-15-

7.9K 828 90
                                    

Jeno hanya diam dengan menyandarkan tubuhnya pada dinding toilet dengan kedua tangan melipat di dada. Masih memikirkan sikap Jaemin tadi yang menurutnya keterlaluan. Tak berselang lama Jaemin keluar masih dengan wajah bertekuk seraya mengusapi kemejanya dengan tisu.

“Kemejaku bau kopi” Rajuk Jaemin

“Sudahlah, nanti kering” Ucap Jeno, dia tersenyum simpul lalu menggenggam jemari kekasihnya dan mengajak Jaemin untuk mencari toko perhiasan.

Mereka masuk dan langsung disambut baik oleh karyawan dengan senyum cerah. Setelah menyampaikan tujuan mereka, karyawan nampak merekomendasikan beberapa model cincin pertunangan.

“Bagaimana menurutmu Sayang?” Tanya Jeno melihat cincin berwarna perak melingkari jari manis kekasihnya.

“Bukankah menurutmu designnya terlalu kuno?” tanya Jaemin, dia menaikkan bahunya tak tertarik lalu melepas cincin itu dan kembali meletakannya pada kotak perhiasan.

Jeno melirik kearah sang karyawan yang tersenyum tak enak.

“Ini kan untuk pengesahan hubungan yang sakral. Berikan aku design terbaik disini. Yang terlihat fresh, mewah dan bagus” Cerocos Jaemin pada sang karyawan.

Jeno menghela nafas berat lalu mengangguk saat melihat karyawan menatapnya seolah meminta persetujuan. Akhirnya sang karyawan pergi dan kembali membawa beberapa kotak cincin membuat mata Jaemin berbinar.

Jeno hanya diam menatap lekat wajah Jaemin. Dia cantik memang sekarang, tapi sikapnya menjenuhkan bagi Jeno. Dia tak nyaman berada disamping Jaemin. Sikapnya yang berani itu membuat Jeno kehilangan sosok yang ia kagumi.

“Sayang, bagaimana?” Tanya Jaemin seraya menunjukkan jari manisnya yang melingkari cincin berwarna perak dengan senyum manis.

Jeno mengulum senyum terpaksa dan mengangguk, dia mendekatkan tubuh pada Jaemin dan melihat lebih dekat cincin yang akan digunakan kekasihnya itu pada hari pertunangan mereka.

“Cantik, Sayang” Puji Jeno.

“Tentu, harus sesuai denganku” Gumam Jaemin, matanya berbinar menatap indahnya jemari lentik itu dibalut benda perak dengan satu buah berlian yang nampak berkilau.

Dia kemudian melepaskan cincinnya agar dikemas. Dan selama menunggu Jeno melakukan pembayaran, dia hanya diam menunggu. Setelahnya mereka keluar.

“Aku lapar, ayo cari makan” Ajak Jaemin masih menggandeng manja lengan Jeno.

Jeno hanya tersenyum lalu keduanya memutuskan mencari makan didalam sana. Dan setelah menemukan meja kosong dan memesan makanan, mereka menunggu dengan tenang.

“Setelah ini mau melakukan apa?” Tanya Jaemin

“Bertemu kedua orang tuaku” Tutur Jeno

“Ya benar, aku sudah lama tidak bertemu Bubu” Pekik Jaemin girang.

“Menurutmu, Bubu suka apa? Nanti temani aku membeli hadiah untuk Bubu ya?”

“Bubu tidak perlu buah tanganmu. Dia hanya rindu denganmu” Sahut Jeno dengan wajah datarnya.

Sejak tadi dia sudah uring-uringan melihat tingkah Jaemin yang kian centil. Kenapa semakin kesini, Jaemin berubah? Seolah akhirnya dia menunjukkan sikap aslinya yang terpendam atau dia hanya sedang lupa diri karena penampilannya yang berubah? Berapa lama Jaemin hidup seperti ini? Apakah Jaemin masih bisa berubah menjadi Jaemin yang dulu?

Dan beragam pertanyaan muncul dibenaknya sejak tadi. Dia tak bisa menikmati kencan mereka yang seharusnya indah.

“Kapan kita ke panti? Anak-anak pasti kaget karena kau sudah kembali” Ajak Jeno

Minderella [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang