-Credit to the artist from Pinterest-
Gellert menyadari bahwa hari itu merupakan hari terakhirnya melihat pemuda yang datang sendirian untuk menikmati malam di café tempatnya bekerja. Gellert teringat namanya adalah Theseus Scamander, dimana Gellert hanya mengetahui nama keluarganya pada awal pertemuan mereka, kedua nama aslinya dimana seorang pria yang datang bersama seorang remaja menemuinya yang baru saja mengunjungi sebuah café. Gellert juga teringat nama remaja yang masih polos dan muda itu, yaitu Newt, walau Gellert tak yakin apakah mereka bersaudara atau tidak.
Gellert teringat dengan pria dewasa yang datang bersama remaja itu. Dengan penampilan yang sungguh menarik perhatiannya, suaranya terdengar merdu dan menenangkan hati. Gellert tak pernah merasakan sesuatu yang seperti itu dari siapapun yang pernah dikenalnya. Ada keanehan dan rasa baru yang muncul di dadanya, seolah dia layaknya seorang gadis muda yang memiliki pujaan hati. Gellert tahu dia belum terlambat untuk jatuh cinta hingga menikmati masa-masa indah yang hangat dalam sebuah hubungan, namun dia tidak bisa mempercayai hal semacam kebetulan atau takdir yang biasa banyak orang katakan.
Gellert tidak seharusnya tertarik pada seorang professor yang memiliki status lebih baik darinya yang hanya seorang barista biasa di sebuah café.
Gellert tidak istimewa, setidaknya dia tidak berpikir seperti itu. Semuanya dapat dilihat dari kehidupannya yang cukup berantakan, dimulai dari ditendang dari keluarganya sendiri, ditendang dari dunia pendidikan, hingga sulit diterima dimana pun. Gellert tidak keberatan, hanya saja dia merasa kesepian dan seolah tak memiliki tempat dimana pun dia berlabuh. Café ini pun, hanya tempatnya sementara untuk menjalani hidup, bertahan hidup, dimana terkadang kecerdasan dan kejeniusan yang banyak orang yang dikenalnya katakan perihal dirinya itu, membawanya ke arah yang lebih buruk dari ini.
Mr. Graham, pemilik café tempatnya bekerja selalu menyatakan dirinya cerdas dan jenius, sekaligus memiliki daya tarik yang berbeda dibandingkan orang banyak. Dia merasa Gellert istimewa dan berbeda dari kebanyakan orang biasa, yang membuatnya menerima Gellert bekerja. Walau terlihat enggan dan agak ketus, Gellert bisa mengerjakan hal yang diminta olehnya di café, mulai dari memasak, meracik minuman, menyediakan makanan dan minuman, sampai melayani pelanggan. Semuanya dia lakukan dengan sempurna dan indah. Setelah melihat hasil dari usaha Gellert itulah, dia menerima Gellert dengan sepenuh hati.
Gellert menikmati waktunya di café itu, dimana dia bertemu banyak manusia, beragam orang di dunia, baik dari kalangan bawah, tengah, sampai atas. Pemilik café juga mirip sepertinya, yang terlihat membangun café ini untuk bisa merasakan pengalaman yang dirasakan Gellert, maka itu Gellert sangat disambut di café itu. Hanya saja, café itu memiliki sedikit staf, dan kebanyakan hanya paruh waktu, berbeda dengan Gellert yang bekerja penuh. Karena itulah, Mr. Graham dan Gellert lebih akrab, seolah mereka saudara hingga keluarga. Gellert selalu berterima kasih akan kesabaran dan kelapangan pemilik café, mirip dengan bibinya yang menerima dia untuk tinggal bersama kini. Apalagi setelah Gellert tidak memiliki tempat untuk tinggal atau bertahan hidup lagi.
"Gellert, bisakah kau melayani pelanggan di meja dekat jendela? Aku harus menyiapkan beberapa meja reservasi oleh teman lamaku dan melayani pelanggan lama yang akan datang."
Suara pemilik café terdengar nyaring saat dia baru saja selesai menyiapkan peralatan makanan dan minuman untuk pesanan. Gellert melangkah menghampiri pemilik café yang kini sedikit bersandar ke konter pembatas daerah pelayan dan pelanggan.
"Dekat jendela?"
"Itu, yang disana."
Gellert mengikuti jari pemilik café yang mengarah pada seorang pria dewasa yang duduk di dekat jendela, lebih ujung dari yang pernah pemuda bernama Theseus Scamander duduki. Pria dewasa itu berjenggot lebat sampai ke bawah telinga, memegang sebuah buku berukuran sedang di kedua tangan, dengan mantel berwarna abu yang terlihat lembut dan hangat. Gellert seolah teringat sosok pria dewasa itu, hanya saja dia tidak ingat kapan pernah melihatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/310926960-288-k818689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Never too Late to Fall in Love
FanficGellert Grindelwald hanyalah seorang barista dan pelayan cafe yang sedikit ahli. Albus Dumbledore adalah seorang professor yang disukai dan dikenal di sekolah tempatnya mengajar, Hogwarts. Keduanya bertemu tanpa sengaja dan menjadi teman dekat yang...