11. Bedroom, "We go home"

119 16 0
                                    

Listen while reading:
Osmotic pressure - msftz
.
.
.

"Aku menemukan buku ini kala aku berjalan seorang diri,"

Michael memandang telapak tangan Amber yang mengusap pelan sampul cokelat yang penuh dengan debu.

"Di musim dingin ke-enam, aku tak pernah berpikir jika ... Tuhan memang benar-benar memberikan ini untukku,"

"Buku apa itu?"

Amber menggeleng tanda tak tahu. Kejadian itu janggal, namun benar adanya.

Saat itu 1985, dan Amber berumur 25 tahun. Tahun dimana cinta didalam dadanya masih bersemangat untuk bergemuruh.

Dan ia bertemu dengan Michael ... Michael lama yang begitu ia cintai.

Juga ia benci.

Sekarang 2085, dan Amber masih berumur 25 tahun. Tahun dimana ia dipersilakan untuk memulai kembali. Tahun dimana ia disuguhkan selembar kertas, sepotong pena, dan secuil biskuit untuk menjelma menjadi penulis untuk sesaat.

Untuk dirinya, demi Michael, kepada mereka, dan sebagai hambaNya.

Hidup kembali, setelah kematian panjang yang tak pernah mereka temu alasannya. Amber menunduk, ia takut. Ingatannya tak selemah itu untuk lupa begitu saja tentang apa yang terjadi dengannya dan Michael di kehidupan yang terdahulu.

Sebuah tangan datang untuk menggenggamnya, "Maaf," itu Michael.

"Untuk apapun itu, untuk tahun yang buruk, untuk hari yang tak diinginkan, aku minta maaf, Amber," lanjutnya.

Michael pun mengingatnya.

Mereka terlahir kembali untuk memperbaiki semuanya, dan sekarang, pelukan itu kembali Amber rasa.

Tepat satu abad mereka dipertemukan.

Tepat satu abad, mereka pulang.

Ke rumah, ke tempat abadi untuk beristirahat.

"Aku punya sepuluh to do list yang bisa kita lakukan untuk menghabiskan hari," Michael berbisik pada kekasihnya. Amber tertawa hampa, "Apa itu?"

"Ada banyakk sekali. Maksudku, bukan hanya untuk menghabiskan satu hari penuh, karena ini cukup melelahkan. Mungkin selama sepuluh hari juga, sayang,"

Amber tersenyum dan melepaskan rengkuhannya pada Michael, "Tell me what is that!"

Michael merogoh sakunya, ia mengeluarkan sepucuk kertas yang sudah disimpan beberapa hari. Amber melotot melihatnya. Bisa-bisanya anak ini sangat malas hingga mengeluarkan kertas dari sakunya sebelum dimasukkan kedalam mesin cuci saja rasanya mustahil?

"Kau ini! Sudah berapa lama ia ada disana, hah?"

Michael menggaruk tengkuknya, "Aduh, aku gagal romantis untuk hal ini,"

Amber menggelengkan kepalanya heran, lalu ia merebut kertas yang sulit dibaca itu. Apa Michael mencurinya di kerajaan Inggris tiga abad lalu?

"Apa yang harus kita lakukan hari ini yaa?"

"Momutik bunda—what?"

"Itu tulisannya 'memetik bunga' oh, tolong lah, jangan mengejekku seperti itu!"

Amber tertawa kencang sekali. Tinta-tinta yang sudah luntur itu malah berbuat seenak hati, membuat mata pembacanya bingung apa yang ingin disampaikan.

"Lantas, bunga apa yang ingin kita petik hari ini?"

Michael nampak menimang pikiran, dari pena biru yang terus ia putar-putar di sela jarinya.

"Mawar?"

"I'll do anything babe,"

Keduanya tertawa, menertawakan hal yang buram entah apa.











winter wishes and promises.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang