🐨🐼 •sahabat (2)•

2.2K 205 9
                                    


chapter ini masih lanjutan dari yang kemarin, ya. enjoy!!







jihoon dan junkyu. hanya sepasang sahabat yang ke manapun akan selalu bersama bak anak kembar. di mana mereka belum tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan belum terpikirkan ke sana. masa di mana keseharian mereka tak lebih dari bermain bersama, tidur siang, dan sekolah.

di hari itu, jihoon kecil berlari menuruni tangga karena mencium bau yang menggoda dari dapur. ia menabrak dan memeluk kaki bundanya yang sedang sibuk dengan berbagai hal di depannya. dari baunya, laki-laki itu tau bahwa bunda sedang membuat kue yang menjadi ciri khasnya. ya, kue buatan bunda memang yang paling enak.

“nda, bikin apa?” tanya jihoon dengan mata polosnya. bunda menoleh dan mengacak rambut anak tunggalnya itu sebelum menjawab, “bikin kue,”

“kue buat jihoon, ya, nda?”

“bukan. ini buat junkyu, sayang,” jawab bunda dengan tangannya yang masih sibuk menghiasi kue di atas meja.

jihoon memiringkan kepalanya penuh kebingungan. junkyu? kue? ada apa di hari ini? kenapa ia tidak tau apapun?

“emang ada apa, nda?” tanya jihoon lagi.

bunda membersihkan tangannya dengan sebuah lap sebelum mengangkat tubuh anaknya ke pangkuan, “hari ini junkyu ulang tahun, kamu lupa?” tanya wanita itu.

“eh?” jihoon berkedip beberapa kali setelah mendengar ucapan itu. ah, ia baru mengingat bahwa hari ini adalah tanggal 9 september di mana junkyu lahir. tunggu, hari ini?!

“jihoon lupa, nda. huaa, jihoon ga beli kado buat junkyu,” jihoon sudah nyaris menangis ketika mengucapkan hal itu. padahal, ia ingat ketika dirinya hendak bertambah umur, junkyu sama sekali tidak jajan agar bisa membeli kado untuknya.

benar, saat itu jihoon sempat bingung kenapa junkyu tidak membeli jajan walau sudah diajak. ternyata semua uang itu akan digunakan untuk membeli koleksi hot wheels yang ia incar sejak lama. jangan ditanya seberapa bahagianya jihoon saat itu, jelas saja mainan itu ia simpan rapi-rapi dan jarang ia sentuh agar tidak rusak.

“lho, siapa bilang kado harus beli?” bunda berucap sambil menenangkan anaknya yang nyaris menangis. wanita itu berpikir sejenak sebelum melanjutkan, “jihoon bisa lho bikin hadiah sendiri buat junkyu,”

mendengar hal itu, mata jihoon kembali bersinar. manik coklat itu tampak dihiasi bintang-bintang dari rasa penasarannya. ia kemudian menyamankan diri di pangkuan bunda agar bisa mendengarkan lebih lanjut lagi.

“kemarin ayah beliin krayon buat jihoon, kan? nah, bikin kartu ucapan aja,”

akhirnya setelah menyelesaikan segala urusan di dapur, bunda mengajak jihoon untuk pergi ke kamar anaknya itu. bermodal selembar kertas yang diambil dari tas ayah, anak laki-laki itu bersiap untuk menggambar sesuatu di atas sana.

bunda tidak banyak melakukan aktivitas selain memperhatikan anaknya yang sibuk dengan krayon. mungkin sesekali ia hanya membantu memilih warna atau merapikan rambut anaknya yang bergerak mengikuti keaktifan si pemilik.

“junkyu suka naik sepeda, jadi ada sepeda,”

“jihoon sukanya main bola, jadi ada bola,”

jihoon terus mengoceh hal-hal lucu seperti itu saat tangannya bergerak di atas kertas. beberapa kali keningnya juga berkerut saat memilih warna yang cocok untuk gambarnya. bunda tertawa melihat bagaimana anaknya tampak begitu sibuk dengan kado buatannya.

“jadi!” seru jihoon. ia memamerkan hasil gambarnya ke bunda dengan senyum yang terukir lebar di wajahnya.

“wah, pinter banget anak bunda,” ucap bunda dengan nada yang bangga pada jihoon.

“eh, kalo junkyu ga suka gimana, nda?” tanya jihoon dengan bibir menekuk saat pemikiran buruk itu mampir ke dalam otaknya. benar, bagaimana kalau junkyu tidak menyukai kartu ucapan buatannya ini? bagaimana kalau junkyu malah membencinya?

“ih, kok mikirnya gitu, sih? bunda yakin ku junkyu pasti suka sama apapun yang jihoon kasih ke dia,”

mendengar hal itu, senyum kembali terbit di bibir jihoon. ia menatap gambarnya sekali lagi sebelum tersenyum yakin. ya, ia sudah melakukan sebisanya. junkyu pasti menyukainya.

“yaudah, mandi, gih. bentar lagi pesta ulang tahunnya mulai,”

“okeii, nda,”








sore itu jihoon melangkah memasuki rumah junkyu yang sudah ia hafal di luar kepala. suasana sudah cukup ramai dan meriah. banyak balon dan hal-hal yang dapat menarik perhatian anak-anak seumuran mereka.

bunda meninggalkan jihoon di tengah ruangan karena hendak memberikan kue ulang tahun yang ia buat ke mama junkyu. anak laki-laki itu mengangguk dan berniat mencari sahabatnya seorang diri.

“junkyu! selamat ulang tahun, ya!”

mendengar nama sahabatnya disebut, jihoon menoleh. benar saja, junkyu sedang berada di sofa dengan beberapa orang anak mengerubunginya. jujur, ia tak mengenali sebagian besar anak-anak itu. mungkin saja anak dari kolega papa junkyu, makanya ia merasa asing dengan wajah itu.

raut percaya diri di wajah jihoon seketika pudar saat melihat anak-anak itu memberikan kado yang ukurannya besar. jelas, apapun yang berada di balik bungkus kado itu pasti lebih mahal daripada selembar kertas miliknya. akhirnya ia menyembunyikan gambarnya di balik tubuhnya dan hendak berjalan menjauh.

“jihoon!”

baru saja ia berbalik, namanya sudah diserukan oleh junkyu. tak punya pilihan, ia memutuskan untuk menghadap ke sahabatnya itu. ia melihat anak-anak tadi sudah menjauh dan menyisakan dirinya serta sahabatnya hanya berdua di tengah kerumunan manusia.

“halo, jun,” sapa jihoon pelan.

“akhirnya jihoon dateng, aku nungguin dari tadi,” ucap junkyu dengan raut gembira yang tergambar jelas di wajahnya saat itu.

“eum, iya,”

“kamu kenapa? kok sedih gitu?”

“gapapa kok,” jawab jihoon sebelum makin menyembunyikan hasil karyanya di balik tubuh kecilnya.

junkyu mengangguk sebelum bertanya, “jihoon bawa apa? kok disembunyiin?”

“nggak! junkyu ga boleh liat!”

“ih, kok gitu?”

“hadiah dari jihoon ga bagus, nanti junkyu sedih,” ucap jihoon dengan pandangan yang fokus ke lantai keramik di rumah sahabatnya itu.

“kenapa junkyu harus sedih? kan yang penting hadiahnya dari jihoon,” junkyu berucap meyakinkan. mendengar ucapan itu, jihoon perlahan menunjukkan kertas ucapan yang ia buat tadi.

junkyu meraih kertas itu dan memperhatikan hasil gambar sahabatnya. jihoon menolehkan wajahnya ke arah lain. ia tak ingin melihat raut kecewa di wajah lawan bicaranya karena hadiahnya yang tak seberapa.

“ih! lucu banget! makasih ya, ji!” seru junkyu dengan senyum yang lebih lebar dari sebelumnya. siapapun yang melihat ekspresinya saat ini pasti tau bahwa ekspresi itu sama sekali tidak disentuh kebohongan.

“junkyu suka?” tanya jihoon tak percaya. junkyu mengangguk sebelum menjawab, “suka banget! nanti aku taro di kamar,”

saat itu senyum akhirnya ikut terbit di wajah manis jihoon. hatinya terasa luar biasa lega karena ternyata hadiahnya tak ditolak mentah-mentah oleh sahabatnya itu. dengan nada ceria, ia berucap, “selamat ulang tahun, junkyu!”

namun, ada satu hal yang tidak jihoon tau sampai sebelum mereka beranjak dewasa. ia tak tahu bahwa gambar miliknya benar-benar disimpan rapih oleh junkyu. laki-laki berkacamata itu membingkai gambarnya dan meletakkannya di laci meja belajar. bahkan, gambar itu menemani perjalanan kuliahnya di amerika.

jika ditanya apa alasan ia begitu menyukai gambar itu, maka jawabannya akan selalu sama, “karena itu dari jihoon.”







karena au kyuhoon/jikyu ga banyak, jadi sebagai jikyuist yang baik dan budiman mari kita lestarikan kapal ini.

so, next?

lil crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang