PART 6 : Luka Lama

60 8 0
                                    

"Sekecil apapun goresan luka dihatimu, memang saat ini sudah pulih, tapi luka tetaplah luka. Masih akan ada bekasnya."

...

"AARGH!" Teriakan histeris dari gadis berambut sebahu ini begitu menggema di kamarnya. Ia terbangun dengan posisi duduk, dibanjiri oleh keringat dingin. Nafasnya terengah-engah, wajahnya pucat seperti benar-benar mengalami hal yang menakutkan pada malam itu. Rachel sangat sadar, itu hanyalah mimpi. Yang menyebalkannya adalah mimpi mengerikan dan penuh luka itu kembali menghantuinya padahal sudah dua tahun semenjak kejadian tragis itu ia sudah hampir pulih.

Ternyata luka tetaplah luka. Di obati bagaimanapun tetap akan ada bekasnya. ia memijat pelan pelipisnya yang terasa berdenyut. Otaknya tanpa di minta kembali teringat hal-hal manis bersama kekasihnya, Alan. Orang yang menjadi obat sekaligus menjadi luka terparahnya.

Siapapun tahu ia seorang anak yatim piatu, di besarkan oleh kerabat militer Ibunya. Ia tidak punya siapa-siapa selain orangtua angkat yang itupun hanya menjadikannya alat untuk kesuksesan mereka. Rachel di tuntut untuk menjadi anak yang sempurna dalam hal apapun, hingga akhirnya seperti inilah dia. Menjadi Letnan di regu militernya.

Mata onyx miliknya melirik jam analog di atas mejanya, beruntung sudah jam setengah tujuh pagi. Ia pikir akan terbangun tengah malam lagi. Dengan perlahan ia bangkit dari kasurnya, sedikit merapikannya dan mulai besiap ke kamar mandi.

Hari-hari Rachel tetap seperti biasanya, kecuali dengan sikap Kevin yang lebih aktif dari biasanya.

"Kau tidak sarapan?" Kevin menaikkan sebelah alisnya kala melihat gadis itu hanya berdiri di sampingnya. Rachel menggeleng. Dengan sigap Kevin mengambil selembar roti tawar lagi dan mulai memberi selai cokelat diatasnya, dan tentu saja langsung menyerahkannya pada Rachel.

Rachel mengernyit heran atas tingkah tuan mudanya ini, ia jadi tidak enak hati pada para pelayan yang kini tengah menatap bingung kearah mereka berdua.

"Maaf Tuan, saya-"

"Makan saja. Anggap ini ucapan terimakasih ku karena kejadian beberapa hari yang lalu," Baru saja ingin menyambut roti menggiurkan dari tangan Kevin, ponsel pribadinya berbunyi, setelah ia cek ternyata dari Kolonel-nya.

"Maaf Tuan, saya izin mengangkat telpon penting." Dan di balas anggukan singkat dari Kevin. Sejujurnya pemuda berambut pirang ini sudah penasaran luar biasa dengan si penelpon yang berani beraninya merusak keromantisannya bersama Rachel.

Entah kenapa semenjak ia mengangkat telpon dari atasannya ini, hatinya begitu gundah, "Halo? Selamat pagi Kolonel."

'Sebelumnya aku minta maaf Rachel. Tapi setelah aku memberitahukan ini, kau bebas menentukan misi mu selanjutnya,' ucapan Kolonel terkesan mencurigakan dan menambah pikiran buruk memenuhi kepalanya. Namun bukan Letnan Lee jika tidak bisa berusaha tenang.

"Langsung saja Kolonel. Saya siap."

'Sesuai janjiku padamu, demi misi mu sekarang ini kau akan mendapatkan informasi tentang keberadaan ibumu. Tapi sayang sekali informasi kali ini adalah berita duka.'

Seiring kalimat Kolonel, gadis itu menahan nafas tanpa ia sadari. ia berusaha menahan segala emosi yang akan bereaksi ketika ia lebih jauh mendengarkan kalimat kolonelnya ini.

"..."

'Ibumu sudah meninggal setahun yang lalu, meninggal karena penyakit leukimia yang ia derita dalam beberapa tahun silam.'

"Apa ada surat atau peninggalan lainnya?"

"Tidak ada."

"..."

GUARDIAN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang