2.

212 46 1
                                        

Hari ini tepat sehari setelah kemarin mereka datang untuk mengecek puskesmas, rencananya Kai dan Ryujin akan berangkat ke kota bersama Ayah Taehyun. Mereka harus mempersiapkan keperluan dan perlengkapan mereka selama lima bulan didesa.

Serta mengambil beberapa obat-obatan yang kurang tersedia di puskesmas.

Kaki Taehyun masi sakit, kata Kai dia tidak boleh pergi kesawah jika tidak ingin sakitnya bertahan semakin lama. Dan Taehyun menurut, dia hanya tinggal dirumah selama hampir seminggu setelah kepergian Kai dan Ayahnya serta Ryujin.

"Ahhh aku bosan noo, kita kesawah aja" Taehyun tidak pernah begini, sebagaimana pun luka yang ia punya. Ia tidak akan absen untuk pergi kesawah dan duduk dipondok yang posisinya berada ditengah-tengah.

"Kamu mah ga denger apa yang Dokter Kai bilang? Jangan keluar dulu" perintah Sunoo lagi.

"Eh eh cerita atuh, udah seminggu tapi kamu ga cerita ke aku. Katanya Yuna kamu waktu itu digendong dokter Kai ya" Taehyun mengiyakan dengan mengangguk malas.

"Atuh enak banget, aku juga mau ih digendong sama dokter Kai" Taehyun melirik sinis pada Sunoo.

"Gaboleh!" tegasnya.

"Kenapa? Yakan mau juga"

"Dokter Kai punya aku, kamu bukannya naksir ama Joko?" tanya Taehyun penasaran. Beberapa hari ini terdengar desas desus jika Sunoo sedang dekat dengan Joko.

Desas desus yang Taehyun dengar dari obrolan Ibunya dengan ibu tetangga yang suka menggosip didepan rumahnya.

"Joko?!! Engga deket ama Joko, dari pada naksir Joko mending naksir Riki" Sunoo mengambil toples astor didepan Taehyun dan mulai memakannya dengan nikmat.

"Tau diri umur berapa sekarang? Riki itu masi bau kencur" Sunoo tersenyum ketir. Riki memang masi bocah ingusan, tapi Sunoo sudah menyukainya.

Bahkan sudah sejak SMP hampir 4 tahun Sunoo suka dalam diam pada Riki. Umur tentu saja yang mejadi faktor utama kenapa mereka tidak bersama. Bagaimana pun Sunoo tau diri.

Setelahnya tidak ada pembicaraan diantara dikeduanya, Sunoo dan Taehyun sibuk melihat jalanan yang memang menjadi akses untuk para penduduk menuju perkebunan atau persawahan mereka.

Sungguh bosan karna mereka hanya diam.

"Bosan ya" Taehyun menghela nafas mendengar dua kata itu keluar dari mulut Sunoo.

"Kan udah aku bilang dari tadi mah, kita kesawah aja. Kaki aku juga udh gapapa nih liat" Taehyun berdiri sambil melompat-lompat menunjukkan keadaan kakinya yang sudah baik-baik saja.

"Yaudah ayo" Taehyun dan Sunoo akhirnya pergi ke sawah. Meninggalkan ibu Taehyun yang geleng-geleng kepala melihat tingkah dua pemuda itu.

Sebelum sampai dipersawahan Sunoo melihat mobil ayah Taehyun dari kejauhan, tepatnya dijalanan utama masuk menuju ke desanya.

"Heh bapak kamu kan!" Taehyun meneloh dan melihat mobil ayahnya berjalan melewatinya namun tidak lama berhenti. Kepala Ayah Taehyun menyembul keluar
"ke puskesmas!" teriaknya.

Taehyun menunjuk dirinya, "iyaa berdua sama Sunoo ya!" Taehyun mengangguk paham setelahnya mereka berdia melihat mobil Ayah Taehyun berjalan menjauh kearah puskesmas.

"Ga jadi kesawah nih kita?" Sunoo bertanya, menunggu rencana Taehyun.

"Engga lah, ga denger bapakku nyuruh kita kepuskesmas?" Sunoo mendengus, biasanya Taehyun akan lebih memilik pergi kesawah dari pada puskesmas. Seberapa banyak pun permintaan dari ayahnya, Taehyun tidak pernah mau datang.

"Tumben kamu mau kepuskesmas, karna ada dokter Kai ya" sambil berjalan menuju puskesmas, Sunoo bertanya.

"Ga juga..." ucap Taehyun malu, malu mengakui jika tujuannya kesana memang karna ada Kai yang tadi sempat ia lihat ada didalam mobil Ayahnya.

Sunoo cuma menggeleng, Taehyun itu berbohong pun tidak bisa.

Tidak lama Taehyun dan Sunoo sampai di puskesmas, kali ini Taehyun menyesali keputusannya untuk datang. Sudah sangat banyak warga yang berkumpul didepan puskesmas saat ini.

Dan itu hal yang paling tidak Taehyun suka. Berada dikeramaian dan dipenuhi suara bising yang membuat sakit kepala.

"Oh hai Taehyun, hai teman Taehyun" Ryujin menyapa sambil membawa satu kardus yang tidak tau apa isinya.

"Sini dok saya bantu" Sunoo dengan singgap membantu Ryujin menurunkan barang-barang dari mobil.

Melihat Taehyun yang masi melamun memperhtikan kerumunan, Sunoo kemudian menyenggol lengan Taehyun "malah bengong, bantuin atuh" kemudian Taehyun ikut membantu.

Ada beberapa kardus disana, tapi Taehyun malah mengambil satu koper yang tidak tau milik siapa. Ia kemudian menyeretnya kedalam puskesmas sambil memejamkan matanya menahan kebisingan.

Dug! "Aduh" Taehyun tidak sengaja menabrak seseorang. Saat memastikan siapa yang ia tabrak, Taehyun langsung memalingkan wajahnya dan mudur perlahan.

"Maaf dok, ga liat" Kai lalu menunduk sedikit untuk memastikan Taehyun baik-baik saja.

"Kamu gapapa?" jantung Taehyun berdebar hebat ketika mendengar suara pelan Kai yang juga cukup berat terdengar sangat dengan dikupingnya.

Ritme jantungnya sangat berantakan, Taehyun bahkan tidak dapat menahan gejolak.

"Eh? Ini kan koper saya?" Taehyun lalu melirik pada koper yang dipegangnya, ada tulisan kecil disana 'Kai Kamal Huening'. Taehyun lalu melirik Kai dan meminta maaf dengan malu.

"Makasih ya udah diturunin" koper lalu berpindah tangan ke Kai.

Setelah semua kardus diletakkan didalam puskesmas, Ayah Taehyun pergi keluar untuk menemui warga. Sementara itu Taehyun dan Sunoo dilarang pergi karna harus membantu Ryujin dan Kai untuk membereskan kardus-kardus.

"Bude, ini kotak apaan ya" tanya Sunoo pada seorang wanita tua yang adalah seorang bidan didesa ini.

"Ini tuh peralatan kesehatan Sunoo, kan di puskesmas kita masi kurang peralatan sama obat-obatannya" Sunoo mengangguk paham, cukup tertarik dan merasa ini keren.

"Bude, Sunoo bisa jadi bidan ga?" Bude, Taehyun, Kai dan Ryujin yang berada disana menoleh kearah Sunoo.

"Bidah teh buat perempuan doang atuh Sunoo, kamu mah gabisa jadi bidan" Bude menepuk pundak Sunoo.

Sementara Taehyun geleng-geleng kepala. Kai hanya tersenyum gemas dengan pertanyaan polos Sunoo dilain itu Ryujin tertawa dengan sangat keras hingga memukuli Kai yang berada disebelahnya.

"Maklum dok, anak-anak disini pada ga sekolah yang lulus SMA aja nak Taehyun doang" Ryujin lalu terdiam, merasa cukup bersalah karna tertawa cukup keras tadi.

"Serius buk? Pada ga sekolah?" Bude mengangguk.

"Tamat SMP itu udah syukur banget, kebanyakan malah ga sekolah, baru nak Taehyun yang sekolahnya sampe lulus SMA dikampung ini. Dan syukurnya abis liat Taehyun, banyak yang jadi tertarik masuk SMA" Bude menepuk-nepuk punggung Taehyun.

Taehyun tidak merasa bangga sama sekali, karna itu bukan keinginannya. Taehyun tidak suka sekolah, dia mau melakukannya karna kerap mendengar hinaan yang dilontarkan pada ayahnya.

Pak kepala desa teh gabisa ngurus anak, gimana mau ngurus desa kita?

Taehyun jelas masi ingat bagimana warga kampungnya membicarakan ayahnya. Saat itu Taehyun masi berumur 10 tahun satu kampung tau jika Taehyun itu anak nakal yang suka mengganggu kerbau warga, mencuri anak ayam, mencuri hasil kebun warga.

Dia dan beberapa anak lainnya sebenarnya. Tapi hinaan hanya didapatkan oleh ayahnya hanya karna status orangtuanya yang paling tinggi diantara mereka.

Sejak saat itu ia jadi anak baik dan mengikuti semua permintaan ayahnya.

Tbc

Happy reading, makasih udah mau baca :"
Aku jadi ada alasan lanjutin cerita ini <3 laf banyak banyak

i wanna be with u - ningtyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang