Part. 8

5 4 3
                                    

Dua tahun berlalu. Akhirnya Sena lulus SMA dan akan melanjutkan Kuliah di kampus yang dia tuju. Sama halnya dengan Sena, Raya juga sudah Kuliah menuju semester tiga.

Dua tahun berlalu, tidak ada sedikitpun rasa suka dari dua insan itu. Bahkan keduanya tidak saling sapa ataupun komunikasi saat Raya sudah lulus dari SMA. Namun, perjodohan tetaplah perjodohan. Tidak ada sedikitpun rencana membatalkan perjodohan ini dari kedua belah pihak orang tua.

Sesekali Sena melihat instastory milik Momo, itu juga karena Kidung yang meminta. Selama dua tahun berlalu, nampaknya hubungan Raya dan Momo masih bertahan dan langgeng. Mereka masih sering bertemu dan bahkan setiap hari. Hal ini didukung karena mereka berempat memilih masuk ke Universitas yang sama.

Hari ini, tepat ada tanggal 12 Desember akad nikah mereka akan dilaksanakan. Persiapan untuk acara pernikahan semuanya diatur oleh orang tua mereka. Sena dan Raya hanya diminta untuk mempersiapkan diri, supaya mereka tenang dan tidak banyak pikiran.

Perjodohan ini hanya didatangi oleh kerabat terdekat bahkan masih termasuk keluarga. Karena dari awal perjanjian, Sena dan Raya tidak mau kalau berita pernikahan mereka sampai diketahui media dan publik. Orang tua mereka tidak menganggap syarat itu menyulitkan, karena mereka hanya mau anaknya bersatu dan menjadi besan.

"Dua tahun gue dikasih kesempatan buat tertarik sama lo. Tapi, asal lo tau. Nggak ada sedikitpun rasa itu di dalam diri gue." Bisik Raya kepada Sena. Saat ini mereka sudah duduk di sofa ruang keluarga di rumah Sena.

Acara pernikahan sederhana telah selesai dan mereka diperintahkan untuk menunggu sebentar di ruang keluarga. Karena orang tua mereka masih sibuk berbincang dengan keluarga jauh.

"Sama." Ucap singkat Sena. Dia sudah lelah dan enggan adu argumen dengan Raya. Hari ini make up dan baju yang dia kenakan cukup membuat tenaganya terkuras. Terlebih, dia harus pura-pura tersenyum kurang lebih dua sampai tiga jam di hadapan pada tamu.

"Harusnya lo bisa minta perjodohan ini dibatalin. Gue mau menikmati masa muda, gue nggak mau terkekang karena perjodohan yang nggak jelas ini."

Sena memilih untuk diam mendengar celotehan Raya. "Hei, Sena. Jangan harap hidup lo bahagia setelah lo nikah sama gue. Jangan mimpi punya keluarga kecil yang harmonis."

Mendengar ancaman dari Raya, cewek itu melirik tajam suaminya. "Tanpa kamu bilang, aku juga tau. Jadi kamu diam, aku capek, Kak."

Tak lama setelah Sena berucap, orang tua mereka datang sambil berbincang dan tertawa. Mereka berempat nampak sangat bahagia karena pernikahan sederhana ini.

Mereka berempat memutuskan untuk duduk di sofa yang masih kosong. "Kayaknya pengantin baru udah kecapekan, Mbak." Ucap Mama Sena sambil tersenyum meledek.

"Hahaha. Pasti, satu hari nggak istirahat, ya, Sena?" Tanya Bunda Raya kepada Sena, yang sudah menampilkan mata sayup.

"Iya, Bun." Jawabnya sambil tersenyum kecil.

"Ya sudah, supaya mereka cepat istirahat, jadi kita mulai obrolannya saja, ya." Ucap Ayah Raya meminta persetujuan.

"Iya, silakan, Mas."

Semua pasang mata langsung tertuju pada Ayah Raya. "Jadi begini. Kami sudah membelikan rumah untuk kalian berdua. Mulai malam ini kalian sudah harus pindah ke rumah baru."

Raya dan Sena saling pandang. "Barang aku masih di rumah semua, Yah." Raya memberikan protes kepada Ayahnya.

"Tenang, semua barang kalian sudah dipindahkan dan ditata rapi di rumah baru kalian."

Sena tidak mau kalah, "ditunda aja deh, Yah? Aku udah ngantuk banget, nggak kuat kalau harus ke sana malam ini."

"Kami sudah menyiapkan supir untuk mengantar kalian ke sana. Jadi kalian tinggal duduk manis di belakang." Jelas Papa Sena sambil tersenyum.

Tiring WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang