PART 4 : Misi Penyelamatan

105 22 0
                                    

"Ada yang lebih menyakitkan daripada ditinggalkan, yaitu kita harus membuat orang yang kita cintai pergi dan harus mengikhlaskan tanpa bisa melupakannya."

Ia menggeleng pelan seolah menghapus kemungkinan-kemungkinan terburuk ketika ia memasuki gudang tersebut. Dengan berani iapun membuka pintu besar dan berkarat gudang itu, tiba-tiba tepuk tangan seseorang menyambutnya.

"Benar-benar Letnan Lee kesayangn kita ternyata," Ucap suara berat dari sosok yang berdiri ditengah ruangan bersama Kevin yang wajahnya telah babak belur dan terikat tak berdaya disana.

Rachel menyipitkan matanya, mencoba mengingat wajah orang itu.

"Kau...," betapa tekejutnya ia. Orang itu ternyata adalah...

"Hi baby? Do you remember me?"

.

.

.

Rachel menatap datar pada pria di depannya ini. Siapa sangka orang itu akan dengan mudah mengenalinya. Oh tentu saja. Pemuda bertato ular di bagian leher itu biasa dipanggil Reinz. Ketua Geng Mafia yang selalu terlibat bisnis penyelundupan senjata secara ilegal dan jangan lupa sebagai bandar narkotika diberbagai belahan dunia.

Dulu pria brengsek ini salah satu penyebab seseorang yang penting baginya di jatuhi hukuman mati. Ya, ialah penyebab kenapa Alan berkhianat.

Jujur saja, Rachel sangat menaruh dendam pada Reinz, tapi karena tragedi dua tahun silam memaksanya harus vakum dari dunia kemiliteran. Dan yang membuat semua ini makin rumit adalah, hubungan persaudaraan antar Reinz dengan Alan.

Rachel menggeleng pelan kala ingatan menyakitkan itu menerobos masuk melalui memorinya. Ia harus fokus menyelamatkan Tuannya.

"Bagaimana Letnan? Apa kau merindukan kakak iparmu ini?"

"..." Rachel terdiam. Otaknya memutar strategi agar ia dan Tuannya bisa lolos tanpa ada pertumpahan darah serius disini. Ia masih waras untuk mengingat misinya bukan untuk berurusan dengan si brengsek ini.

Kevin masih terduduk dengan wajah lebam dan tak sadarkan diri. Reinz mendekat ke belakang Kevin dan mulai menodongkan belati di pelipis kiri Kevin. Tatapannya seolah meremehkan apapun yang akan di lakukan Rachel. Tentu saja ia tahu, Rachel sedang menjalankan misi rahasia dan sedang tidak terikat dengan kemiliteran.

"Bagaimana jika kita sedikit mengulang cerita masa lalu dan yah... bisa bekerja sama seperti yang di lakukan A-"

"Tidak. Jangan bicara seolah-olah Alan seorang pengkhianat!" walaupun dengan ekspresi datar, jelas nampak ada rasa sakit yang terselip di tiap kalimatnya. Rachel jelas paling tahu siapa kekasihnya itu.

"Oh baiklah. Tapi apa yang akan kau lakukan dengan Tuan muda mu ini, hm?" Mata Kevin sedikit terbuka dan ia pun meringis saat ujung tajam belati itu sedikit menggores pelipisnya.

"Sebenarnya aku tidak minta banyak, Letnan." Reinz menyeringai kemudian melanjutkan kalimatnya, "Bagaiamana jika hidup Tuan muda kita ini ditukar dengan kesetianmu sebagai Letnan?" ucapan Reinz membuat Kevin menatap wajah gadis itu. Ia tidak peduli urusan Ketua Mafia ini dengan misi Rachel atau apapun itu, dia hanya ingin terbebas dari semua ini, sial.

"Baiklah," detik itu juga Kevin mengernyit heran. Kenapa Rachel mau mengorbankan sesuatu yang penting baginya? Kenapa perempuan itu harus repot-repot mengejarnya ke sini tanpa meminta bantuan? Bodoh atau bagaimana?

Rachel mengangkat kedua tangannya, seolah menyerah di hadapan Reinz.

"Tidak ada pistol?" Reinz memastikan dengan memberi aba-aba pada anak buahnya untuk memeriksa sekujur tubuh Rachel.

GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang