5. Goodbye, Old Girl

161 43 7
                                    

aku update sedikit dulu, ya. aku sambi belajar buat ujian juga, nanti kalo ada waktu senggang, bakal nulis lebih banyak.

oh ya, sebenarnya, cerita ini udah end lho, heheh. gimana akhirnya, ya?














Sore itu Amber kembali di tempat yang sama. Sebuah rumah bagi para burung, dengan sekantong makanan dan temaram lampu jalanan.

Butiran-butiran itu kemudian jatuh ke tanah, memanggil seekor burung yang kelaparan untuk kembali mendekat. Beberapa temannya yang tertinggal ikut mampir, mereka semua terus bertambah.

Datang untuk mampir, kemudian menghilang, dan kembali dikala lapar.

Hukum yang ada didunia ini selalu punya cerita. Layaknya manusia, mungkin mereka memilih untuk pergi saat semua yang ia butuhkan terpenuhi. Kemudian datang, hanya untuk mencari alasan. Makan jika mereka lapar, meninggalkan meja saat mereka kenyang.

Jika ini adalah gambaran kisah cinta manusia, seberapa banyak insan akan terluka? mereka datang, lalu pergi. Mereka bukan tempat untuk beristirahat sejenak, tetapi mereka adalah rumah yang sedang mencari jantung mereka.

Tanpa sebuah jantung, kehidupan itu tidak akan pernah terwujud.

Samar-samar Amber melihat bayangan Michael jauh didepannya, tersenyum kemudian melambai.

Bahkan itu terlalu mustahil untuk disebut halusinasi.

Dari sekian banyak warna yang bergelantungan, Amber hanya melihat hitam dan putih. Mengingat betapa indahnya hari dimana Michael berjanji, berharap bahwa mereka akan selalu bersama, dan akan berakhir bahagia. Namun sedihnya, janji dan harapan Michael tidak merubah apapun saat ini.

Jika cerita mereka baru saja dimulai dan jika Tuhan mengizinkan akhir bahagia untuk mereka ... sampai kapan Amber akan menahan semua rasa sakit ini sendirian?

Amber memilih untuk menyerah ... mulai sekarang.

"Amber, aku ingin bicara denganmu,"

"Kau datang setelah aku menyerah dengan apa yang terjadi pada hubungan kita?"

Rupanya Michael memang berdiri disana. Memandangi Amber dengan segala yang dipunya, melupakan semua tentang masa lalu mereka.

Namun senyum itu tidak pernah nyata.

"Maaf,"

"Aku bosan dengan kata yang selalu kau lontarkan itu. Kau membuatku bosan terlalu banyak, Michael. Aku terlalu bosan menunggu, terlalu bosan untuk menjadi yang terakhir, dan sekarang aku bosan dengan kata 'maaf'. kenapa kau tidak pernah berubah?"

Michael mengusap wajahnya kasar. Suasana seperti ini sudah lama tak ia jumpai. Berbicara dengan Amber seadanya, selalu singkat dan membosankan.

"Aku serius untuk kali ini," selanya cepat.

Para burung yang merasa makanan mereka habis itu kemudian pergi terbang menjauh ditengah dinginnya Berlin.

"Maaf. Aku pikir perasaanku padamu sudah hilang,"

Seluruh dunia Amber rasanya runtuh saat itu juga. Jantungnya berdetak jauh lebih cepat dari biasanya, rahangnya mengeras begitu saja.

Amber masih menunduk, belum berani untuk menatap apapun disana selain jalanan bersalju. Ia memejamkan mata, berusaha untuk tidak menangis saat itu juga.

Seharusnya Amber tahu hal ini dari awal.

"I've found a new one," lanjut Michael saat menyadari Amber tidak menjawab dengan sepatau katapun.

"I'm too tired," tidak ada kalimat penolakan dari Amber kali ini.

"Kau bisa melakukan-"

"Kau jahat, kau tahu itu. Selama ini hanya aku yang berjuang sendirian. Aku berusaha mempertahankan semuanya walau aku tahu bagaimana akhirnya nanti. Aku mencoba untuk menahan semuanya sendiri, tapi kau ... " Amber mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Michael.

Dada Amber terasa sangat sesak saat tahu bahwa Michael juga meneteskan air mata. "Aku kecewa padamu, Michael,"

Tahun-tahun mereka berlalu begitu cepat dengan menyisakan rasa sakit yang ada. Entah sampai kapan keduanya akan melupakan diri mereka masing-masing.

Michael memilih untuk menjadi yang pertama pergi dari tempat itu. Ia bahkan tidak ingin melihat wajah Amber sama sekali, jadi, langkahnya yang semakin jauh tidak akan menganggu pikiran Amber lagi.

Amber menatap kepergian sang kekasih untuk yang kesekian kalinya. Jika memang ini adalah yang terbaik untuk mereka, Amber mungkin akan berharap bahwa ini adalah yang terakhir ia berjumpa dengan Michael.

Keduanya berharap kisah mereka tidak pernah berlanjut, mereka berharap pembatas buku itu sudah ada di akhir halaman.

"Berjanjilah padaku, Michael!" Teriak Amber tiba-tiba, membuat Michael menghentikan langkahnya. Ia menoleh kebelakang dengan kaku.

"Sekarang adalah musim dingin ke-4, apakah kau ingat dengan musim dingin pertama kita? apa yang kau katakan?"

Michael enggan menjawab. Kebohongan itu Amber ungkit disaat seperti ini. Membuat Michael terpukul, sekarang ia mengerti betapa jahatnya dirinya.

"Apa janji yang ingin kau katakan lagi untuk mengakhiri hubungan kita?"

Michael menelan ludahnya kasar. Semuanya terasa semakin berat. Ia semakin ragu untuk melepaskan Amber.

"Aku berjanji untuk tidak pernah datang kembali kedalam hidupmu,"

winter wishes and promises.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang