Affair With You (End)

1.7K 85 14
                                    


Sebelum baca part ini, kasih emot ini dulu dong 😘
Ada yang kangen sama aku gak nih?

Happy reading

****

Pertama kali saat membuka mata yang Yuki rasakan adalah pusing pada kepalanya tapi Yuki menahan semua rasa sakitnya karena yang lebih menyakitkan adalah hatinya saat ini.

Yuki menatap sekelilingnya dengan hampa. Kenapa ia masih hidup padahal Yuki sudah menenggelamkan dirinya di bathtub, ia pikir dirinya sudah tidak ada di dunia ini lagi dan menyusul kedua orang tuanya tetapi kenapa ia masih berada di sini?

Yuki mendengar suara seseorang berbicara dengan dokter, ia kenal dengan suara itu. Ya itu adalah suara om-nya.

Ceklek....

Al membuka pintu ruang rawat inap Yuki dengan perlahan. Ia berjalan ke arah Yuki yang saat ini menjadi pendiam.

"Kalau mau bunuh diri cari tempat yang sesuai jangan rumah saya yang kamu kotori!" ujar Al dengan dingin tetapi Yuki sama sekali tidak membalas perkataan Al. Yuki sudah terbiasa dengan sikap Al yang berubah-ubah kepadanya tetapi kali ini hatinya sudah mati rasa, sakitnya sudah melampaui batas kemampuannya sebagai manusia biasa.

"Mass!" tegur Marsha yang baru saja datang. "Yuki baru saja sadar dan kamu sudah memarahinya? Kamu kenapa sih sikapnya berubah-ubah sama Yuki? Kadang baik, kadang kasar," keluh Marsha kepada suaminya.

Al terdiam menatap wajah Yuki yang terlihat masih pucat, masih jelas di ingatannya bagaimana ia menemukan Yuki di dalam kamar mandi dengan tak sadarkan diri, begitu paniknya ia melihat keadaan Yuki yang tak berdaya saat itu. Ia pikir Yuki sudah meninggal dengan menenggelamkan dirinya di bathtub.

"Yuki, Tante bawa bubur kesukaan kamu. Kamu makan ya!" ujar Marsha dengan perhatian kepada keponakan satu-satunya itu.

Yuki menatap kosong ke arah jendela, ia sama sekali tak ingin berbicara kepada siapa pun. Lebih baik diam daripada hatinya terus menerus terluka.

Marsha menatap suaminya dengan sirat akan kecemasan akan kondisi Yuki. "Mas, Yuki gak mau berbicara sedikit pun," ujar Marsha dengan panik.

"Yuki!"

"Yuki bicara sama Tante, Sayang! Apa yang sakit hiks... Jangan dipendam sendiri!" ucap Marsha dengan menangis ia tidak tega melihat keadaan keponakannya yang menjadi seperti ini.

"Aku mau pulang!" ucap Yuki dengan datar.

"Kalau kamu sudah merasa sembuh ayo pulang!" ujar Al dengan dingin.

"Mass!" ucap Marsha. "Yuki harus dirawat dulu setidaknya tiga hari!" ujar Marsha dengan tegas.

"Yuki aja mau pulang! Mas yakin dia baik-baik saja!" ujar Al dengan dingin.

Tak ada lagi Yuki yang ceria! Tak ada lagi Yuki yang merengek seperti anak kecil, tak ada lagi Yuki yang cerewet! Sekarang hanya ada Yuki yang dingin tak tersentuh karena kesakitan yang ia rasakan.

****

3 bulan kemudian....

Waktu sudah berlalu begitu cepat, Yuki benar-benar menetapi janjinya untuk tidak menganggu Al lagi bahkan ia selalu menghindar jika lelaki itu ada di rumah. Ia tak lagi berbicara dengan Al walau hanya satu kata pun.

"Yuki sarapan dulu, Sayang!" ujar Marsha dengan perhatian.

Yuki memelankan langkahnya dan menatap tantenya tanpa ekspresi karena tersenyum pun sulit bagi Yuki sekarang.

"Di kantor aja!" ucap Yuki dengan singkat tetapi mampu memantik amarah seseorang yang sedang duduk di kursi.

"Duduk! Sejak kapan kamu menjadi gadis tidak sopan dengan tantemu sendiri?" geram Al menjatuhkan sendok dengan keras di atas piring.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang