Hai semua!!
Agak gimana ga si aku buat kilas balik Fani sama Edgar?
Bukan apa-apa si tapi aku hanya ingin menambahkan kisah asmara mereka yang lebih banyak lagi.
oke, sebelumnya jangan lupa vote, komen dan share ke teman-teman kalian ya!!
Komen yuk sebanyak-banyaknya!!
HAPPY READING, KAWAN!!
💘💙□○□
Hari itu, hari rabu pagi, hujan yang tak kunjung reda dari tadi malam. Aku berangkat ke sekolah menggunakan motor seperti biasa. Perdana, saat aku memakai jaket untuk pergi ke sekolah. Karena dari kelas 10 aku tak pernah memakai jaket ke sekolah.
"Jaket Kakak lo ya!!" Tebak Edgar. "Gue pernah liat dia pakai."
"Enak aja, jaket gue ya jaket gue, jaket Kakak gue ya jaket Kakak gue!!"
"Jaket lo bau!!" Serunya namun berbanding terbalik dengan kegiatannya yang memakai jaket itu tanpa di lepasnya lagi.
Ku akui jaket itu memang ber-bau namun bau itu bau lemari. Kalian pasti tau bagaimana bau-nya. Saat pakaian kalian tak pernah di pakai dan hanya berada di dalam lemari saja lalu tiba-tiba kalian keluarkan pasti ada ciri khas bau yang sedikit menempel di pakaian itu, sama halnya dengan jaket ku.
Jaket itu sama sekali tak ku semprotkan parfum, karena niat ku hanya memakainya untuk melindungi seragam ku dari hujan. Takut jika air hujan akan juga mengenai seragam ku. Dan berpikir jika setelah di kelas akan ku lepas.
"Udah lama gak gue pakai, gue taro di dalam lemari doang."
"Nih pakai jaket gue!!" Serunya lagi dengan melempar pelan jaketnya pada ku.
Edgar keluar dari kelas meninggalkan aku dan Dara juga tiga orang lainnya. Bukannya apa-apa, sekarang kita sedang kerja kelompok dan dengan santainya dia pergi begitu saja.
Aku melirik pintu masuk saat Edgar kembali masuk. Hanya beberapa menit dia masuk Edgar kembali berjalan keluar lagi. Namun hanya beberapa menit dia di luar cowok itu kembali masuk lagi. Begitu-begitu saja sampai aku pusing melihatnya.
"Nama yang ini coret aja," celetuk Edgar menunjuk nama ku yang tertulis di kertas kelompok.
"Apasi lo?!" Sewot ku.
Mendengar suara ku yang sewot tak membuatnya merasa takut atau semacamnya melainkan terkekeh. Dia kembali berjalan kesana kemari meskipun tak keluar dari kelas.
"Bisa gak si diam? Duduk!"
Edgar menghentikan langkahnya, dia melihat ke arah ku. Kembali berjalan menghampiri ku lalu duduk di samping ku.
"Kerjain nih, jangan numpang nama doang!!"
Edgar hanya menyengir saat mendengar penuturan ku. Dia bersandar di kepala kursi lalu menggeliat, menguap tanpa menutup mulutnya.
"Jorok banget si Gar!!"
Edgar melirik ku, dia tiba-tiba menutup mulutnya sebentar lalu mengibaskannya pada ku.
bugh!!
"Edgar, lo jorok banget si?!"
Aku semakin kesal saat mendapati wajah itu tertawa kencang.
"EDGAR ANJ-NG!!"
Untungnya guru yang menugaskan kerja kelompok tak ada di dalam kelas. Beliau memberi tugas kerja kelompok lalu izin untuk mengikuti rapat. Dan itu sebabnya kenapa Edgar bisa keluar masuk seenaknya dan berjalan ke sana ke mari semaunya.
Edgar bahkan menjahili kelompok lain yang membuat mereka kesal. Bahkan Danang, cowok feminin itu sangat kesal dibuatnya. Dan Edgar, cowok itu mana peduli jika Danang kesal. Baginya melihat orang kesal padanya adalah kebahagiaan tersendiri untuknya.
"Gue udah sedia-in semua bahan-bahannya buat kalian! Ada yang kurang?" Tanya Edgar.
"Itu mah enak di elo!!" Celetuk Dara.
"Iya gakpapa."
Dara melihat Edgar kesal namun hanya diam. Dan tiga lainnya hanya sibuk mengerjakan. Mereka tau jika berdebat dengan Edgar tak akan menang.
"Jaket lo bau Fan!!" Celetuk Edgar lagi.
"Yauda lepas aja."
"Nggak."
"Aneh."
"Jaket gue, gak mau lo pakai?"
Aku melirik jaket Edgar yang ku diamkan dan tergeletak di meja ku. Wangi khas cowok itu sedari tadi menyeruak di indra menciuman ku.
"Lo tuh jarang mandi kan?" tanya ku.
Edgar mengangguk dengan enteng. "Dingin gini ngapain mandi?"
Aku menganga di buatnya. "Pantes deh bau."
Edgar terkekeh, kekehan yang terlihat sangat renyah di telinga pendengar, kek kerupuk aja.
"Nih cium!!" Edgar mengambil jaketnya dan langsung mengarahkannya pada wajah ku, tepatnya hidung ku.
"Apasii, mau bius gue ya lo?!"
"Bau nggak? Wangikan!!"
Dalam hati memang mengiyakan namun di depan Edgar aku hanya memasang wajah sebal padanya.
"Siniin deh jaket gue."
"Nggak," jawabnya dengan berdiri dari duduknya. Edgar lalu berjalan menjauh dari meja kelompok membuat ku refleks bertanya.
"Ehh lo mau kemana?"
"Keluar, bawel."
□○□
Edgar itu tengil jika sudah mengenalnya. Cowok itu tak segan-segan usil pada orang yang gampang kesal. Dia bahkan hampir membuat satu kelas kesal di buatnya. Namun saat dia marah tak seorang pun mau ikut campur dengan masalahnya.
"Apaansi?!"
Aku berdiri dari duduk ku saat Edgar tiba-tiba menarik ujung rambut ku.
"Lo!!"
Aku dengan sengaja menarik rambut Edgar membuatnya terhuyung ke arah ku. Namun dengan sekali tarikan dari tangannya, dia mampu melepas tangan ku dari rambutnya.
Aku semakin kesal saat yang ku dapati di wajahnya adalah sebuah tawaan kecil meskipun ada ringisan.
"Gak usah main jambak-jambakan Fan."
Aku memutar bola mata ku malas, membuang napas sabar agar tak kembali menjambak rambut kesayangnya itu.
"Lo yang presentasi gue gak mau tau?!"
"Ogah."
Edgar berbalik begitu saja membuat ku menarik bajunya. Namun, niat hati ingin menarik baju bagian belakang Edgar tiba-tiba berbalik membuat ku menarik baju bagian depan.
Aku melotot berpikir jika badan ku akan tertimpa badan besar Edgar. Namun karena terdapat meja di belakang dan Edgar yang menarik pinggang ku membuat aku sama sekali tak merasakan sakit sedikit pun.
Tangan Edgar bertumpu pada meja tersebut, sedikit bergeser karena tarikan ku pada Edgar yang membuatnya mendorong meja tersebut.
Aku langsung mendorong Edgar, merasa malu tapi apa boleh buat dia yang membuat ku agar tak mengenai meja.
"Thanks!!" Kata ku dengan mata yang mengarah pada lantai.
"Lihat gue!!"
Aku menatap ke arahnya membuatnya menganggkat satu alisnya.
"Siniin jaket gue." Aku ingin mengambil jaket ku yang berada di pundaknya namun dengan gerakan cepat cowok itu memberikan jarak agar aku tak bisa mengambilnya.
"Pulang sekolah gue balikin."
"Tadi lo bilang apa? Ulang!" Lanjutnya.
"Ogah."
KAMU SEDANG MEMBACA
THIFANI
Teen Fiction"Lo tuh jarang mandi kan?" tanya ku. Edgar mengangguk dengan enteng. "Dingin gini ngapain mandi?" Aku menganga di buatnya. "Pantes deh bau." Edgar terkekeh, kekehan yang terlihat sangat renyah di telinga pendengar, kek kerupuk aja. "Nih cium!!" Edga...