Dia hendak mengetuk pintu kamar itu ketika tiba-tiba pintunya terbuka. Callista mundur dan matanya terbelalak melihat seorang wanita berdiri bersama Ben di pintu.
"Callista," desis Ben terperanjat.
"Hah, bodoh banget aku," kata Callista getir. "Aku bodoh banget." Matanya mulai basah dengan sesak di dadanya.
Ben maju mendekati Callista tapi semakin pria itu mendekatinya semakin menjauh pula dirinya dari Ben. Dia tak mau mendengar apa-apa dari Ben.
"Ini nggak seperti yang kamu lihat," kata pria itu. Dia memandang Callista disertai penyesalan.
"Kamu berani, Ben?" isak Callista pelan agar tak mengundang perhatian dari orang sekitar. Cukup mereka bertiga saja yang bisa mendengar suaranya. "Kamu berani natap mata aku di saat kamu membohongi aku? Kamu pikir, aku anak kecil?" Mata Callista beralih ke sosok perempuan dekat Ben. "Kamu siapa? Perempuan panggilan?"
"Callista, jangan hina Tania begitu! Dia rekan kerjaku, dan kami kuliah di tempat yang sama dulu," jawab Ben membela Tania secara lugas.
Sikap Ben yang bak pahlawan kesiangan itu tambah melukai hati Callista. Ben kemudian meminta Tania untuk meninggalkan tempat itu segera.
** I hope you like the story. Dont forget to vote and comment **
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tidak Serumit Itu #Completed
Romance"Kamu berani, Ben?" isak Callista pelan agar tak mengundang perhatian dari orang sekitar. Cukup mereka bertiga saja yang bisa mendengar suaranya. "Kamu berani natap mata aku di saat kamu membohongi aku? Kamu pikir, aku anak kecil?" Mata Callista ber...