Part. 5

3 4 0
                                    

Setelah pertemuan mengerikan tadi malam. Akhirnya aku bisa melanjutkan kembali aktivitas di sekolah siang harinya. Hasil diskusi semalam? Ya, perjodohan tetap berlangsung. Kak Raya terlihat sangat menentang keputusan ini, entah dia memiliki alasan apa. Tapi wajar saja, kalau aku sudah memiliki kekasih pasti juga akan melakukan hal yang sama.

Saat ini jam pelajaran ke lima, setelah istirahat pertama selesai, kami para siswa kembali masuk ke dalam kelas masing-masing. Tapi, tadi aku meminta izin ke guru untuk pergi ke toilet. Guru ini terkenal killer, sehingga tidak boleh ada yang menemani.

Suasana sekolah jika jam pelajaran seperti ini sangat sepi, hanya ada satu atau dua Office Boy yang lalu-lalang sambil mengambil beberapa sampah yang tercecer. Ku putuskan untuk melangkahkan kaki ke toilet siswi. Tapi, rasanya tanganku ada yang menahan. Saat ingin melihat ke belakang, tiba-tiba punggungku sudah menempel di dinding kamar mandi siswa.

Mataku membesar kala melihat Kak Raya sudah berdiri di hadapan ku. Dia berdiri sambil menghisap rokok di sela-sela jarinya. Lagi-lagi dia merokok di kamar mandi siswa.

Kak Raya menghembuskan asap ke wajahku, membuat mataku otomatis terpejam dan aku terbatuk karena asapnya memenuhi saluran pernapasan.

"Uhuk!! Uhuk!!”

Dia menyeringai, “haha, gitu aja batuk? Lo taukan kalau nikah sama gue? Rumah lo bakal gue penuhin sama asep rokok.” Ucapnya.

“Lo kalau mau ngerokok, hisap aja sendiri asapnya. Nggak usah bagi-bagi ke orang lain!” Aku membentak cowok itu, jujur saja sifatnya yang sangat buruk membuat aku ilfeel. Dia memang menang tampang, tapi attitude-nya sangat nol besar.

Tiba-tiba tangannya mencengkram keras rahang ku, dia mengangkat daguku menghadap ke atas. “Lo berani bentak gue? Semalem usaha lo apa supaya perjodohan kita dibatalin?” Ada rasa sakit di area daguku, tapi auranya membuat aku sedikit takut.

“Gue minta sama lo, tolak perjodohan ini! Gue nggak mau tau gimanapun caranya.” Ucap Kak Raya.

Aku juga sangat menentang keras perjodohan kita, tapi aku bisa apa? Mamah dan Papah saja jarang sekali pulang, aku tidak punya waktu untuk berbincang dengan mereka. Selain diam, aku bisa melakukan apa?

Aku tidak menjawab sedikitpun perkataan Kak Raya. Tatapan ku kosong melihat ke arahnya, aku sedang berpikir harus berbuat apa untuk membatalkan perjodohan ini. Aku juga tidak mau menikah dengan laki-laki kasar dan urakan seperti dia. Tiba-tiba Kak Raya melepas tangannya dari daguku, akhirnya aku bisa bernapas dengan normal.

Ku lihat dia duduk di wastafel, kejadian ini seperti kemarin saat aku pertama kali memergoki dia merokok di kamar mandi.

“Lo kan cewek, harusnya kemauan lo lebih mudah dikabulin. Jangan jadi anak manja yang apa-apa harus ikut kemauan orang tua.” Katanya sambil menginjak batang rokok yang tinggal setengah di keramik kamar mandi.

“Jangan berpikir gue mau nikah sama cowok kayak lo! Cowok kasar, urakan, ngerokok lagi. Gue juga menentang perjodohan ini, jangan merasa paling terbebani.” Aku memberanikan diri melontarkan apa yang ada di dalam benak. Mana bisa aku diam melihat kelakuan dan mendengar perkataannya. Di sini, aku juga tidak mau dijodohkan dengan cowok seperti dia.

Dia sedikit tersenyum sinis, “oh, bagus kalau lo nggak mau. Tapi, jangan cuman berani ngomong di depan gue. Ngomong juga ke orang tua lo, ngerti?”

Dasar cowok nggak jelas. Dia juga nggak berhasil bujuk orang tuanya kan? Kenapa sekarang malah aku sendiri  yang terbebani?

Aku memilih tidak menghiraukan ucapannya, ku putuskan untuk keluar dari kamar mandi siswa, dan melangkahkan kaki ke kelas. Rasanya air kencingku sudah kembali ke dalam tubuh, mood-ku tiba-tiba menjadi buruk.

Tiring WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang