Midnight

77 1 4
                                    

Mar 26, 2022

Punya ekspektasi tinggi seringnya mengecewakan, tak peduli ke mana ekspektasi di taruh. Kenapa aku tidak bisa berhenti berekspektasi? Mengkhayalkan hal-hal hebat yang mungkin bisa ku lakukan atau sesuatu yang bisa ku miliki. Sakit rasanya berkhayal lalu menit berikutnya kenyataan menghantam sangat kuat. Kepalaku pusing.

Menangis di saat seperti ini terlihat menyedihkan dan jelek. Pasti menyenangkan jika menangis di kamar yang rapi, dengan lampu tidur mahal yang redup. Dengan bantal dan selimut dari bahan sutra. Serta boneka sebesar ukuran tubuh yang bisa dipeluk. Terlihat seperti adegan di drama Korea yang pemeran utamanya tinggal di penthouse dengan sejuta masalah hidupnya. Sedih, tapi masih terlihat elegan. Begitulah. Hanya ada di drama Korea. Sepertinya aku harus mengurangi waktu nontonku.

Kenapa membaca tidak menyenangkan seperti dulu? Kenapa aku seolah kecanduan gadget dan enggan bersosialisasi? Mengobrol dengan orang lain membuatku lelah dan gampang marah. Kenapa aku harus selalu memasalahkan omongan orang? Kenapa aku harus membuatnya seolah semua perkataannya menyinggungku? Ada yang salah denganku, entah apa.

Apa manfaatku sebagai manusia dan masih hidup? Beberapa kali pertanyaan itu menggangguku. Katanya aku pasti berguna asal berusaha. Berusaha yang seperti apa jika apa pun yang ku lakukan terlihat seperti kesalahan. Saat tak kompeten aku harus mau dipindah dan melakukan sesuatu yang baru. Akhirnya aku harus keluar dari sana karena terlalu menuntut sempurna.

Aku benci harus berkali-kali berusaha membuang diriku. Sisi mana lagi yang harus aku ubah? Wajah mana lagi yang harus ku pasang? Kalimat apalagi yang harus ku ucapkan? Semata agar mereka tak tersinggung, agar mereka tetap jadi temanku, agar aku selalu kelihatan baik. Betapa ironisnya, mengatai orang lain munafik padahal sendirinya tak jauh beda.

Beberapa hari ini lebih memuakkan. Tidurku bahkan berganti pola. Siangku jadi malam, begitu sebaliknya, masih melakukan hal-hal tak berguna khas pengangguran. Mengumpat orang-orang yang membuatku jengah dengan kelakuan dan segala basa-basinya. Aku bahkan tak tahan dengan diriku sendiri.

Lava PijarWhere stories live. Discover now