooftop, biarlah dia bolos di hari ini.

Hatinya benar-benar butuh ketenangan.

Dia duduk sambil menjuntai kan kakinya ke bawah tanpa takut dirinya akan terjatuh jika saja ada orang iseng yang mendorongnya.

Dia merentangkan tangannya sambil mendongak menikmati hembusan angin yang merepa leher putihnya.

"Gue bakal bener-bener nyerah sya, laki-laki juga bisa capek kalo kelamaan ngejar" ucapnya pelan sambil menatap kosong kearah lapangan yang berada tepat di bawah juntaian kakinya.

ArjekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang