-1-

11.5K 1.4K 95
                                    

Jaemin masuk ke dalam rumah makan tempat ia bekerja masih dengan perasaan kalut selepas perdebatannnya dengan orang asing tadi. Kepalanya terus tertunduk. Dia mengabaikan beberapa orang yang berpapasan dengannya sesekali ia mencoba menaikkan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Pria itu masuk kedalam ruang ganti, dadanya mendadak naik turun mengingat kejadian di bus tadi pagi. Bukan kali pertama baginya dan lagi-lagi tubuhnya merosot jatuh. Perlahan ia terisak dengan tubuh bergetar menahan agar tangisnya tak pecah.

Ia usapi pipinya yang basah akan air mata lalu meremati celananya.

“Ada apa dengan dunia? Aku juga ingin di cintai, tapi orang-orang yang datang justru hanya ingin melecehkanku” Isak Jaemin pilu. Dia menangkup wajahnya dengan telapak tangan dan menyembunyika kesedihannya disana.

DUAR!!!
Jaemin tersentak saat pintu ruang ganti ditendang dari luar, dia sontak berdiri dan merapikan penampilannya yang kacau selepas menangis.

“Hei anak malas. Kerja!” Umpat pria tambun diluar dengan tatapan sinis kearah daun pintu dimana Jaemin berada dibaliknya.

Dan selalu saja semua orang menyebutnya anak malas disaat dia berusaha menjadi apa yang orang mau.

Jaemin hanya bisa menghela nafas, dia segera meraih jaket dan helm diruang ganti lalu berjalan keluar dengan lesu. Matanya menatap rumah makan yang mulai ramai lalu dia menghampiri penjaga kasir.

“Antar ini ke Jung Grup ya, ini alamatnya. Sudah dibayar” Ucap seorang wanita dengan rambut pendek dengan nametag Ryujin pada seragam kerjanya.

Jaemin mengambil struk yang diberikan wanita itu lalu melempar senyum. Dia kemudian meraih kotak stainless diatas meja berisi beberapa piring sterofoam makanan cepat saji.

“Jaemin...” Panggil Ryujin saat melihat tubuh Jaemin berbalik.

“Kopi” Tuturnya seraya menyerahkan satu cup kopi untuk Jaemin, pria itu meraihnya dengan seulas senyum.

“Terima kasih ya”

“Tentu, awali pagimu dengan senyum ya” Sahutnya membuat senyum Jaemin semakin lebar, dia mengangguk lalu berjalan keluar dari gedung rumah makan tempatnya bekerja.

Setelah meletakkan kotak makanan keatas motor, dia meneguk kopi pemberian teman satu pekerjaannya lalu mulai mengendarai motor itu melintasi jalanan menuju sebuah perusahaan yang memesan makanan.

Menempuh perjalanan delapan menit, Jaemin berdecak sebal saat melihat kemacetan didepannya, tangannya mulai menarik rem hingga motor yang ia kendarai terhenti. Dia hanya melihat dan mendengar bahwa didepan ada kecelakaan.

Pria itu menghela nafas lalu merogoh ponselnya, dia lihat waktu tak banyak yang tersisa atau dia akan terlambat, tapi sialnya di daerah ini tidak ada jalan tikus yang bisa ia tempuh. Jaemin melihat kesekitar dan menemukan tiang listri, akhirnya dia memarkirkan motornya disana dan menguncinya lalu membawa kotak makannya berlari untuk segera menuju Jung Grup.

Wajah pria itu memerah padam karena berlari, tak perduli dengan nafasnya yang terengah. Dia harus segera mengantar makanan ini tepat waktu jika tidak dia akan mendapat masalah.

Uh Na Jaemin, hidupmu benar-benar sial.

Seorang pria berdiri didepan ruang rapat seraya melirik jam tangannya gelisah, waktu sudah berlalu sepuluh menit dan pesanannya belum juga tiba. Pria itu mengacak kepalanya lalu berjalan hilir mudik dengan frustasi, matanya tak henti menatapi lift menunggu seseorang muncul dan tak lama Jaemin muncul dari sana.

Masih mengenakan jaket dan helm, ditangannya dia menjinjing kotak berisi makanan dari rumah makan tempatnya bekerja. Dia langsung berlari menghampiri pria yang ia yakini adalah pemesan makanan itu.

Minderella [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang