Gellert dan Albus yang Sakit

140 20 0
                                    

Gellert, Mr. Graham dan Theseus hanya bisa mengerjap beberapa kali mendengar hal itu. Professor Hicks masih menunjukkan ekspresi bingung, khawatir, sekaligus panik di wajahnya. Telepon yang dipegangnya masih tersambung dengan seseorang yang memanggil-manggil namanya.

"Professor?"

"Ah, maafkan aku."

Wanita itu kembali bicara dengan lawan bicaranya di telepon. "Minerva, bisakah kau mengurusnya dulu sebelum aku kesana?"

"Tidak masalah sih, tapi bila dia dibiarkan begitu terus, kita tidak akan tahu bagaimana kelas yang akan dia ajar selanjutnya." Orang yang dipanggil Minerva itu melanjutkan. "dan lagi, kantornya dikunci, kebiasaannya lagi nih, Professor Dumbledore."

Professor Hicks mendesah pelan. "Akan kuusahakan, apa sebaiknya aku membawa bantuan untuk membuka pintu kantornya?"

"Kumohon."

Orang bernama Minerva itu mendesah di seberang. "Kurasa hanya kita berdua yang bisa mengurus Professor Dumbledore saat ini, melihat semua staf dan guru sudah pergi liburan dan beristirahat."

Professor Hicks mendesah pelan. "Sudah terlambat lagi untuk meminta bantuan ya?"

Theseus, Gellert dan Mr. Graham mendapati wanita itu menoleh kini, setelah mematikan teleponnya. Seraya memasang ekspresi lelah dan bingung, wanita itu memandang ketiganya kini.

"Professor Dumbledore tumbang lagi."

Theseus mengerjap beberapa kali. "Apakah ini yang biasa Newt ceritakan padaku?"

Professor Hicks mendongak untuk menatap kakak dari Newt itu. "Kalau Dumbledore selalu memaksakan diri hingga tumbang, apalagi di waktu-waktu seperti ini?"

"Begitulah. Dia sering mengurung diri bila sudah seperti ini." Professor Hicks mendesah pelan dengan kedua tangan terlipat ke dada.

"Bagaimana dengan meminta bantuan kedua adiknya?"

Ketiganya menoleh pada Mr. Graham yang bersuara. "Kudengar Dumbledore memiliki dua adik bukan? Satu laki-laki dan satu perempuan?"

"Memang, hanya saja Professor bukanlah orang yang suka meminta bantuan pada kedua adiknya, dimana dia kakak tertua yang harus lebih kuat dan mendukung keadaan keluarga."

Professor Hicks menyuarakan pendapatnya, apalagi setelah mendengar perihal keluarga Dumbledore. "Dia akan marah besar bila kita mencoba meminta bantuan keluarganya."

Theseus menyentuh dagunya. "Tapi tidak mungkin kalian terus yang mengurusnya bukan? Apalagi kalian juga butuh waktu untuk beristirahat."

"Yah, kau memang benar sih, tapi setiap kali ini terjadi, hanya kami yang bisa mengurusnya."

Professor Hicks mendesah panjang. "Apalagi harus dengan beberapa bujukan dan paksaan. Biasanya Minerva yang jago perihal itu."

Theseus tertawa kecil. "Dumbledore lemah juga ya terhadapnya." Professor Hicks hanya bisa mengangguk saat Theseus memahami kondisi mereka bertiga.

Mr. Graham mengerjap. "Tempat kelahiran Dumbledore dan Hogwarts cukup jauh sih ya." Theseus dan Professor Hicks mengangguk mantap.

"Tapi aku bingung siapa yang bisa kubawa serta untuk membantu kami..."

Professor Hicks mengeryit memikirkan bantuan yang harus dia bawa untuk Albus. Tidak mungkin lagi hanya dirinya dan juga Minerva.

Mr. Graham menjentikkan jari, membuat ketiganya menoleh bersamaan. "Bagaimana bila kau bawa pelayanku yang satu ini, Gellert Grindelwald."

Never too Late to Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang