-10-

7.9K 1K 84
                                    

“Je-Jeno sebaiknya kau pulang” Ucap Jaemin terbata.

Iris hitam Jeno menatap Jaemin yang nampak panik lalu menatap Winwin didepan mereka.

“Tidak, biar ku jelaskan semuanya” Sahut Jeno.

“Jeno, pulang kubilang!” Desak Jaemin.

“Ayo bicara Jaemin!” Ucap Winwin dingin, Jaemin menghela nafas setelah melihat tubuh Papanya berbalik untuk kembali ke rumah.

“Pulanglah” Titah Jaemin.

“Kita harus bicara pada Papamu” Sahut Jeno tak mau kalah.

“Kondisinya tak semudah itu, ku mohon. Aku bisa mengatasi ini semua sendiri”

“Hubungi aku jika semuanya baik-baik saja” Ucap Jeno dengan nada lirih, Jaemin mengangguk lemah sebagai respon.

Namun begitu, tetap tak tega bagi Jeno untuk membiarkan Jaemin pulang dengan kondisi sang Papa yang nampak marah. Tapi Jeno harap semoga semuanya baik-baik saja.

Jaemin melambai setelah melihat Jeno didalam mobil melambai kecil, setelah mobil milik Jeno melaju, Jaemin nampak meremat kain hoodienya dan dengan satu tarikan nafas dalam dia melangkah untuk masuk ke dalam gang rumahnya.

Winwin berdiri diruang tamu dengan kedua tangan melipat didada, matanya tak lepas menatapi pintu yang tak kunjung terbuka menampilkan sosok Jaemin.

Pria itu menghela nafas berat dan tak berselang lama, pintu rumah terbuka menampilkan Jaemin yang datang dengan wajah datarnya, Winwin langsung menghampiri Jaemin dan menjambak helaian hitam putranya.

“Akh Papa sakit, lepaskan” Racau Jaemin seraya menarik tangan sang Papa yang meremat rambutnya.

“Dasar tidak tahu diri” Teriak Winwin seraya menghempas tubuh Jaemin hingga terjatuh dilantai.

Suara gemuruh langkah kaki terdengar dan tak lama Renjun turun dari lantai atas kamarnya, pria mungil itu nampak membulatkan matanya melihat Jaemin jatuh terduduk dilantai.

“Papa, apa salahku?” Teriak Jaemin dengan wajah memerah, masih mencoba menguatkan dirinya sendiri dari sakitnya amukan sang Papa. Bukan hanya fisiknya tapi hatinya.

“Dasar murahan. Tidak tahu diri, kau merampas milik adikmu” Racau Winwin.

“Papa!” Sentak Jaemin seraya berdiri.

“Pa, Papa keterlaluan mengatakan anak Papa sendiri seperti itu” Sahut Renjun yang kini sudah berdiri disamping sang Kakak.

“Dasar munafik, kau mengatakan pada adikmu bahwa Jeno dominan brengsek lalu kau pergi diam-diam dengan Jeno. Benarkan bahwa kau iri dengan adikmu?” Tanya Winwin dengan suara besarnya memecah kesunyian rumah mewah mereka.

“Kau yang brengsek” Racau Winwin, Jaemin tak bisa mengatakan apa-apa, dia hanya diam meredam sakit hatinya melihat sang Papa bak kesetanan seraya menunjuk-nunjuk dirinya dengan telunjuk.

“Pa, Jeno Hyung tidak pernah menyukaiku. Jeno Hyung memang menyukai Kak Jaemin dari awal” Sahut Renjun.

“Aku berusaha mendekatkan Jeno padamu, untuk kehidupanmu yang lebih baik. Kenapa kau membela dia hah?” Omel Winwin.

“Cukup Pa!” Teriak Jaemin dengan pundak bergetar, air matanya mulai turun karena dia sudah tak lagi bisa membendung emosinya.

“Apa yang salah dengan Jeno menyukaiku?”

“Jeno tidak menyukaimu, karena kau mudah di bodohi” Sahut Winwin.

“Kenapa Papa tidak pernah sekali saja merasa bangga padaku?” Teriak Jaemin.

Minderella [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang