7. An Antagonist

162 40 18
                                    

Suara-suara antara garpu dan sendok itu meruntuhkan keheningan ditengah malam. Ibu Michael pulang dengan raut buruk, ia sudah tahu semuanya.

Hal pertama yang beliau katakan hanyalah, "Dimana Amber?" meski kurang masuk akal untuk anak perempuan berkunjung dirumah mereka pada tengah malam, kenyataannya selalu begitu.

Berbohong sama saja membawa diri ke neraka, akhinya datang saat dimana Michael harus jujur mengatakan hal yang sebenarnya walau dengan berat hati. Michael tahu bagaimana ini semua membawanya.

"Bahkan kisah di keluarga kita tidak ada yang berakhir bahagia. Mau sampai kapan, Michael?"

"Maaf,"

"Kau ini benar-benar tidak belajar dari pengalaman, ya? kau lihat Ibumu ini?" Nyonya Beatrice meletakkan kedua alat makannya, menatap Michael dengan tatapan yang tajam. Michael masih enggan mengangkat kepala, membuat Nyonya Beatrice geram, "I said look at me!"

"Kapan Ibu mengajarimu seperti ini?"

"Maaf," benar-benar hanya kata maaf yang bisa Michael katakan. Kepalanya terasa begitu kacau dan penuh. Harapan harapan itu seketika hilang dan pergi entah kemana, hanya penyesalan yang ada.

"Kau sangat kekanak-kanakan-"

"Ibu, biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri," Michael segera menginterupsi. Nafasnya tercekat, lagi-lagi pembicaraan soal Amber, Amber dan Amber. Nafsu makannya ikut hilang bersamaan dengan harapan yang selalu ia taruh.

Harusnya kemarin Michael ada disamping Amber.

Harusnya Michael tidak seperti ini.

Harusnya Michael tidak memilih Madeline.

Sesuatu yang sangat praktis menghanyutkan keduanya dalam perpisahan yang sangat kabur. Sesuatu yang mungkin berubah menjadi tidak mungkin. Kalau saja Michael lebih cepat ...

"Siapa?" tanya Nyonya Beatrice tanpa konteks.

"Siapa wanita itu?"

"Madeline,"

Nyonya Beatrice menyandarkan punggungnya pasrah, kedua bahu itu jatuh tanpa diminta, maniknya mengatakan sebuah amarah yang terpendam "Are you kidding me?"

"Aku bertemu dengannya di museum saat pameran berlangsung. Aku pikir-"

"Michael, apa kau sedang terbawa suasana atau dalam keadaan sadar? kau tahu tindakanmu ini tidak bisa dimaafkan, kan? apa kau lupa apa yang terjadi pada Ibu saat itu?"

Kalimat itu kembali membawa Michael untuk jatuh lebih dalam di kenangan masa lalunya. Ayahnya benar-benar berselingkuh saat Michael berumur 6 tahun.

Saat itu Ayah Michael benar-benar memilih untuk pergi. Dunia seakan runtuh, atap-atap rumah seakan terasa begitu gelap, hampir tidak ada senyuman di wajah Ibunya.

Aura itu bahkan mengalir dalam diri Michael tanpa diminta, kegugupan, ketakutan, kesedihan selalu datang begitu saja.

Dengan santai Michael menjawab, "Ibu juga lupa apa yang aku rasakan, rupanya,"

Tentu saja Nyonya Beatrice langsung terdiam.

"Ibu tahu aku tidak pernah merasakan kasih sayang Ayah selama itu. Ibu meninggalkan Berlin untuk bekerja dan pulang enam bulan sekali, aku hidup sendiri, bahkan di masa-masa sekolahku, aku melewatinya sendirian. Jika aku tidak bahagia, kenapa orang lain harus merasakan kebahagiaan?"

"Michael!"

"Aku tahu tidak seharusnya aku melakukan hal ini pada Amber, dan aku mengakui jika apa yang aku lakukan ini sangat salah. Tapi, Bu, bukankah tidak adil jika hanya aku yang menderita? jika seperti ini, aku rasa semuanya impas,"

winter wishes and promises.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang