Part. 9

1 3 0
                                    

Pukul 12 siang waktunya penghuni kampus mengisi perut yang sudah kosong. Kantin di Kampus ini cukup banyak, karena di setiap Program Studi memiliki kantin masing-masing. Jadi setiap mahasiswa/i tidak perlu takut tempat duduk penuh atau kehabisan makanan. Seperti halnya Raya dan ketiga sohibnya. Mereka baru datang dan duduk di kursi kantin, keadaan di sana cukup ramai tapi tidak sesak, semua terkendali dengan baik.

“Kalian makan apa?” Tanya Dirga kepada teman-temannya.

Nusa tersenyum meledak, “kayaknya ada yang lagi bahagia, nih.” Driga hanya tertawa mendengar ledekan Nusa.

“Haha. Yoi, gue traktir lo bertiga. Setelah setahun gue nggak ketemu Sena, akhirnya hari ini kangen gue terbayar.” Jelasnya sambil menampilkan senyuman mereka di bibirnya.

“Bulol.” Timpal Momo, cewek itu tersenyum sambil membolak-balikkan buku menu.

“Gue mau ketoprak deh, sama es teh.” Ucap Nusa, tangannya mulai membuka aplikasi game online dan sesekali menghisap vape yang selalu ada di tasnya.

“Kamu mau makan apa, Beb?” Tanya Momo kepada Raya. Dari tadi cowok itu terlihat lebih diam dari biasanya. Dia hanya fokus ke ponsel, seakan tidak mencerna perbincangan teman-temannya. Apalagi saat mendengar alasan Dirga ingin mentraktir mereka, semakin malas dia mengeluarkan suaranya.

Dirga menyenggol bahu Raya, “heh, lo sakit?” Tanya cowok itu.

Raya menggeleng, “gue biasa aja.”

“Lagi dapet dia.” Ledek Nusa sambil matanya masih fokus ke game yang ada di ponselnya.

Sedangkan di ujung kantin yang sama, terlihat Sena sedang mengarahkan pandangannya ke penjuru kantin. Dia mencari dimana keberadaan sang suami. Saat matanya melihat Raya sudah duduk bersama kawan-kawannya, senyuman di bibirnya mengembang.

Dia melihat ke sekitar, memilih mencegat satu mahasiswi. “Hei, sorry ganggu.” Ucapnya.

“Gue boleh minta tolong kasih bekal ini ke cowok yang itu?” Pinta Sena sambil menunjuk suaminya.

Mahasiswi itu mengikuti arah tunjukkan jari Sena, “Kak Raya?” Ternyata Raya juga terkenal saat sudah kuliah. Sama hanya saat SMA kemarin.

Sena tersenyum singkat sambil mengangguk. “Boleh?”

No problem.” Jawab Mahasiswi itu sambil menerima bekal dari tangan Sena.

“Makasih banyak, ya.” Ucap Sena. Mahasiswi yang dia mentai tolong hanya tersenyum sambil mengangguk, setelah itu Sena memilih untuk pergi sebelum Raya dan temannya lihat keberadaan dia di kantin ini.

“Serius, Beb. Kalau kamu nggak makan nanti sakit.” Rayu Momo supaya Raya mau memilih makanan untuk makan siang.

“Gue nggak laper, Mo.”

“Hei, maaf ganggu.” Sapa mahasiswi yang tadi dimintai tolong Sena.

Keempat orang yang ada di depannya langsung melihat ke sumber suara, “ini, ada titipan bekal buat Kak Raya.” Jelasnya sambil mengulurkan bekal ke arah Raya.

Dengan penuh pertimbangan Raya menerima bekal dari mahasiswi itu, “dari siapa?” Tanya cowok itu sambil melihat bekal yang sudah ada di tangannya.

“Dari cewek itu.” Jawab Mahasiswi itu sambil menunjuk arah dimana Sena berdiri. Saat kelima orang itu melihat ke arah yang sama, ternyata tidak ada orang yang berdiri di sana.

“Oh, mungkin udah pergi.” Ucap Mahasiswi itu.

“Oke, thanks.” Jawab Raya. Mahasiswi tadi langsung beranjak pergi, sejujurnya tubuhnya sedikit bergetar harus menghadapi empat kakak tingkat yang terkenal cuek itu.

Tiring WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang