Dibalik jendela di sebuah sekolah SMA di kota Tella, terlihat seorang murid sedang menggambar di buku tulis, tampaknya dia sedang gabut menunggu bell pulang sekolah.
Rambutnya berwarna perak mengkilap, dan matanya berwarna biru muda serta berwajah tampan dan berbadan atletis. Ia mengenakan seragam pramuka tetapi tidak memakai hasduk, hasduknya ia taruh di loker meja.
Cewek-cewek di kelasnya terus menatap dengan tatapan terpesona membuat cowok-cowok di kelas sangat iri terhadap. Buka hanya cewek-cewek di kelasnya, namun cewek-cewek dikelas lain, adik kelas, dan kakak kelas pun terpesona dengan paras tampan nya.
Ya orang itu adalah, gue, Silfester Verdiansyah, atau biasa dipanggil Silver. Bukannya sombong, tapi gue adalah cowok paling tampan di sekolah ini. Dengan tubuh atletis gue sering ditunjuk untuk ikut lomba-lomba olahraga di sekolah. gue juga selalu rangking 1 dikelas... dari belakang
"Ver." ucap sebuah suara, "udah selesai monolog nya?"
"Kalau udah, gue pinjam rautan lu, pensil gue patah." Kata suara itu lagi.
"Ganggu monolog gue aja lu, nih rautan gue, jangan lupa balikin!" Kata gue dengan kesal.
"Baik kakek." Katanya dengan nada mengejek.
"Kokak kakek, gua masih muda tau!!!" Teriak gue dengan marah.
"Masih muda kok ubanan, awoakwowk." katanya sambil tertawa.
"Rambut gue perak, bukan putih, ya udah gak gue pinjemi lagi barang barang gue ke lu." kata gue dengan kesal.
"Canda bang, jangan marah, yaudah gue balik ke meja gue dulu ya." katanya dengan santai sambil pergi ke bangkunya.
Karena gangguan dah pergi gue lanjutin monolog gue. Oh ya tuh makhluk satu bernama Alexander Sephian, biasa dipanggil Asep. Sahabat gue dari kecil. Rambutnya berwarna coklat, matanya merah. Kayak setan, kan. Sifat nya jail, tapi baik. Kalau dia gak masuk, kelas rasanya sepi kayak kuburan. Ya... bisa dibilang dia itu "badut kelas" dari kelas gue.
Jam menunjukan pukul setengah empat menunjukan bahwa sudah waktunya pulang
Teeeeeeettt... Bel pulang pun berbunyi
Di gerbang setelah pulang sekolah.
"Sep, lu pulang dulu gue mau kesana, ya." kata gue menunjuk suatu jalan
"Alah paling lu mau ke..." Belum selesai asep bicara gue dekem mulut tuh bocah.
"Diem lu, banyak anak-anak disini, kalau aib gue kebongkar gimana, bisa bahaya entar." kata gue samabil membekap mulutnya Asep.
"Lu nggak pengen kebongkar tapi gantungan kunci lu, lu kasih liat kemana mana." katanya santai sambil menunjuk gantungan kunci gue.
"Gapapa kali, gak ada yang curiga juga" kataku mengelak
"Yaudah serah lu dah, gue pergi dulu, bye."
"Bye."
Gue langsung pergi berlawanan arah dengan asep. Gue pergi ketempat Game Center di kota gue dan berjalan ke kasih untuk membeli koin. Setelah itu gue pergi ke mesin capit yang berada di pojok ruangan.
"Nah, ini dia yang gue cari, kemarin gagal terus semoga hari ini gue beruntung." Kata gue sambil berharap dalam hati.
Gue mempunyai suatu hal yang gue rahasiakan dari orang-orang, cuma keluarga gue dan asep yang tahu hal itu, yaitu gue suka sama hal-hal yang imut dan lucu.
"Yes, gue dapet, akhirnya setelah 45 kali percobaan dari kemarin, gue mendapatkan boneka panda yang imut-imut ini." Teriak gue dalam hati
Gue pun pulang sambil memeluk boneka gue, tapi...
"Laki-laki kok meluk boneka"
"Hii.. banci"
"Dek, kamu jangan main sama anak itu."
Kata kata itu terngiang-ngiang di kepala gue. Gue pun memasukkan boneka gue kedalam tas. Gue berpikir kenapa laki kalau suka hal-hal yang imut dianggap aneh sedangkan perempuan nggak?
Ingin rasanya jadi cewek
Tiba-tiba didepan gue ada kucing yang terjebak di dalam batu, gue langsung berlari ke kucing tersebut dan mengangkat batu tersebut
"Ini pasti ulah anak-anak nakal, untung gue lewat sini." kata gue dalam hati.
Setelah menolong kucing tersebut, gue pun melanjutkan perjalanan gue untuk pulang
Meong...
Rupanya kucing tadi bukannya pergi malah ngikutin gue. Seekor kucing Munckin, kucing mahal, pikir gue.
"Wah lumayan nih, apa gue cul-eh, adopsi aja ya? Tapi gimana kalau ada yang punya?"
Gue pun lanjut berjalan meninggalkan si kucing, namun si kucing tetap saja mengikuti gue
"Ya... mau gimana lagi, ini keinginan si kucing" kata gue sambil terus berjalan.
Ketika sampai di perempatan jalan, di depan gue ada orang berlari kearah gue sambil membawa pisau dan...
Jlep...
Orang itu menusuk dada gue dan mengambil dompet gue lalu kabur.
Rasanya sakit, saat itu gue berpikir mungkin ini sudah saatnya gue untuk mati. Namun tanpa gue sangka, kucing yang mengikuti gue pun menjilat luka bekas tusukan gue, dan secara ajaib luka gue sembuh."Wah binatang ajaib, apa ini balasan karena gue menolong kucing ini?" Pikir gue.
Gue gak mau terlalu memikirkan hal itu, gue memutuskan untuk memikirkan hal ini pas udah dirumah aja. Gue pun berjalan kerumah dan memencet bel rumah. Seorang wanita membukakan pintu, yang tak lain dan tak bukan adalah mama gue.
"Eh Silver udah pu.. Siapa kamu?"
Ucapnya."Ah mama bisa aja bercandanya, masak mama lupa sama anak sendiri, ini Silver, ma?"
"Jangn bohong, anakku silver itu laki-laki bukan perempuan!"
Gue terkejut dengan perkataan mama.
Hah?!
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daily Life of Kawaii Witch
FantasySilver, seorang cowok SMA yg menyukai hal-hal imut, karena suatu kejadian dia berubah menjadi "Gadis Penyihir". Bagaimana kelanjutan ceritanya? Silahkan Baca...