Sembilan

50 3 1
                                        

HAI!

UDAH SIAP? VOTE DAN KOMEN NYA!

UDAH SIAP? VOTE DAN KOMEN NYA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Beberapa hari kemudian

Kini Skala sudah sembuh tetapi tangan kirinya masih di perban. Tanpa peduli dari rasa sakit itu kemarin ia sempat berantem dengan Gara.

"Masuk lo? Gue kira masih tiduran." Ucap Ryan.

"Gue gak koma." Sahut Skala dengan datar.

Ryan tertawa kecil."Kata Langit, leher lo hampir putus." Langit yang asik nge-push rank melempar pensil yang berada di atas meja.

"Nuduh lo anjing!"

Ryan semakin mengeraskan tawanya.

"Lo kemarin berantem sama Kala, karna apa?" Tanya Bumi pada Gara yang diam.

"Gue yang salah, Kala pantes gebukin gue."Sahut nya.

Bumi menggeleng kepalanya."Kedepannya gue harap lo gak lalai, Gar." Gara hanya melirik sekilas.

"Ohya, kemarin lo di temenin Raga?" Tanya Ryan.

Gara berdehem."Tau dari?"

"Bumi," Gara mengangguk.

"Sekarang adek lo dimana?" Tanya Ryan.

"Pergi lagi ke London." Gara menjawab.

Memang, beberapa hari kemarin Raga sudah kembali ke London ia harus sekolah disana dan juga takut terjadi apa-apa terhadap Amelia dan Andreson.

Gara sempat bicara kepada Raga, kalau nanti atau suatu saat biarkan mereka berdua kembali ke rumah Gara. Agar Gara bisa merasakan betapa indahnya keluarga kecilnya yang hancur karena dirinya.

"Lo gak ikut, Gar? Gak kangen sama bokap nyokap Lo?" Tanya Langit sembari mematikan'ponselnya.

Gara terdiam dengan pertanyaan langit."Biasa aja." Jawab nya bohong.

Sebenernya Gara sudah menahan rasa kangen itu sejak sepuluh tahun lalu.

Semua temannya menatap Gara aneh, apa benar cowok itu tidak merindukan kedua orang tuanya? Atau Gara membenci nya?

"Serius lo?" Bumi menggeleng kepalanya tak percaya.

"Hm,"

"Buat apa gue kangen mereka? Gue tanya." Gara menatap mereka satu persatu.

"Mereka kangen gak? Mereka perduli gue gak?"

Semua diam membisu.

***

Gara melemparkan tas nya di atas kasur ia membuka kancing baju seragam nya dan melepaskan, menyisakan kaos hitam melekat di tubuhnya.

Merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk itu dengan remot AC yang ia genggam.

SAGARA: DANGEROUS BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang