-22-

5.8K 699 19
                                    

Jaemin tertunduk setelah perdebatan dengan dokter. Dia masih tak tahu harus berbuat apa?

Dia ingin mempertahankan janinnya tapi dia juga ingin sembuh. Dia memiliki impian bersama Jeno dan menua bersama seperti impian mereka berdua.

Hening menyelimuti ruangan dokter untuk beberapa saat. Jaemin sepertinya masih mencoba mencari jalan terbaik.

“Tuan Jung harusnya tahu kondisi Tuan saat ini dan menemukan jalan keluar bersama” Tutur sang dokter membuat Jaemin mendongak dengan gelengan kepala.

“Tidak Dokter, dia tak harus tahu. Aku tak ingin dia khawatir, aku tahu seperti apa suamiku, aku tak ingin mendapat belas kasihnya” Ucap Jaemin cepat membuat Dokter hanya bisa menghela nafas.

“Apa tidak ada cara lain Dokter? Aku ingin mempertahankan janin ini, seperti keinginan suamiku. Dia ingin memiliki seorang anak...”

“... Bila nanti pada akhirnya aku yang harus gugur. Dia tidak sendirian” Lirih Jaemin dengan helaan nafas berat.

Perih rasanya membayangkan dia harus pergi meninggalkan Jeno dan buah hati mereka. Tak siap jika hari itu tiba sementara dia masih belum cukup bahagia dengan Jeno.

“Untuk sementara ini, saya akan memberikan resep obat dan obat herbal untuk mencegah penyebaran kanker saja. Tapi mungkin, tidak bertahan lama. Jika kondisi Tuan makin memburuk, tidak ada jalan lain...”

“Janin itu harus gugur, Tuan” Tambah sang dokter membuat Jaemin hanya bisa mengulum bibirnya dengan seulas senyum kecut.

“Aku tidak apa-apa dokter. Berikan aku obat saja, aku akan melakukan apapun untuk janinku” Sahut Jaemin.

Didetik berikutnya Jaemin lihat Dokter hanya menghela nafas berat. Dia diam melihat sang dokter sibuk menulis pada lembaran kertas diatas meja. Membuat resep obat untuk Jaemin dan janinnya.

Setelah pemeriksaan itu, Jaemin keluar dengan langkah gontai.

Pikirannya melayang jauh.
Masih tak menyangka bahwa beberapa bulan ini dia hidup dengan kanker ditubuhnya. Dia berperang dengan rasa sakit hari ke hari untuk bertahan agar ia tetap bisa bersama Jeno.

Bagaimana dia dihadapkan pada pilihan yang sulit. Janinnya atau kesembuhannya dan keduanya adalah impian yang begitu dia dambakan.

Mengapa Jaemin bersikeras mempertahankan janinnya?

Jawabannya hanya satu, setidaknya dia masih memiliki kesempatan mewujudkan satu impian Jeno. Sebelum kanker lebih dulu menggerogoti tubuhnya.

Bila pada akhirnya Jaemin kalah, Jeno telah memiliki seorang anak hasil buah cinta mereka yang akan menemaninya. Menjadi cahaya setelah gelap akibat ditinggalkan suaminya.


‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙


Jeno masuk ke dalam kamar setelah makan malam dan tak mendapati suaminya diatas ranjang. Mungkin di kamar mandi, lantas ia berjalan menuju meja rias untuk merapikan rambutnya.

Namun matanya menangkap paperbag putih berukuran kecil diatas meja. Dengan penuh penasaran, Jeno memeriksa isi paperbag itu. Alisnya bertaut saat dia mendapati ada lima strip obat.

Pandangannya teralihkan saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Suaminya baru saja keluar dengan mulut basah. Pasti muntah lagi dan itu bukan karena kehamilannya melainkan gejala dari kanker yang ia alami.

Tubuh Jaemin menegang saat melihat sang suami memegang obat pemberian dokter tadi siang. Dia dengan cepat menghampiri sang suami dan merampas obat itu.

“Sudah selesai makan malam Sayang?” Tanya Jaemin dengan senyum, dia menyimpan obat itu didalam laci nakas membuat Jeno bertanya-tanya.

“Terjadi sesuatu dengan kandunganmu? Dokter memberimu obat lagi” Tanya Jeno yang dibalas gelengan kepala dengan senyum oleh Jaemin.

Minderella [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang