Lesson 4: Osananajimi

73 7 4
                                    

Cerita Sebelumnya:

"Yakin lu?"

"Iya, gue yakin."

"Kalau gitu gue ada satu pertanyaan lagi buat lu."

"Apa itu?"

"Mau nggak lu menjadi pacar gue?"

Bukan hanya gue, tapi seluruh keluarga gue juga kaget.

"Hah?!"

Sekarang:

"Se... serius lu?" Kata gue dengan tatapan tidak percaya.

Namun tanpa disangka, Asep tiba-tiba tertawa keras sekali.

"Hahahhahah, Uhuk, uhuk, muka lu serius amat, gue cuma bercanda, wkwkwk." Kata Asep sambil tertawa terpingkal.

Tanpa menunggu lama, gue langsung melayangkan bogem mentah ke Asep berkali-kali, sampai akhirnya dihentikan oleh keluarga gue.

"Parah lu, gue pikir lu serius." Kata gue dengan wajah kesal.

"Ya maaf, tapi kalu mau..."

"Mau apa?!" Kata gue sambil mengepalkan tangan bersiap untuk meninju.

"Nggak, nggak papa." Kata Asep sambil panik.

"Lu kesini buat ngajak gue main kan?" Kata gue sambil menarik kembali tangan gue.

"Iya Ver, jadi mau nggak?"

"Yaudah ayuk, tapi gue siap-siap dulu ya."

"Ok."

Setelah itu gue pergi ke kamar untuk bersiap siap. Gue mamakai baju lengan panjang berwarna putih bergambar kelinci, dan celana hitam selutut. Gue mengkepang rambut gue menjadi dua. Gue sebelumnya biasa mengkepang rambut kakak atau mama gue. Dan yang terakhir gue memakai topi pink putih bertuliskan "Dyo" di depan nya. Setelah itu gue pamit ke papa dan mama lalu pergi.

Asep menggunakan bajur berwarna merah dengan logo rubik di depan dan ada sakunya. Dia juga memakai celana jeans. Ditangan kirinya terdapat jam digital yang berwarna hitam dan mengenakan sepatu sandal bermotif tentara. Dia juga membawa sebuah kresek besar di tangan dan gue tau apa itu.

Selama di perjalanan gue dan Asep berbincang mengenai kekuatan sihir gue. Gue menunjukan sedikit kekuatan gue dan dia langsung terpukau dan menganggap itu keren, dan dia iri dengan gue.

Sesampainya di alun-alun kota tella, kami mencari bangku yang kosong. Lumayan sulit karena ini hari minggu banyak yang datang, kebanyakan dari mereka adalah sepasang kekasih yang lagi pacaran. Setelah menemukan tempat duduk yang kosong Asep pun membuka kresek yang dia bawa, isinya yaitu sebuah monopoly. Kami mempersiapkan semuanya dari uang, kartu negara, dana umun, kesempatan, dll.

"Siapa ini yang jadi bank?" tanya gue ke Asep.

"Lu aja, selama ini gue yang jadi bank kalah mulu, kali aja kalau yang jadi bank ku gue menang."

"Ok, siapa takut."

Gue dan asep bermain cukup lama dan permainan dimenangkan oleh gue.

"Wah, pasti curang lu ya?" Kata Asep sambil menuduh gue curang.

"Sembarangan lu, lunya aja yang noob, gue ini master monopoly." Kata gue sambil menepuk dada.

"Cih, sombong. Kalau gitu ayo tanding ulang!"

"Ayo, siapa takut!"

Ketika ingin mempersiapkan ulang, tiba-tiba datang seorang bertubuh tinggi, berwajah sangar serta bertindik. Semua orang yang berada di situ pergi satu persatu karena ketakutan.

"Oy, kasih semua duit lu ke gua, bocah."

"Nggak mau, lagian abang siapa? Pake minta minta duit gue." Ucap Asep dengan tatapan tajam ke orang itu.

Tak disangka, orang tersebut mencengkeran kerah si Asep, Karena Asep memilik nilai terendah di olahraga, dia hanya bisa berontak namun percuma karena cengkeraman orang itu yang kuat.

"Jangan banyak bac*t lu bocah, tinggal serahin duit lu apa susahnya sih. Gue butuh duit buat beli miras!"

Gue yang melihat sahabat gue digituin, tanpa sadar mengeluarkan kekuatan gue, berlian menyelimuti tangan kanan gue, dan gue langsung meninju si pemalak sampai jatuh.

"Anj*ng, bangs*t!" Umpatnya lalu berbalik berusaha menyerang gue.

Tanpa ampun gue meninju si pemalak sampai dia tersungkur di tanah. Dia menjadi ketakutan dan berusaha kabur. Gue pun mengejar si pemalak tersebut, sebelum itu gue menyuruh Asep untuk menelepon polisi dan Asep menyetujuin. Gue berlari mengejar si pemalak dia hampir menjauh dari gue. Namun gue berhasih menembakan berlian ke kaki nya hingga dia jatuh. Beruntung terdapat tali yang tergeletak gue langsung menangkap dan mengikat di pemalak.

Segala umpatan dia keluarkan, namun percuma polisi segera datang ke tempat dan meringkus si pemalak. Setelah itu gue dan ikut kekantor polisi untuk dimintai keterangan. Gue diberi pujian dan hadiah karena ternyata si pemalak itu buronan polisi, namun gue juga dinasihati polis karena gue telah membuat si pemalak babak belur.

Setelah keluar dari kantor polisi gue dan kembali ke alun-alun dan melanjutkan permainan monopoly dan dimenangi oleh gue, lagi. Asep melihat jam ternyata sudah jam 5 sore. Gue dan Asep pun pulang kerumah. Sesampainya di rumah gue langsung dipeluk mama gue, rupanya mama habis dapat telepon dari kantor polisi. Setelah itu gue masuk ke kamar dan mandi, setelah itu makan malam. Gue masuk ke kamar dan menyiapkan buku dan pakaian untuk sekolah besok.

"Ah, besok dah masuk sekolah ya." Kata gue dalam hati."

Gue belajar sebentar karena disuruh mama. Setelah selesai belajar gue bermain game Minecraft di HP gue sampai jam 9 malam lalu gue tidur.

Bersambung...

The Daily Life of Kawaii Witch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang