Kapal itu perlahan meninggalkan dermaga, membawanya semakin jauh dari kota kecil yang meninggalkan banyak jejak luka, dengan sedikit harapan yang tersisa ia meninggalkan semuanya kecuali satu, dirinya sendiri.
Angin laut dengan aroma karat besi menyapu perlahan wajah cantiknya, tatapannya jauh memandang ke pulau seberang, diraihnya secarik kertas dari dalam saku jaket jeans, di sana tertulis alamat dan nomor telepon seseorang, ia menyobeknya dari buku telepon, ditulisnya beberapa tahun yang lalu dan hanya nama itu yang ia ingat.
Suara klakson kapal laut membuyarkan lamunannya, pertanda kapal akan berhenti di dermaga tujuan, dengan sigap ia membawa tas ransel berwarna abu-abu, perlahan ia turun ke bawah, pikirannya hanyut sesaat teringat ketika usianya masih 8 tahun, ayahnya selalu menuntunnya menuruni tangga kapal satu per satu, sekarang ia harus menuruninya sendirian, pergi ke pulau ini sendirian dengan kisah yang lain.
17 tahun lalu seorang gadis kecil dan ayahnya pergi ke pulau ini menemani ayahnya menemui beberapa rekan bisnisnya, sudah seperti agenda yang wajib dilakukan satu kali setiap minggu, saat itu seorang gadis kecil dengan riang menuruni anak tangga dan segera masuk ke dalam mobil dengan tingkah manisnya selalu merengek meminta ayahnya membelikan telur puyuh yang biasa dijajakan di pinggir dermaga.
Kini tidak ada lagi mobil, tidak ada lagi ayahnya, ia segera keluar kapal berjalan menuju pos pemeriksaan pendatang, pagi ini sudah banyak yang mengantre, ia mengeluarkan dompet dari tas kecilnya dan memberikan KTP kepada petugas keamaan, laki-laki berkepala botak dengan kacamata di kening mengamati seksama, "Hanum Kartikasari", katanya, dan ia tersenyum sembari memberikan KTP kembali kepada pemiliknya.
YOU ARE READING
Kupu-Kupu Tak Bersayap
RomanceSetelah pernikahannya yang kandas dengan Bayu, hari-hari Hanum selalu ia habiskan dengan mengingat Bayu, cinta yang memilih pergi. Dan Hanum lantas menemukan profesi rahasia, di situ ia merasa sangat dicintai, diinginkan, dihargai dan dipuji. Dan pe...