17. Perundungan

5.5K 1.1K 64
                                    

Update! Jangan lupa vote dan komentarnya dong gaes biar lapaknya rame 😭

🌼🌼

Ramiro tidak tahu kedekatannya dengan Praya sudah menjadi perbincangan hangat di kampus. Setelah gosip soal foto di party kembarannya, Ramiro pikir semuanya akan kembali normal. Ramiro sudah biasa digosipkan dengan banyak wanita karena itu dia tidak terlalu memikirkannya. Kemarin setelah dia mampir ke minimarket di mana Praya bekerja, Ramiro langsung pulang karena ada acara dengan Papinya. Saking sibuknya Ramiro tidak sempat melihat ponselnya.

Pagi buta adiknya sudah heboh perihal foto yang Ramiro tidak ingin tahu. Karena Ramiro pikir itu foto kemarin yang sempat adiknya tanyakan. Tapi ketika Ramira menunjukkannya, Ramiro dibuat heran karena itu foto baru yang di ambil ketika dia berada di minimarket.

"Kamu serius sedang mendekati Praya, Miro?"

Ramiro mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan itu. "Kamu masih membahas soal kemarin?"

Ramira menggeleng. "Memang pertanyaan aku kemarin belum kamu jawab dengan jelas sih. Tapi sekarang gosip kedekatan kamu sama Praya sudah menjadi buah bibir. Mungkin foto malam itu gak sengaja kamu bertemu sama Praya. Tapi kali ini, kamu sendiri yang pergi ke Minimarket di mana Praya bekerja 'kan?"

Kerutan di dahi Ramiro semakin dalam. "Dari mana kamu tahu?"

Ramira memutarkan kedua bola matanya malas. "Kalau punya ponsel itu dipakai. Kemarin aku menelepon kamu gak di terima terus. Foto kamu dan Praya di minimarket sekarang sudah tersebar luas di kampus."

"Kamu tahu sendiri aku sedang bersama Papi kemarin. Sudah pasti aku gak mungkin memegang benda itu."

"Sama sekali gak sempat?"

"Gak," jawab Ramiro malas. "Lagi pula apa yang perlu di permasalahkan? Tumben sekali kamu bertanya dengan siapa aku sedang dekat."

Memang benar selama ini Ramira tidak pernah ingin tahu soal dengan siapa Ramiro dekat. Karena cukup memantau saja dari kejauhan. Toh Ramira sudah sangat hafal dengan sifat Ramiro yang hanya mempermainkan wanita. Setelah bosan Ramiro akan meninggalkan para wanita itu. Tapi ini berbeda, Ramiro sedang mendekati Praya. Anak malang yang selalu dirundung di kampus karena statusnya dan pekerjaan ibunya.

"Karena kali ini kamu agak berbeda," ujar Ramira.

Satu alis Ramiro naik. "Berbeda?"

Ramira mengangguk. "Biasanya kamu hanya akan duduk diam dan menikmati wanita mana yang sedang mendekatimu. Tapi kali ini, kamu yang mencoba mendekatinya."

Ramiro mendengus. "Apa yang sedang kamu coba katakan?"

Ramira mengerang. "Jangan berpura-pura, aku sudah sangat tahu bagaimana sifat kamu, Miro. Ingat, kita sudah bersama bahkan saat masih di dalam perut mami. Kamu tertarik dengan Praya, Miro?"

Ramiro diam sebentar sebelum tawa geli keluar dari mulutnya. "Kenapa wajah mu panik seperti itu?"

Ramira memejamkan matanya kesal. "Aku serius, Miro."

"Aku juga serius," balas Ramiro, enteng. "sudahlah, aku lelah baru selesai work out dan kamu malah mengajak berdebat. Aku gak ingin dengar omelan kamu sekarang, yang aku inginkan hanya beristirahat."

Ramiro pergi, meninggalkan adiknya yang sedang menggeram kesal karena sifat cuek Ramiro yang selalu menyepelekan sesuatu.

"Miro, ingat! Jangan macam-macam dengan Praya, dia wanita baik-baik!"

Meski begitu Ramiro tetap mengabaikan teriakkan adiknya yang tampak mencemaskan soal Praya. Ramiro heran, kenapa Ramira justru cemas dirinya melakukan sesuatu kepada Praya? Mengingat seluk beluk tentang siapa Praya, bukannya seharusnya Ramira memihaknya? Karena ada banyak wanita yang mendekatinya karena sesuatu. Dan tumben sekali Ramira membela siapa wanita yang akan dia dapatkan kali ini? Apa yang sudah Ramira tahu tentang Praya ketika dengan jelas Praya mengatakan bahwa wanita itu tidak begitu mengenal adiknya.

Soulmate (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang