Sena merebahkan badannya ke kasur, dia menghela napas lelah. Kepulangan orang tuanya malah membuat suasana hati dia sedih. Mbok Darmi iba melihat gadis yang sudah dianggap sebagai anak kandungnya memperlihatkan wajah kusam.
“Non Sena, baik?” Tanya Mbok Darmi sambil memegang bahu kiri Sena.
“Aw, ah.” Pekik gadis itu, dia terlarut dalam kesedihan sampai lupa akan luka lebam di lengan kirinya.
Mbok Darmi terlihat panik saat Sena mengeluh kesakitan, “kenapa Non?”.
Sena membangkitkan tubuhnya, “aku sampai lupa. Mbok, tolong kompresin bahuku, ya?” Pintanya sambil dengan perlahan membuka baju seragamnya dan menyisakan kaos dalam.
“Astaga, Non Sena! Ini kenapa?” Tanya Mbok Darmi panik.
Sena diam sejenak, dia mengingat kejadian tadi. Laki-laki yang akan dijodohkan dengannya dengan sadar dan sengaja melukai dirinya.
“Ah, ini, Mbok. Tadi nggak sengaja kepentok pintu di sekolah.” Jawabnya berbohong.
“Aduh, lain kali hati-hati, Non. Ya sudah, Mbok ambil air dingin dulu.” Sena tersenyum samar melihat Mbok Darmi panik, dia membayangkan bagaimana rasanya jika Mama juga panik seperti ini. Pasti rasa sakitnya akan hilang jika melihat pemandangan itu.
Saat Mbok Darmi ingin membuka pintu kamar, Sena berucap, “Mbok jangan bilang ke Mama Papa kalau aku lebam, ya.”
Perasaan Mbok Darmi teriris mendengar permintaan Sena, “iya, Non.” Setelah itu dia keluar dari kamar dan menutup pintu kembali.
Tak selang lama menunggu, ponsel Sena berdering. Dengan sedikit malas dia membuka resleting tas dan mengambil benda elektronik itu. Dia melihat di layar terpampang foto Kidung sedang tersenyum genit. Sena memilih menggeser tombol biru ke atas, lalu dia meletakkan ponsel di kasur dengan diganjal satu bantal.
“Kenapa?”
“Sen, Sen. Asli lo harus liat!” Kehebohan Kidung di sebrang, terlihat wajahnya bercucuran keringat. Nampaknya dia habis olahraga.
“Iya, gue udah liat muka lo.” Jawab Sena.
Suara pintu dibuka, terlihat Mbok Darmi masuk sambil membawa satu baskom air es beserta handuk kecil dan segelas susu hangat.
“Muka gue emang cantik. Tapi bukan itu yang gue maksud.”
Mbok Darmi memberikan segelas susu ke arah Sena, “ini Non sambil minum susu, ya.”
“Eh, Mbok Darmi, ya? Mau say hello, dong.”
Dengan malas Sena meraih ponselnya dan diarahkan ke wajah Mbok Darmi.
“Halo, Mbok!” Sapa Kidung dengan semangat.
“Wah, selamat malam, Non Kidung.” Balas Mbok Darmi sambil tersenyum ramah.
Setelah sesi menyapa, Sena meletakkan kembali ponselnya ke kasur. Lalu dia mengambil segelas susu di tangan Mbok Darmi.
“Terus liat apaan?” Tanya Sena ingin melanjutkan perbincangan sebelumnya.
“Oh, iya. Hampir aja lupa.”
“Lo liat insta storynya Kak Mom—” Ucapan Kidung terhenti saat mendengar pekikan dari Sena.
“Akh, sakit, Mbok.” Ringis gadis kesepian itu.
Kidung mengerutkan keningnya, dia melihat bahu Sena sedang dikompres oleh Mbok Darmi.
“Astaga, itu bahu lo yang kena bola tendangan Kak Raya?” Kidung baru ingat akan kejadian tadi sore.
Mbok Darmi menghentikan aktivitasnya, “Non Sena, ini ulah—” Ucapan Mbok Darmi menggantung saat mendapat kedipan dari Sena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiring Wedding
Teen FictionSenandung, wanita yang ingin memiliki keluarga kecil yang bahagia justru harus menikah dengan Araya, Kakak kelas yang digandrungi banyak wanita. Pernikahan karena perjodohan yang mereka jalani selalu diliputi dengan masalah, hal ini membuat keduany...