Di Cina

317 37 0
                                    


Aku cuma research sedikit soal Peterpan atau little space syndrome. Jadi kalau ada yang lebih paham boleh bagi tau aku yaaaa




























"Papiiii...!!!!"

Mark lari ngeliat Yuta datang. Ninggalin segala perangkat mewarnainya dan langsung lari nyamperin Yuta yang baru datang. Yuta senyum sambil ngerentangin tangan dan langsung disambut sama Mark dengan penuh suka cita. Seneng lihat papinya datang.

"Aku gambar papi. Kata kakak suster itu papi bakal datang kalau aku gambar. Papi beneran datang!!!"

Mark narik Yuta ke tempat duduknya. Dia lagi menggambar di taman rumah sakit. Yuta ngikutin tarikan Mark. Anaknya sulungnya itu dengan semangat nunjukin hasil gambarnya ke Yuta.

"Ini Papi!" Katanya sambil nunjuk ke gambar orang. Rambutnya merah terang. Mark ngeliatin gambar dan Yuta bergantian. "Rambut papi ganti..."

Mark murung. Ngelempar buku gambarnya dan ngelipet tangan di dada. Mulutnya manyun. "Ga mirip papi!!!"

"Ini mirip papi kok." Yuta ingat pernah warnai rambut jadi merah terang. Tujuannya waktu itu buat bikin Taeyong kesel. Siapa sangka rambut merahnya waktu itu malah disukai Taeyong dan Mark sekaligus. Malah dia yang kesel karena tujuan utamanya ga tercapai. Mark mungkin ingat itu dengan baik. "Nanti papi merahin lagi. Biar mirip sama gambar kakak ya..."

Mark ga jawab. Tapi dia ngangguk. Ngambil buku gambarnya dan nunjukin gambar tadi lagi ke Yuta. "Ini Papa. Ini Aku! Aku kecil sekali. Halo aku!"

Yuta ngangguk lagi. Dia ngulum bibir. "Kenapa gambarnya cuma tiga? Adiknya mana?"

Mark diem. Dia ngelempar pens warnanya. "Aku ga mau adik! Adik rebut Papi!!"

Yuta ngerjapin mata. Kaget. "Mark..."

"Mark siapa?! Aku Minhyung!".

Yuta jadi diem. Nama Minhyung ga pernah dipakai lagi sejak Mark masuk SD. Mark lebih suka dipanggil sama nama internasionalnya karena dia pikir itu lebih keren. Dia ngelirik Taeyong yang ngawasin di belakangnya. Taeyong cuma senyum sambil ngangguk. Nyuruh Yuta untuk ngelanjutin.

"Kakak benci Nana?"

"Nana rebut Papi! Ga suka!!" Dia ngelempar pensilnya lagi. Perawat yang dampingi Mark langsung ngambilin pensil baru lagi untuk Mark. "Ga suka! Ga suka! Ga suka!!!! Papi punya aku!!!"

"Minhyung, nak... Jangan marah-marah!"

"Papi punya aku!!!"

Mark tantrum. Perawat yang dampingin langsung gesit bawa Mark menjauh dari sana supaya ga bahayain orang. Mark dibawa menjauh dari Yuta yang juga panik ngeliat anaknya mulai ngamuk. Dia mau ngejar perawat yang bawa Mark. Tapi ditahan Taeyong.

"Mereka lebih paham nanganin Mark yang kaya gitu, Yut. Mark bisa bahayain orang lain."

Yuta natapin kepergian Mark dalam diam. Air mata ga ketahan lagi. "Sejak kapan Kakak kaya gitu, Mas?"

"Dia kejebak di usia empat tahun. Mungkin sejak itu."

Yuta ga bisa bertahan sendirian. Dia meluk Taeyong. Taeyong langsung bales pelukannya denga erat. "Aku inang yang buruk..."

"Kita orang tua yang buruk, sayang. Jangan nyalahin diri sendiri." Taeyong ngehela nafas ngerasain perutnya basah. Dia tau benar kalo Yuta ga sanggup ngeliat Mark. "Ayo perbaiki semuanya sama-sama, Yang. Kamu dan saya. Keluarga kita. Ayo kita perbaiki semuanya."

Yuta ngangguk. Dia langsung ngehapus air matanya dan ngangguk ke Taeyong. "Ayo sembuhin kakak. Dan bawa Nana pulang. Saya bakal nemenin Kakak di sini."

Taeyong ngangguk. Dia duduk disamping Yuta untuk bisa natap matanya. "Saya dapet info soal Nana. Dia terdeteksi di gedung apartemen Theresa. Chris udah urus ke sana untuk cari tau."

PAPA, NANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang