TEMAN PALSU

16 2 3
                                    

   Setelah kejadian memalukan di pesta ulang tahun Monica, Caca berani kembali menapakkan kakinya di sekolah. tentunya dengan usaha keras melupakan kejadian malam itu, hampir setiap malam dia menangis mengingat hal paling memalukan di hidupnya itu, tatapan-tatapan yang melihatnya jijik membuatnya menjadi orang yang tidak berguna.

Semakin Caca melupakan kejadian itu, semakin tinggi rasa kebencianya terhadap dirinya sendiri. dia selalu merutuki dirinya, kenapa aku jelek, kenapa aku bodoh, kenapa semua orang membenciku, kenapa aku ga mati aja!! semua rutukan itu
membuat kepalanya hampir pecah.

Caca melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas, seketika semua tatapan langsung tertuju padanya. tatapan jijik dan tidak bersahabat yang di berikan teman-temanya. sebisa mungkin dia menghiraukanya, tatapan itu sudah sering Caca terima, itu sudah biasa.

"mental si gentong kuat juga ya."

"kalo gue jadi dia udah bundir dari lahir hahahaha."

"ga guna banget hidupnya."

"kasian mana masih muda mukanya udah jelek,"Bisik-bisik teman-temanya tapi dengan intonasi yang keras, sengaja agar Caca mendengarnya.

Mata Caca terbelalak lebar, air matanya hampir saja tumpah saat dia melihat mejanya. kini mejanya penuh sampah-sampah plastik dan kertas. dan yang paling parah adalah ada satu bungkus nasi dengan nasi basi dan lauk pauknya yang sudah menguning dan berbau busuk berceceran diatas mejanya. jangan lupakan coretan-coretan kasar yang ditulis secara gamblang.

Caca babi.
anak dakjal cuih.
welcome back babi.
jelek banget jadi orang.
babi babi ngokk ngokkk ngokkk.

Ada satu tulisan yang mengalihkan perhatian Caca.
MATI AJA SANA

Tulisan yang di tulis oleh Riri, air matanya turun tanpa aba-aba, Caca buru-buru mengusapnya, dadanya terasa begitu sesak. dia tau dia jelek, dia tau dia cacat penyakitan bodoh dan tidak berguna, tapi apa pantas dia di perlakukan seperti layaknya bukan manusia?

"Hay Caca,"seseorang merangkul bahu Caca dari belakang, siapa lagi kalau bukan Monica. Kini dia sendirian, bukan dengan gengnya.

"lama ya kita ga ketemu,gimana sakitnya udah sembuh, kangen gue ga? pasti kangen dong gue kan orangnya ngangenin."

"btw ca."Monica memiringkan tubuh Caca hingga menghadap ke samping, sengaja mengalihkan pandanganya pada Riri yang tengah sibuk bercanda dengan teman-teman gengnya.

Tawa Riri pecah, Caca tidak pernah melihat tawa itu sebelumnya. Riri pasti senang bisa berteman dengan Monica.

"Riri kok tega banget ya sama lo, bisa-bisanya dia ninggalin sahabatnya sendiri pas lagi susah-
susahnya, dia tuh iblis atau apa sih, ga punya hati banget?"

"Riri orang baik,"Gumam Caca, nyaris tidak terdengar di telinga Monica.

"sabar ya Ca, tapi Riri ga salah juga sih. dia mungkin malu temenan sama orang yang di kucilkan satu kelas kaya lo, upss."Monica menutup mulutnya"maap ya ca gue ga bermaksud gitu."

"Bu Ines dateng, Bu Ines dateng!!!"Teriak teman Caca yang berdiri di ambang pintu berlari kedalam kelas.

Semuanya menghambur, mondar-mandir mencari kursi mereka masing-masing, Monica langsung pergi ke kursinya. meninggalkan Caca di kursinya sendirian.

Caca memunguti nasi basi yang berceceran di atas mejanya.

"selamat pagi anak-anak,"Sapa Bu Ines hangat.

"pagi bu!!"Seru sekelas kompak.

"buka buku paket kalian kita lanjutkan materi yang kemarin....."Ucapan Bu Ines berhenti.

Hi,cacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang