Bab 8. Bloodstained Runes

24 6 3
                                    

Pada hari kedua pembekalan, Tim Nordik mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk pengaktifan sigil. Menurut petunjuk dalam hieroglif, sigil harus berada dalam sebuah lingkaran batu. Sembilan batu perlu dilukis simbol rune, masing-masingnya mewakili satu dari sembilan dunia yang digambarkan dalam pohon Yggdrasil. Bukan dengan tinta biasa, tiap hurufnya harus dilukis menggunakan darah makhluk hidup.

“Menurut kalian ini akan berhasil? Rasanya seperti membuat mainan anak-anak,” gerutu Nebula sembari melukis batu dalam genggamannya.

“Kita hanya mengikuti petunjuk dalam hieroglif. Tidak ada keterangan spesifik mengenai ukuran batu dan darah makhluk apa yang harus digunakan. Tadi kau bilang kita menggunakan darah apa, Zeon?” Rahael juga disibukkan oleh batu, darah, dan kuas di tangannya.

“Aku meminta ini dari pengurus dapur, mungkin darah ayam.” Elf berambut panjang itu baru menyelesaikan batu ketiganya. “Kenapa kalian sangat lambat?” lanjutnya sembari memeriksa ketiga rekannya yang belum menyelesaikan satu batu pun.

Rahael mengangkat kepala, mata hazel Fallen Angel itu menangkap pekerjaan tangan sang junior. “Pantas saja cepat, lukisanmu jelek!” protesnya.

Zeon hendak menjawab cibiran Rahael, tetapi suaranya tercekat begitu melihat seorang lelaki menghampiri mereka. Zephyr Pahlevi, Peri Shee angkatan empat itu datang membawa sebuah pena dan sebotol minuman yang kemudian diberikan kepada Sophia.

Gadis yang tengah fokus pada batu dan buku rune itu juga terkejut melihat kedatangan Zephyr. Ia meletakkan kuas lalu menerima benda yang diberikan teman sekelasnya. “Oh, pena ini, padahal bisa kau kembalikan di kelas minggu depan, dan terima kasih minumannya,” ujar Sophia sembari tersenyum, mata ruby-nya bertaut dengan mata amber Zephyr.

Lelaki itu mengalihkan pandangan, pipinya memerah hingga ke telinga. “A-aku merasa tidak enak membawanya terlalu lama.” Zephyr memberi semangat Tim Nordik yang masih sibuk di halaman, lalu segera pergi.

“Jangan hanya memberi semangat, Ze, bantu kami!” teriak Zeon yang diabaikan oleh juniornya.

Cieee! Sophia punya pacar,” goda Rahael sembari menyenggol pundak juniornya.

Sembilan buah batu kini dipenuhi simbol rune yang mewakili sembilan dunia Mitologi Nordik. Niflheim, Helheim, Jötunheim, Nidavellir, Vanaheim, Muspellheim, Midgard, Alfheim, dan Asgard. Setelah darah pada permukaan batu mengering, Nebula menyimpannya dalam tas perbekalan.

Mereka juga mempersiapkan satu benda lagi, cermin penangkap cahaya bintang rigel yang dibeli di Waymart. Cermin khusus itu bahkan dapat diperkecil atau diperbesar sesuai dengan kebutuhan. Nebula membungkus benda itu menggunakan kain dan menyimpannya menjadi satu dengan batu-batu.

oOo

Strategi telah diatur dengan matang. Kini mereka siap menjalankan rencana pencarian sigil yang tengah dijaga oleh Jormungand. Peri angkatan dua itu mengambil bebatuan dan ranting dari kebun anggur, lalu mulai mempersiapkan kutukannya.

“Oh, tanah Peri penuh misteri, kutuklah monster itu menjadi cicak hingga bulan menyentuh bumi.” Kerlip ungu kehitaman memenuhi lengan Nebula, kemudian terserap oleh benda-benda yang tengah dipeluknya.

Rahael merentangkan tangan sembari mendorong Sophia dan Zeon mundur. “Sebaiknya kita menjaga jarak supaya tidak berubah menjadi cicak.”

Keempat siswa telah siap melawan penjaga sigil dan anak buahnya. Nebula terbang ke angkasa, kemudian mengangguk sebagai tanda dirinya telah siap melancarkan rencana. Zeon segera menaiki Falcon Autumn dan menggiring kawanan monster yang telah dipanggilnya ke dalam kebun miracle fruit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden Red Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang