3.

185 38 9
                                        

Saat kelimanya sedang asik berbincang, tiba-tiba ada panggilan oleh seorang warga yang tiba-tiba datang dengan nafas tergesa-gesa.

"Bude, anu mba Irene mau lahiran tapi nda bisa dibawa kesini udah ga kuat katanya" semua orang disana kaget.

Bude yang memang seorang bidan langsung bergegas beranjak dari duduknya dan pergi kerumah Irene. Tidak lupa Ryujin juga pergi, takut jika terjadi hal diluar perkiraan.

"Oke karna kita ga mungkin kesana semuanya, Kai sama Taehyun tinggal ya. Aku, Bude sama Sunoo yang kesana" Kai mengangguk setuju, tapi itu berbeda dengan keinginan Taehyun. Ia hendak mengangkat tangannya untuk ikut tapi tidak jadi.

Tiba-tiba Taehyun merasa tidak perlu takut, toh dokter Kai bukan orang jahat. Taehyun juga mengenalnya, meskipun baru beberapa kali bertemu.

Suasana Puskesmas sepi, hanya terdengar suara anak-anak kecil yang lewat. Taehyun diam, begitu juga dengan Kai. Tidak ada obrolan apa-apa selain suara barang yang dipindahkan Kai kesana kemari.

"Kaki kamu udah baikan?" Kai bertanya lebih dulu, untuk basa-basi walaupun niatnya memang bertanya karna Kai adalah yang merawatnya terakhir kalinya.

"Ah? Udah baikan dok" ucap Taehyun sedikit ragu. Taehyun merasa aneh setiap kali Kai berbicara dengannya. Rasanya wajah dan pipinya jadi memanas hebat.

"Mana sini saya cek" Kai menghampiri Taehyun. Melihat bagaimana pemuda kecil ini sedikit kelimpungan untuk menaiki kasur. Kai lalu menggendongnya untuk naik keatas.

Padahal ada satu tatakan yang bisa dipakai Taehyun untuk naik. Tapi ia malu mengambilnya karna dekat bersebelahan dengan Kai.

Kali ini tidak hanya memanas, pipi Taehyun sukses merah padam. Tidak yakin itu hanya pipi, Taehyun yakin seisi kepalanya memerah semua sekarang.

"Kuping kamu merah banget" ujar Kai sambil memegang kaki Taehyun. Ia refleks menyentuh kupingnya menutup karna rasa malu.

Segalanya bertemu menjadi satu, Taehyun malu karna dekat dengan Kai, malu karna kakinya disentuh, malu karna insiden koper dan malu karna Kai harus menggendongnya untuk naik ke kasur. Taehyun tidak sependek itu.

Setelah selesai memeriksa kaki Taehyun, suasana kembali hening. Taehyun masi setia duduk diatas ranjag sambil mengayunkan kakinya. Sementara Kai kembali menyusuni barang dari dalam kardus.

Taehyun tidak suka susasana keheningan ini.

"Dokter" panggilnya pelan. Ingin memulai satu pembicaraan yang Taehyun sendiri bingung ingin bertanya apa.

Yang dipanggil menoleh, melihat kearah Taehyun yang terlihat terdiam sambil berpikir. Pandangan Taehyun lurus kearah lantai, tangannya bergerak menggaruk kepalanya.

"Ada apa Taehyun?" Taehyun mengerjapkan matanya, bingung kembali menghampirinya.

"Dokter punya pacar?" ucapnya tiba-tiba. Melihat ekspresi Kai yang menjadi berubah, Taehyun seketika merasa bodoh karna bertanya hal pribadi seperti ini.

"Maaf dok sa.."

"Saya ga punya pacar" potong Kai kembali tenang seperti sebelumnya. Taehyun mengerjabkan matanya beberapa kali.

Seingatnya, Ryujin pernah bilang jika Kai itu sudah punya tunangan. Pikiran jelek Taehyun kini berputar, memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu ia pikirkan.

Apakah dokter Kai putus dengan tunangannya?
Apa dokter Kai berbohong?

Dua pertanyaan itu kini jadi pikiran Taehyun, ia menatap lama kearah Kai yang sibuk pada urusannya. Menurutnya tidak mungkin dokter muda satu ini berbohong padanya hanya untuk menutupi statusnya.

"Jadi dokter gapunya siapa-siapa?" ujar Taehyun lagi. Kai membalikkan tubuhnya menatap Taehyun, lalu menghampiri pemuda dengan mata bulat itu.

Kini Taehyun jadi takut, pandangannya mengikuti arah tujuan Kai yang mendatanginya.

Kai mendekatkan wajahnya pada Taehyun lalu bertanya, "kamu sendiri udah punya pacar?" Taehyun mematung.

Taehyun tidak bisa berucap apa-apa, hanya gelengan yang bisa ia berikan atas jawaban dari pertanyaan Kai.

"Masa?" tanya Kai lagi, kini dokter muda itu mendudukan diri disebalah Taehyun. Tidak membutuhkan pijakan, dengan tubuhnya yang tinggi Kai dapat duduk dengan mudah.

Kali ini Taehyun benar-benar mematung seperti sebuah manekin. Dari sekian banyak kenapa dokter Kai malah memilih duduk disebalahnya. Padahal ada dua kasur disitu.

"Ga punya, gada yang mau" Kai tertawa lalu memandang wajah Taehyun cukup lama. Taehyun yang berada disebalahnya tidak dapat menyembunyikan rasa gugupnya.

"Yakin? Kamu manis kok masa ga ada yang mau" Taehyun rasanya ingin menonjok dokter sisebelahnya sekarang. Jantungnya sudah berdisko, jika bisa teriak Taehyun mungkin sudah berteriak.

Taehyun senang dipuji manis, tapi mengingat dokter disebelahnya sudah memiliki tunangan. Rasa senang Taehyun tiba-tiba sirna.

"Banyak yang manis dok disini, Sunoo juga manis" rasa tegang dan gugur Taehyun kini sudah mulai perlahan reda, walau, wajah dan kupingnya masi memerah karna malu.

Kai lagi-lagi tertawa mendengar jawaban Taehyun. Sunggu lucu berbicara dengan Taehyun.

"Tapi buat saya kamu lebih manis dari pada Sunoo" Taehyun kini benar-benar tidak bisa tidak tahan untuk memukul Kai. Dengan wajah datarnya dan jantung yang berdebar ia akhirnya memukul lengan Kai.

Cukup kuat, sedikit sakit tapi yang lebih mengangetkan Kai adalah ucapan Taehyun.

"Dokter jangan ngomong gitu, aku bisa jatuh cinta sama dokter nanti" Kai terdiam, dia hanya bisa menatap Taehyun yang juga menatapnya.

Kai tidak menyangka jika Taehyun bisa seblak-blakan ini mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.

Kai suka. Dalam artian suka dengan sikap jujurnya.

"Oke, maaf" Kai mengacak surai Taehyun lalu pergi keluar dari ruangan tempat mereka duduk. Saat sudah memastikan Kai benar-benar keluar Taehyun menghela nafasnya kuat-kuat, lalu memukul-mukul pipinya untuk menyadarkan diri.

Tak lama, Bude, Ryujin dan Sunoo kembali ke puskesmas dengan suara gaduh.

Taehyun tak menyangka jika Ryujin dapat berbaur dengan Sunoo begitu dengan baik. Mereka terlihat cocok.

"Udah sore nih, gue juga udah capek banget. Lo yakin Kai tidur disini?" Kai mengangguk pada Ryujin. Seperti kesepakatan dari awal, Ryujin akan tinggal selama lima bulan dirumah kepala desa sementara Kai akan tinggal di puskesmas.

"Tiati ya, inget besok jengukin mba Irene" Kai mengangguk lagi sambil memegangi koper miliknya satu lagi yang belum sempat diturunkan.

Lalu mereka semua berpencar untuk pulang. Taehyun, Sunoo dan Ryujin berjalan karna memang tidak terlalu jauh.

Sementara ayah Taehyun mengantar bude karna jalanan menuju rumahnya cukup jauh untuk dijalani sendirian. 

"Heh! Taehyun kamu teh kenapa senyum-senyum" Sunoo menyenggol Taehyun, yang disenggol hanya cengengesan tidak menjawab pertanyaan Sunoo.

"Ngaku, kamu ngapain sama dokter Kai" Taehyun menoleh kaget pada Ryujin. Dia menggelang kuat.

"Aku ga ngapa-ngapain sama dokter Kai" belanya. Mata Ryujin menyipit begitu juga dengan Sunoo.

"Kamu dicium sama dokter Kai ya" ceplos Ryujin.

"MANA ADA!"teriak Taehyun lebih keras. Karna pada kenyataannya memang tidak ada yang terjadi. Taehyun hanya senyum-senyum karna Kai memberikan perhatian padanya tadi.

Lagi pula Taehyun masi ingat jelas jika Dokter Kai itu memiliki tunangan. Mana berani dia menggoda calon suami orang.

Tbc

Menjelaskan situasi desanya,
udah ada listrik, tapi tv masi pake tv yang gedut itu, masi pake parabola, motor ada tapi motor astrea(?), mobil tuh adanya punya bapak Taehyun doang, jaringan cuman ada dideket-deket sawah.

Jadi ga ada hp wkwkw masi kampung bgt

i wanna be with u - ningtyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang