Ini sudah minggu kedua sejak kejadian perseteruan antara Yeri dan Hyeri, dan selama itu Pula Hyeri menghindari mark.
Tidak ada seorangpun yg tau masalah ini dan Hyeri berencana untuk tidak memberitahu siapapun. Dia bukan anak anak yg harus mengadu di saat ada masalah.
Kegusaran mark karena perubahan sikap Hyeri langsung di sadari Yeri, gadis itu menjadi murka dalam diam, semakin besar rasa tidak suka nya terhadap gadis yg bernama hyeri itu."ada apa denganmu? " tanya Yeri saat dia sudah jengah dengan sikap diam mark daritadi.
Mark menoleh sebentar kearah Yeri "pulang, aku tidak ada gairah untuk makan malam di luar"
Yeri mengepalkan tangan dengan kuat, dia tidak mungkin marah pada Mark saat ini, mereka sedang di luar. Yeri mengambil tas dan juga masker, tanpa mengatakan apapun terhadap Mark, gadis itu langsung pergi begitu saja. Mark tau Yeri marah tapi Mark tidak perduli, yg dia pikirkan saat ini hanyalah Hyeri, ada apa dengan gadis itu. Apa dia punya salah? Mengapa Hyeri mengabaikannya?
Di saat mark yg sedang bergulat dengan kegusarannya, berbeda dengan Hyeri di sana, gadis itu terlihat santai makan malam bersama Haechan, Chenle, Jisung, Jeno dan juga Lucas.Daritadi Hyeri merasa seperti ada yg memperhatikannya, beberapa kali gadis itu menyadarinya tapi memilih diam.
Lucas menyunggingkan senyum kecilnya tanpa ada seorangpun yg menyadarinya.Ting
Hyeri meletakan garpu dengan pelan saat sebuah pesan masuk di hp miliknya.
"hay"
Hyeri mengernyitkan dahi, beberapa detik diam karena bingung, Hyeri akhirnya mencolek lengan Haechan yg kebetulan duduk di sebelahnya.
Haechan menoleh kearah Hyeri,"oppa kenal nomornya? "
Seharusnya Hyeri tidak perlu bertanya pada Haechan karena tidak semuanya Haechan tau tapi Hyeri punya alasan yg kuat, Sejak di Seoul, dia beberapa kali mendapat pesan dari nomor yg tidak di kenal dan ternyata Haechan tau nomor nomor itu.
Haechan mengernyit,
"nomor siapa ini? " tanya Hyeri.
Haechan melepaskan sendoknya lalu menajamkan penglihatannya ke layar Hp adiknya. Beberapa saat terdiam akhirnya Haechan sadar, "itu nomor Jungwoo hyung" ujar Haechan.
"oppa kenal? "
"dia salah satu member ilichil".
Hyeri sudah lupa bagaimana rupa seorang Jungwoo karena Hyeri memang payah dalam hal ingat mengingat.
"dia meminta nomormu padaku, aku rasa tidak masalah karena dia juga salah satu temanku" tambah Haechan lagi.
Hyeri hanya mengangguk, gadis itu tidak berniat membalas pesan daru Jungwoo. Kembali meraih sendoknya, ekor matanya seperti menangkap sesuatu. Dengan keberanian penuh Hyeri menoleh, saat itu juga pandangannya bertemu dengan Lucas. Hyeri menjadi kikuk seketika sedangkan Lucas terlihat salah tingkah.
Jeno membantu Hyeri membawa piring kotor ke dapur,
"gomawo"
Jeno tersenyum.
Tiba tiba Lucas masuk ke dapur,
"oppa butuh sesuatu? " tanya Hyeri karena melihat Lucas seperti mencari sesuatu.
Lucas tiba tiba menggaruk tengkuknya yg tidak gatal, Jeno diam diam memperhatikan Lucas.
Tangan Lucas tiba tiba menarik asal pisau yg ada di dekat tempat gelas "ini, aku butuh ini"
Hyeri dan Jeno tampak bingung, kemudian saling menatap, "untuk apa pisau itu oppa? "
Lagi lagi Lucas mendadak gugup, "ini, ah ini,, ah iya, untuk buah,...
Tiba tiba Lucas menyengir "aku ingin memotong buah" lanjutnya.
Kening Jeno mengernyit "hyung tidak buta kan?"
Hyeri jadi canggung, membalikan badan, fokus sepenuhnya ke wastafel, ada yg aneh dengan Lucas dan Hyeri tidak ingin Lucas merasa malu.
"itu pisau daging bukan untuk potong buah" lanjut Jeno.
Jeno menahan tawa nya sedangkan Lucas menahan malu, retina nya menatap punggung Hyeri, meletakan pisau tadi dengan pelan, tidak ingin mengundang atensi gadis yg sedang membelakanginya, dia malu. Tiba tiba keluar dari dapur dengan wajah merah padam.
Jeno melirik Hyeri, ada sarung tangan lagi di sana, tanpa bicara apa apa Jeno langsung memasangkan sarung tangannya, "aku bantu"
"harusnya tid___
"huss, diamlah" potong Jeno cepat saat Hyeri hendak protes.
Hyeri terkekeh "gomawo"
"hmmm"
"yaaakk" pekik Hyeri karena Jeno tiba tiba menyipratkan air ke sisi wajahnya, mereka berdiri berdampingan sekarang.
Jeno tertawa sedangkan Hyeri merengut. Diam diam Haechan memperhatikan tingkah laku temannya terhadap kembarannya.
"semoga saja pikiranku salah" batin Haechan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS
Random"aku mengenal mereka lebih baik dari siapapun, bagaimana bisa aku melepaskan adik satu satunya yg aku punya untuk mereka? itu sungguh gak masuk akal >LEE HAECHAN"