Walau harus menikah tanpa rasa cinta, aku akan tetap menjalankannya dengan ikhlas, karena aku tidak mau anakku nanti merasakan hal yang sama denganku.
•
•
•
“Lo dicermahin Bu Agnes hampir dua jam?” Tanya Kidung sambil membawa nampan yang berisi makanan untuk kami.
Aku dan Kidung sedang berjalan menuju meja kosong yang ada di kantin. Tempat makan sekolah hanya ada satu dan selalu ramai seperti ini.
“Iya.” Jawabku singkat.
Saat kami hampir tiba di meja kosong itu, tiba-tiba siswi datang dan memukul meja itu. Dia berdiri menghadap ke arahku dan Kidung.
“Mau apa?” Tanya siswi itu.
“Mau duduk.” Jawabku singkat.
“Stt. Sen, biarin dia yang duduk.” Bisik Kidung, dari nada suaranya, dia nampak takut.
“Tapikan kita udah duluan.” Sangkalku. Cari tempat duduk kosong di kantin sangat sulit, langka seperti hewan purba.
“Dia kakak kelas. Udah jangan dilawan.” Jawab Kidung.
Lagi-lagi masalah senioritas. Aku memutar bola mata, melihat siswi di hadapanku melipat tangannya di depan dada. Seperti sedang menantang.
“Sana pergi!” Usirnya.
“Budaya ngantri dong Ka—” Ucapanku terhenti saat siswi itu memanggil satu nama.
“Araya! Sini!” Teriaknya dengan ceria. Perlahan ku tengokkan kepala ke belakang. Benar saja, Kak Raya berjalan ke arah kami. Kali ini dia tidak sendiri, dia bersama dua temannya yang lain. Yang ku kenal hanya Kak Dirga.
Aku mengalihkan pandangan saat Kak Raya melihatku dengan tatapan tajam. “Ayo kita makan di kelas aja, Kid.” Ajakku ke Kidung.
Aku tidak mau berurusan lagi dengan Kak Raya. Aku mau sekolah dengan tenang.
“Kan gue bilang dari tadi, mending kita cabut.” Bisik Kidung yang dari tadi masih setia memegang nampan.
Saat kami ingin melangkah pergi, tanganku dicegah oleh Kak Dirga. “Sena mau kemana?” Tanyanya.
Ku lirik Kak Raya dan kedua temannya yang lain, mereka sudah duduk sambil melihat ke arahku dengan tatapan sinis.
“Eh, aku mau makan di kelas, Kak. Soalnya di sini penuh.” Jawabku.
Kak Dirga yang masih setia memegang lenganku berucap, “nggak mau gabung aja sama Kak Dirga?” tawarnya.
Aku melihat Kidung, dia langsung menggelengkan kepala sambil melihatku. “Ah, enggak, Kak. Makasih.” Jawabku sambil tersenyum kecil dan berusaha melepas genggaman Kak Dirga.
“Kami permisi ya, Kak Dirga.” Pamit ku.
“Iya, selamat makan.” Jawabnya.
Aku dan Kidung segera melangkahkan kaki pergi meninggalkan kantin. Mimpi apa aku semalam, satu hari ini masalah muncul secara bergantian. Cukup, aku tidak mau bertemu lagi dengan Kak Raya.
“Lo kenal Kak Dirga?” Tanya Kidung dalam perjalanan menuju kelas.
“Iya, dulu Kakak Kelas gue waktu SMP.” Jawabku seperlunya.
Akhirnya kami sampai di dalam kelas, aku dan Kidung duduk di tempat masing-masing.
“Gue kasih tau sama lo. Jangan sekali-sekali berurusan sama Kak Momo.” Ucap Kidung sambil mengaduk mie ayam yang dari tadi dia bawa di atas nampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiring Wedding
Teen FictionSenandung, wanita yang ingin memiliki keluarga kecil yang bahagia justru harus menikah dengan Araya, Kakak kelas yang digandrungi banyak wanita. Pernikahan karena perjodohan yang mereka jalani selalu diliputi dengan masalah, hal ini membuat keduany...