Aku dan Dara masuk ke dalam kelas dengan beriringan. Kembali duduk di kursi, aku melirik Edgar yang diam dengan memainkan ponselnya.
"Habis dari kantin?" Tanyanya. Aku mengangguk sebagai jawaban.
Edgar meletakan ponselnya di atas meja. Dia mengangkat ke dua tangannya menggeliat. Menurunkan tangannya, Edgar langsung menggenggam tangan ku membuat ku terkejut dan langsung ingin menariknya namun di genggam Edgar dengan kuat.
"Nga ..."
"Udah janjikan!" Aku menghela napas sabar untuk menghadapi Edgar.
"Kuku lo panjang ya Fan."
Aku meliriknya malas. Lebih tepatnya melirik kuku tangannya. "Kayak kuku tangan lo gak aja."
"Gue mah dua doang."
"Tapi panjangan lo," jawab ku yang membuatnya terkekeh.
"Lo lima ini, panjang-panjang," katanya dengan memain-mainkan kuku tangan ku.
Aku menggeleng tak habis pikir dengan topik Edgar. Kuku panjang saja bisa dia jadikan topik.
"Aduh, sakit bego."
Edgar tiba-tiba mengopek kuku tangan ku membuat ku meringis sekaligus terkejut.
"Lo gila ya?! Mau buat kuku gue rusak sama berdarah hah?" Bentak ku sangat kesal.
"Sorry-sorry Fan gak sengaja."
"Gak sengaja tai lo. Sini kuku lo biar gue lakuin kayak yang lo lakuin."
Aku menarik tangan ku dari genggaman Edgar lalu kembali menyambar tangan itu untuk ku genggam. Lebih tepatnya agar aku lebih leluasa melepas kukunya.
"Jangan Fan. Sorry, beneran."
"Nggak."
"Fan jangan dong," katanya namun wajah itu sama sekali tak panik melainkan senyuman yang mengiasi wajahnya.
Edgar menarik tangannya berusaha untuk melepas genggaman tangan ku padanya.
"Nggak, cobain dulu, enak loh!!"
"Nggak Fan."
"Diam, diam dulu."
Edgar menurut, dia menurut namun terlihat wajahnya sedikit panik membuat ku menahan tawa ku. Aku sedikit mengopek kuku jari manisnya.
"Akhh .., sakit Fan, udah-udah," katanya dengan menarik tangannya.
Aku mendengus. "Sakit kan?! Terus ngapain ngelakuinnya ke gue?"
Aku melihat Edgar kesal. Ini cowok satu kenapa si? Suka banget ngusilin orang sampai kesal. Iya kalo usilnya gak keterlaluan ini nyakitin orang.
Edgar mengaruk tengkuknya. "Maaf Fan," katanya dengan ingin meraih kembali tangan ku.
"Apasi gak usah pegang-pengang."
"Becanda doang tadi Fan."
"Bodo, udah nggak usah pegang-pegang!!"
"Apasi Gar?" Tanya ku.
"Pinjem tangan lo doang."
"Nggak."
"Diam nggak?"
"Pinjam."
"Iya, tapi diam dulu."
Mendengar perkataan ku barusan Edgar langsung menurut. Dia diam dengan matanya tertuju pada ku. Aku kembali menghela napas untuk kesekian kali. Edgar dengan pelan kembali menggengam tangan ku.
"Kayak bayi lo!" Tutur ku yang hanya membuatnya menyengir.
Edgar menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan tangannya yang mengelus-elus tangan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIFANI
Teen Fiction"Lo tuh jarang mandi kan?" tanya ku. Edgar mengangguk dengan enteng. "Dingin gini ngapain mandi?" Aku menganga di buatnya. "Pantes deh bau." Edgar terkekeh, kekehan yang terlihat sangat renyah di telinga pendengar, kek kerupuk aja. "Nih cium!!" Edga...