64. Terjatuh

3.5K 614 43
                                    

Praya terpaksa pergi lebih dulu dari pesta setelah apa yang sudah mereka lakukan di ruang piano tadi. Syukurnya tidak ada yang melihat tindakan gila mereka di sana sampai ke titik puncak kenikmatan yang mereka dapatkan.Tapi kabar buruknya Praya tidak bisa berjalan.tidak ini tidak berlebihan, hanya saja mereka berdua bercinta dengan posisi berdiri. Bisa bayangkan bagaimana lemasnya kaki Praya untuk menahan permainan Ramiro.

"Kenapa Aya di gendong?" tanya Ramira. Wanita itu heran karena tadi dia tidak melihat keberadaan Praya dan Ramiro saat baru saja tiba di lantai dansa. Dan sekarang mereka kembali dengan kondisi yang mengherankan.

Ramiro menatap Praya yang ada di dalam gendongannya lalu pria itu berdehem. "Dia jatuh."

"Serius? Bagaimana bisa?" tanya Narani. Kali ini wanita itu yang heboh.

"Kamu baik-baik saja kan Aya?" Ramira kembali bertanya. Sepertinya lukanya serius sampai Praya di gendong seperti itu.

Kafin dan Malven yang memerhatikan membuat tatapan curiga ke arah Ramiro. Mereka memerhatikan penampilan keduanya yang cukup berantakan.

"Aku─aku baik-baik saja," gumam Praya. Menahan malu di gendongan Ramiro.

"Kalau baik-baik saja kenapa kamu sampai di gendong?"Narani kembali bertanya dengan polosnya.

Dan Praya yang tidak bisa menjelaskan hanya bisa meringis mendengar pertanyaan Narani yang ingin tahu. Tidak mungkin kan Praya menjelaskan kepada wanita itu kalau mereka baru saja melakukan aksi gila di sini.

"Sepertinya luka di kaki itu cukup parah." Malven yang sedari tadi diam akhirnya membuka mulut. Tapi nada suaranya membuat Praya sedikit curiga.

"Sepertinya begitu. Kalian jangan banyak tanya, biarkan Aya istirahat." Kali ini Kafin yang bicara.

Ramiro yang mendengar pembelaan dua temannya seolah ingin membantu dan membungkam rasa penasaran para wanita menatap mereka bangga. Sementara Kafin dan Malven hanya mendesah melihat kelakuan Ramiro yang semakin lama semakin gila.

"Sayang sekali, padahal kita belum melihat kalian berdansa," ujar Ramira.

"Itu benar. Tapi lebih baik kamu istirahat saja Aya. Semoga besok sudah sembuh ya." Narani menyemangati.

Praya hanya bisa mengangguk tanpa membalas ucapan mereka. Wajahnya sudah memerah, di gendong Ramiro saja satu hal yang sangat memalukan. Apa lagi diberi pertanyaan yang kebernarannya bisa membuat mereka semua syok.

Sial, kenapa Praya sekarang mendadak menjadi wanita nakal? Bisa-bisanya dia menuruti keinginan Ramriro bercinta di ruang piano tadi.

"Kenapa Aya bisa jatuh? Padahal heels yang dipakainya gak terlalu tinggi," kata Narani. Dia memilihkan sepatu itu untuk Praya supaya Praya nyaman menggunakannya.

"Miro bilang Aya terjatuh.Apa dia tersandung sesuatu?"Ramira menyahuti.

"Memang di sini ada batu?"tanya Narani dengan polosnya.

Ramira mendelik ke arah Narani. "Tersandung kan gak harus dengan batu, Ran."

"Oh? Gitu ya. Aku pikir hanya batu yang bisa menyandung kaki,"ucapnya.

Ramira mendesah. Dia memijat pelipisnya melihat tingkah Narani yang terlalu bodoh. Apa wanita itu tidak pernah tersandung apa pun selain batu?

"Tapi kenapa pakaian mereka berantakan? Apa mereka tersandung bersama dan berguling-guling di atas lantai?"Narani kembali dengan tebakkannya.

"Ah, benar juga. Pakaian Miro tadi berantakan." Ramira baru tersadar setelah Narani mengatakan itu. "Apa mereka─apa!? Gila!"

Tiba-tiba saja Ramira berteriak. Mengundang pandangan dari beberapa orang yang ada di sekitar mereka.

Soulmate (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang