Ini Bukan Kamu

306 40 1
                                    









Usia Mark satu tahun waktu sumpah advokat Yuta turun. Taeyong dan Yuta pisah tempat kerja karena aturan dari firma hukum mereka. Pasangan ga boleh kerja di sana. Taeyong mengalah dan pindah dari sana. Kerja di firma hukum yang lebih besar. Namanya lumayan lebih di kenal masyarakat.

Yuta baru jadi pengacara junior waktu itu. Nanganin kasus pidana pembunuhan akibat KDRT. Finansial mereka waktu itu mulai stabil. Jadi Mark punya babysitter sendiri. Mark sering ditinggal Yuta untung investigasi kasus. Dan Taeyong mulai muak.

"Diem di rumah aja, ya? Urusin Mark. Kasian Mark kalau kamu tinggal terus..."

Yuta bergeming. Bimbang. Dia juga ga tega ninggalin Mark terus. "Jadi advokat itu mimpi aku, Mas..."

Taeyong cuma Hela nafas. Berusaha ngerti. "Jangan ambil kasus yang berat. Lebih sering dirumah aja. Kasian Mark..."

Yuta ngangguk. Dia juga paham sama maksud Taeyong dan ngusahain yang terbaik buat keluarganya.

Lalu satu anak magang masuk ke firma Yuta. Yuta bertindak sebagai pendamping nya. Mereka menjadi partner pengacara yang menuntaskan kasus pembunuhan itu lebih cepat. Kemenangan di pihak Yuta. Dan kliennya amat puas.

Yuta terlanjur senang. Saat itu, dia memeluk si anak magang yang menjadi pendampingnya. Semua Yuta anggap baik-baik saja. Tapi siapa sangka pelukan itu berarti lain bagi si anak magang. Ada percikan terlarang yang tumbuh di sana. Dan Yuta tidak pernah memperkirakan hal itu terjadi.

Kasus itu rupanya terdengar oleh banyak pihak sehingga banyak yang ingin memakai jasa Yuta untuk kasus-kasus yang belum terpecahkan. Dan Yuta merasa bimbang untuk mengambilnya. Yuta senang namanya banyak dikenal oleh banyak orang. Tapi itu juga berarti dia akan lebih sering berada di luar untuk investigasi. Dia akan lebih sering meninggalkan Mark.

Kebimbangan ini rupanya terdengar juga sama Taeyong. Jadi Taeyong coba untuk datang ke firma Yuta. Sekedar main dan menyapa teman-teman lamanya di sana. Meskipun sudah banyak yang berubah di firma Yuta. Orang-orang di sana sudah banyak berganti. Sebagian besar tidak kenal Taeyong.

Waktu itu, Taeyong ngeliat Yuta lagi asik sama si Anak Magang. Mereka makan siang bareng dan keliatan seru. Tapi Taeyong cuma anggap mereka sebagai rekan kerja biasa. Yuta ga ngasih respon berarti yang bikin curiga. Taeyong pun ga merasakan apa-apa.

Tapi satu hari waktu Taeyong ngejemput Yuta pulang kerja, si anak magang ini nemuin Taeyong. Bilang kalau Yuta dipanggil sama pengacara senior dan ada meeting mendadak. Taeyong cuma ngangguk dan bilang akan nunggu. Taeyong pikir anak itu akan langsung pergi. Tapi ternyata dia malah natapin Taeyong. Dari atas, ke bawah, ke atas lagi. Seolah lagi menilai Taeyong.

Taeyong yang waktu itu pakai masker menutup muka cuma nautin alis sebelah. Heran.

"Anda siapanya Pak Na?"

Taeyong diem. Sebagai advokat yang punya nama, dia bisa ngerasain tensi ga bagus dari anak ini. "Kenapa ingin tahu?"

Si anak magang ngegeleng. "Saya suka sama Pak Na. Saya mau miliki dia..."

Jawaban itu buat Taeyong kesal. Dia ngedecak. "Masih anak magang, sudah punya pikiran macam itu sama suami orang?"

Si anak magang angkat bahu ga peduli. "Saya yakin bisa buat dia ceraikan pasangannya. Saya yakin bisa buat dia tinggalkan pasangannya." Si anak magang yang acuh angkat dagunya. Dia ngelirik Taeyong. "Anda kenal dengan pasangan Pak Na? Laki-laki? Atau perempuan?"

Taeyong Mandang si anak magang dengan datar. "Perempuan. Mereka udah punya anak."

Si anak magang cuma senyum. "Dia ga pernah peduli sama anaknya..."

















PAPA, NANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang