-7-

7.6K 1.1K 97
                                    

“Kak... Tunggu” Ucap Renjun panik.

Jaemin hanya mengulum senyum kecut, dia membungkuk pada Jeno dan Renjun setelahnya berlalu keluar dari gedung perusahaan Renjun.

Jeno menahan lengan Renjun saat sang adik hendak mengejar kakaknya, dia lihat pria jangkung itu menggeleng lalu ekor matanya melihat Jaemin yang sudah pergi mengendari motornya.

“Jangan dulu. Dia sedang kecewa. Bicara dengannya setelah kondisinya membaik” Ucap Jeno yang di balas anggukan oleh Jeno.

“RenRen...”

Renjun menoleh saat mendengar sebuah suara memanggilnya, dia lihat sosok pria jangkung berdiri disebelah meja resepsionis dengan wajah datar.

“Baiklah, aku kembali ke kantor” Ucap Jeno yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Renjun.

Jeno memutuskan pamit lebih dulu, setelah melihat Jeno keluar, barulah Renjun berlari menghampiri kekasihnya. Pria jangkung itu mengacak surai Renjun gemas lalu melingkarkan tangannya, mengajak Renjun untuk naik.


×÷×%%%×÷×


Jaemin menyambar seluruh alat makeup yang baru saja ia beli dan memasukkannya ke dalam kantung plastik hitam setelahnya dia keluar dari kamarnya. Saat menapaki anak tangga, dia berpapasan dengan Renjun.

Jaemin mendengus lalu berlari menuju halaman belakang, bahkan sebelum Renjun sempat bicara. Pria itu mungil itu hanya menggeleng lalu kembali naik ke kamarnya.

Jaemin menuang semua peralatan makeupnya pada tempat sampah berbahan stainles, setelah menuang bensin, dia langsung membakar semuanya.

Jaemin berdiri dihalaman belakang memandangi api mengepul dari tong sampah, bibirnya mengulum senyum kecut.

Masih tak habis pikir bagaimana mereka bisa saling mengenal kemudian Jeno bisa datang ke perusahaan tempat adiknya bekerja.

Padahal sebelumnya mereka sangat dekat, tapi sekarang bahkan Jeno seolah menjadi orang asing baginya. Sudah beberapa hari tak ada pesan dari pria itu, padahal Jaemin selalu menunggunya.

Semakin menjelaskan bahwa Jeno menyukai adiknya. Entah mungkin sekarang mereka asik berbalas pesan.

Setelah selesai membakar semua alat makeupnya, Jaemin kembali masuk kedalam rumah, langkah kakinya terhenti saat melihat Renjun didapur asik membuat teh seraya memandangi ponselnya dengan senyum.

Pasti berbalas pesan dengan Jeno dan pria itu sedang melontarkan godaan.

Cih, akhirnya Jaemin sadar bahwa tidak ada dominan baik. Jeno tetap brengsek, seperti dominan umumnya.

“Kak” Panggil Renjun dengan wajah datarnya saat melihat Jaemin berdiri satu meter darinya.

Jaemin melangkah melewati Renjun untuk membuka kulkas dan mengambil minuman kaleng.

“Kak, kau salah paham” Ucap Renjun saat melihat sang kakak beranjak pergi. Jaemin nampak berbalik dengan wajah datar.

“Dari mana kau mengenal Jeno?” Tanya Jaemin.

“Kemarin malam dia datang untuk menemuimu kak...”

“Lalu? Kenapa kau yang berakhir bersamanya?”

“Papa yang meminta”

“Kenapa harus Papa yang kau salahkan? Salahkan dirimu sendiri, sudah tahu dia kenalanku kenapa tidak memanggilku dan malah menikmati waktu bersamanya”

Jaemin benar!
Renjun akui dia salah, tapi Jaemin tak tahu kondisinya saat itu. Jika saja Jaemin di posisinya, pasti akan sulit bagi Renjun.

“Kau tahu, aku suka padanya” Ucap Jaemin.

Minderella [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang