Ayo kita temukan Nana

421 40 0
                                    














"Uwahhhh!!!!! Goal!!!!"

Yuta guling-guling di tanah. Gawangnya kebobolan. Mark lari keliling lapangan rumah sakit dengan bahagia. Seneng baru aja berhasil bobol gawang Yuta. Senyumnya mengembang sangat lebar. Seolah dia ga pernah merasa sedih. Seolah dia baik-baik aja.

Taeyong yang ngeliat dari samping cuma senyum aja. Dia ngulum bibir ngeliat anak sulungnya mulai bisa jaga sikap. Emosinya mulai terkontrol. Keberadaan Yuta disekitarnya seolah bantu dia jadi lebih baik.

"Papa! Ayo main!!!"

Mark nendang bole ke Taeyong. Langsung disambut baik. Taeyong nendang bola ke gawang. Mark teriak suruh Yuta jaga gawangnya. Ga rela kalau skornya diambil Taeyong. Dia ketawa seneng waktu bola memantul ke gawang. Taeyong gagal cetak skor. Dia ngetawain papanya dengan bahagia.

"Kalah!!!"

Yuta mulai kecapean. Mark juga pasti ngerasain itu. Meski jiwa anak-anak nya ga ada lelah. Muka pucet Mark jelas jadi tanda kalau dia butuh istirahat.

"Sudah minum obat?"

Mark ngegeleng. Dia mulai cemberut lagi. "Obat terus. Obat terus. Aku ga sakit! Kenapa minum obat terus!!!"

Yuta cuma ketawa ngeliat Mark manyun. Lucu. Dia ngelus kepala anak sulungnya yang masih belum bangun dari masa little nya.

"Minum obat itu bukan cuma karena sakit, Minhyung-"

"Mark! Aku sudah besar. Minhyung itu masih kecil. Aku Mark!"

Yuta ketawa. "Iya, Mark. Kamu harus minum obat biar tetap sehat."

Mark masih manyun. Ga mau denger ucapan Yuta. "Papa sama Papi ga minum obat!"

"Kata siapa?" Yuta langsung ngeluarin botol obatnya. "Ini. Papi juga minum obat. Sama kaya Mark."

"Papa ga minum obat!"

Taeyong ngerjapin mata. Nahan senyum karena ngerasa kalo anak sulungnya ini lucu. "Papa juga minum. Cuma Mark ga liat!"

Mark mencibir. Ga suka karena kalah. Tapi terus dia diem. Mandangin sekeliling dengan aneh.

"Papa sama papi di sini. Adek sama siapa?"

Yuta langsung ngelirik Taeyong. Begitupun sebaliknya. Keduanya nelen ludah. Mulai gugup.

"Mark... Ga benci adik?"

Mark ngedip tiga kali. Ngeliatin Taeyong yang baru aja tanya. Dia nunduk lagi. "Adik rebut papi. Aku ga suka."

Taeyong jadi diem.

"Kakak," Yuta coba ngomong dengan suara selembut mungkin. Mark ngomong dengan suara pelan dan ga tantrum kalau bahas adiknya itu adalah kemajuan yang bagus. Yuta harap semua bisa lebih baik lagi dari ini. "Adik ga rebut papi. Papi masih punya Kakak Mark. Papi masih di sini..."

Mark diem. Nunduk lagi. Dia nipisin bibirnya. Tapi tangannya yang tadi tegang udah mulai kendor. "Kakak ga mau adik."

Yuta cuma senyum. Ngelus punggung Mark dengan sangat lembut. "Gak papa. Kalau Mark ga mau adik, nanti papi kembalikan adiknya ya..."

Mark ngerjapin mata. "Emangnya bisa?"

"Bisa," Yuta jawab tanpa mikir. "Pakai kekuatan super. Hiaaatttt!!!"

Mark tergelak. Senang. Taeyongvjuga ketawa. Sambil ngelus kepala Mark. Mark bisa diajak ngobrol soal topik ini tanpa tantrum adalah kemajuan. Dan ngeliat anak itu ngobrol sama Yuta adalah kemajuan lain yang menyenangkan. Taeyong berharap Yuta ga keberatan ngurusin Mark yang kaya gini.

PAPA, NANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang