Chapter 1

561 55 0
                                    

Gempa bersyukur lahir di keluarga yang harmonis. Memiliki dua saudara kembar dan dua orang adik yang kembar juga-- dengan jarak umur beda tiga tahun. Kembarannya bernama Halilintar dan Taufan, sementara kedua adiknya adalah Blaze dan Ice.

Lima bersaudara itu hidup bahagia, meski orang tua mereka tidak bisa selalu menetap di rumah disebabkan urusan pekerjaan. Karena faktor itulah ikatan persaudaraan mereka sangat erat.

Karakter masing-masing yang berbeda juga semakin mengeratkan persaudaraan mereka.  

Halilintar yang pemarah sering dijadikan sasaran kejahilan Taufan dan Blaze. Tetapi di saat bersamaan, sewaktu-waktu Halilintar juga bisa jadi pemalu. Di dekat perempuan Halilintar akan menjaga jarak.

Saat dimarahi Gempa, si duo jahil ini malah menjawab, “Kak Hali itu terlalu kaku, jadi kita cuma ingin lihat dia lebih berekspresi.”

“Apa kalian tidak kapok? Padahal Kak Hali sudah sering menghukum kalian, loh,” ujar Gempa saat mengobati bibir Taufan yang robek kena bogem mentah Halilintar.

Taufan hanya membalas dengan gelengan dan cengiran tanpa dosa. Tidak tahu bagaimana lagi Gempa menasihati agar Blaze dan Taufan berheti, tapi satu yang terpenting, persaudaraan mereka jangan sampai terpecah-belah.

***

Tahun demi tahun berlalu. Halilintar, Taufan, dan Gempa kini sudah SMA. Sementara Blaze dan Ice memasuki bangku SMP.

Terbiasa sekelas dengan kedua kakaknya sedari dulu, dan baru kali ini Gempa tidak berada di kelas yang sama dengan mereka. Jujur saja ini cukup menegangkan. Dulu dengan bantuan Taufan, berkenalan dan dekat dengan anak-anak kelas bisa begitu mudahnya, tapi sekarang Taufan tidak bersamanya. Gempa harus berusaha sendiri.

“Kenapa hanya diam saja? Ayo gabung sama teman-teman,” ucap seorang gadis dengan hijab merah muda yang berpin bunga. Tampaknya ia memperhatikan Gempa yang masih enggan untuk berkenalan dengan yang lain.

“I-iya, makasih ...,” balas Gempa. Ini pertama kalinya ia didekati seorang gadis, Gempa sedikit gugup.

Gadis itu adalah Yaya, di hari pertamanya ia sudah mengajukan diri menjadi ketua kelas. Hebat sekali. Namun, berkat dia pual kelas bisa berjalan dengan baik. Peraturan yang Yaya buat pun sampai membuat para guru berdecak kagum, anggota kelas juga tidak ada yang berani melanggar.

Karena perihal beda kelas juga Gempa sering menghabiskan waktu istirahatnya di kelas Halilintar dan Taufan, sampai lupa waktu. Dengan alasan itu pun, Yaya terkadang harus menyeret Gempa untuk kembali ke kelas mereka. Jadilah Taufan maupun Halilintar bisa mengenali Yaya.

“Coba kau ajak Yaya ke sini juga, Gempa,” kata Taufan, “diam-diam Kak Hali suka main lirik ke Yaya, loh.”

Spontan saja candaan itu mendapatkan lirikan tajam dari Halilintar. “Kalau bicara itu dijaga,” ujarnya dengan nada kesal.

Bagai menelan ludah sendiri, candaan tersebut jadi kenyataan.

“Katanya enggak mau dekat perempuan, tapi diam-diam udah jadian sama Yaya. Curang banget!” rusuh Taufan.

Sontak saja pengaduan Taufan membuat seisi rumah jadi gempar. Bahkan Ice sampai terbangun dari tidur nyenyaknya. Blaze juga menghentikan aksi mengganggu Gempa yang sedang menyelesaikan PR-nya.

“Ciee, Kak Hali laku!” seru Blaze ikut memanasi si kakak sulung.

“Enggak jomlo lagi. Selamat,” ucap Ice sambil menyalami Halilintar.

Siapa sangka, Halilintar yang acuh tak acuh itu pun bisa menggandeng seorang gadis. Tetapi berkat itu juga, sulung dari BoBoiBoy bersaudara tersebut sikapnya jadi lebih lembut.

Mendengar berita tersebut entah kenapa dada Gempa berdenyut nyeri. Bukankah seharusnya ia turut senang ketika Halilintar bisa memiliki Yaya? Gempa sama sekali tidak mengerti, kenapa ia justru seperti ada perasaan tidak rela?

Namun, dengan cepat Gempa menepis perasaan tidak enak itu. Mungkin saja ini hanya perasaannya sebagai seorang adik yang tidak rela apabila perhatian kakaknya tidak hanya tertuju pada keluarganya saja.

‘Benar, ini pasti hanya perasaan cemburuku sebagai adik belaka,’ pikir Gempa.

Di antara kehebohan, manik sewarna bara api milik Blaze tidak sengaja melihat Gempa yang meremat dadanya, raut sang kakak seperti kesakitan.

“Kak Gempa ... Kakak kenapa?” tanya Blaze dengan berbisik.

Gempa membalas dengan senyum simpul. “Enggak kenapa-kenapa, kok.”

Dari sanalah kebohongan pertama tanpa sengaja terlontar dari mulut Gempa.

___________31 Mei 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________
31 Mei 2022

Lied || GempaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang